Al-Quds, MINA – Otoritas pendudukan Israel telah meningkatkan pelecehan terhadap warga Yerusalem pada umumnya dan perempuan pada khususnya, untuk mencegah mereka memasuki Masjid Al-Aqsa.
Namun terlepas dari semua pelecehan ini, para perempuan Yerusalem yang mengajar Al-Quran di Masjid Al-Aqsa tetap melaksanakan amanatnya. Mereka merangsek ke dalam kompleks Al-Aqsa, walau harus melalui barikade keamanan pendudukan Israel.
Salah satu perempuan itu bernama Zainab Al-Jallad. Zainab adalah salah satu wanita Yerusalem yang rajin shalat di Masjid Al-Aqsa, dan mengajarkan Al-Quran di sana.
Seperti yang lainnya, dia pun menjadi sasaran pelecehan oleh polisi pendudukan Israel yang hadir dalam jumlah besar di semua gerbang Al-Aqsa. Polisi menggeledah kartu identitasnya dan merampas barang bawaannya.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Polisi juga mencegah banyak dari teman-temannya masuk ke gerbang Al-Aqsa. Sementara para pemukim Yahudi bebas berkeliaran di halaman Al-Aqsa. Para pemukim illegal itu bebas menikmati ritual Talmud. Bahkan diizinkan melakukan ucapan-ucapan provokatif.
Zainab Al-Jallad tak bergeming mundur. Dengan gigih ia terus berusaha masuk ke Al-Aqsa melalui gerbang Maghariba, dengan berteriak, “Hasbunallah wani’mal wakil ”. (Artinya : cukuplah Allah bagiku, dan Dialah sebaik-baik pengatur urusan).
“Tidak ada keputusan pengadilan yang melarangku memasuki Masjid Al-Aqsa. Sementara polisi memperbolehkan pemukim dan turis asing untuk masuk. Mereka tidak bisa menghalangiku untuk menunaikan shalat di Rumah Allah,” ujarnya. Seperti dilaporkan IQNA News, Rabu, 22 November 2023.
“Ya Allah, balaslah mereka. Wahai Yang Maha Kuasa. Ini adalah puncak kehinaan. Penindasan, bukan untukku sendiri, tetapi untuk seluruh bangsa Arab dan Muslim, adalah ketika makhluk paling keji mendapatkan kekuasaan atas kita dan mengendalikan kita,” ujarnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Temannya, Muntaha Abu Sneineh juga menjalani prosedur yang sama. Meski Muntaha sudah membawa dokumen dari Pusat Keamanan Al-Qashla di Bab Al-Khalil yang menyatakan bahwa ia tidak dideportasi. Namun polisi tersebut menelepon petugas yang memintanya untuk mencegahnya masuk Al-Aqsa.
“Biarkan kami tetap menjadi duri di tenggorokan pendudukan. Kami pun akan tetap dekat dengan Al-Aqsa meskipun telah dideportasi selama hampir sembilan bulan. Jika orang-orang Arab dan Muslim tidak membela Al-Aqsa, kami warga Yerusalem akan mempertahankannya sampai Allah mengizinkan kemenangan,” ujarnya penuh ketabahan.
Ada lagi kawannya sesama perempuan Yerusalem, Zeina Amr. Ia mengatakan, teman-teman sesama perempuan yang tanda tangannya diambil di kantor polisi Israel, akan dideportasi hanya selama 15 hari.
Rupanya kantor polisi Israel telah menipu mereka, dan menyimpan nama mereka dalam daftar deportasi jangka panjang.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
“Waktu itu saya menolak untuk menandatangani di kantor polisi. Saya pun kemudian mendapat keputusan dari pengadilan yang memperbolehkan saya masuk ke kompleks Al-Aqsa. Nama saya tidak dimasukkan dalam daftar deportasi. Allahu Akbar,” serunya.
Semangat Mengajar Al-Quran
Muntaha Abu Sneineh, seorang perempuan Yerusalem mengatakan, “Saya adalah seorang perempuan Palestina dan Muslim biasa, tanpa afiliasi partai atau faksi tertentu.”
Dia menambahkan, setelah dia memperoleh gelar sarjana, dia memutuskan untuk bergabung dengan rekan-rekannya, untuk berkhidmat mengajar Al-Quran, di Madrasah yang berada di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
“Saya berharap ilmu yang saya dapatkan ini dapat saya ajarkan kepada generasi Muslimah lainnya,” ujar Muntaha.
Dia menceritakan kisah penangkapannya, ketika pasukan pendudukan menangkapnya tiga kali. Salah satu penangkapannya adalah ketika dia sedang mengajar Al-Quran di halaman Al-Aqsa dekat Gerbang Maghariba, tempat yang biasa dilalui para pemukim Yahudi masuk.
“Saya sengaja mengajar Al-Quran di halaman itu, karena kami mempunyai hak untuk duduk di halaman mana pun di kompleks Al-Aqsa yang Allah berkahi ini,” katanya.
“Ini adalah alasan yang cukup untuk penangkapan saya, dan tentara mengejar saya ke mana-mana, sampai mereka menangkap saya di Kubah Sakhrah,” lanjutnya.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Polisi pun akhirnya membawanya dengan mobil polisi ke kantor keamanan Qashla dan mulai menginterogasinya.
“Saya terkejut, karena tuduhan saya adalah menghasut para pemukim Yahudi ketika saya mengatakan Allahu Akbar,” ujarnya.
Dia memberi tahu pihak keamanan bahwa dirinya sedang mengajar Al-Quran, tidak sedang menghasut.
“Kata Allahu Akbar ini adalah bagian dari pelajaran yang saya ajarkan,” imbuhnya, mempertahankan pendapatnya.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
“Rupanya polisi pendudukan Israel itu takut pada ucapan kami,” imbuhnya.
Perjuangan para pengajar Al-Quran di Masjid Al-Aqsa, juga dirasakan hafidzah Quran lainnya, Zeina Amr.
Dia menceritakan, ketika dia sedang mengajar Al-Quran di salah satu teras Masjid Al-Aqsa, datang para pemukim Yahudi serta turis asing menghampirinya.
“Mereka memotret kami dan memprovokasi kami,” ujarnya.
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
Dia dan sesama pengajar Al-Quran pun meneriakkan “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Berkali-kali.
Kemudian polisi turun tangan dan menuduh kami menyebabkan kekacauan dan mengintimidasi para pemukim Yahudi.
“Saya menolak tuduhan tersebut, dan tidak mau menandatangani tuduhan polisi. Mereka pun membawa saya ke pengadilan Israel. Tapi di sana mereka tidak menemukan cukup bukti untuk menghukum saya,” kisahnya.
Zainab Al-Jallad juga mempunyai kesaksian serupa. Saat dia mulai mengajar Al-Quran. Ketika para pemukim Yahudi memprovokasi halaqah (kelompok) pembelajaran Al-Quran, guru dan siswi-siswi membalas provokasi para pemukim dengan teriakan, “Allahu Akbar!”
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Ketika polisi menanyakan sispa yang bertanggung jawab memperovokasi para pemukim, Zainab dengan lantang menjawab, “Saya, ini kalimat agama saya!” Pihak keamananpun akhirnya pergi begitu saja.
Keteguhan para pengajar Al-Quran, membuat generasi pelajar Muslimah bersemangat untuk tetap belajar Al-Quran di Madrasah di Kompleks Masjid Al-Aqsa. Walaupun sekali lagi harus menghadapi pasukan pendudukan Israel.
Semangat para pelajar Muslimah untuk belajar Al-Quran tanpa takut, justru membuat pasukan keamanan Israel merasa takut dan curiga.
“Kami akan terus mengajar Al-Quran. Kami ingin terus mengedukasi warga Yerusalem tentang bahaya yang dihadapi Masjid Al-Aqsa oleh Zionis, melalui kajian-kajian Al-Quran,” ujar Zainab.
Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan
Apalagi sebentar nanti akan datang Perkemahan Liburan Musim Panas. Biasanya banyak permintaan untuk kegiatan pendidikan Al-Quran sekaligus liburan.
Kegiatan pembelajaran Al-Quran bagi kaum Muslimah di Masjid Al-Aqsa yang diberi nama “Imarah Al-Aqsa”, dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat mahasiswa, pelajar menengah dan masyarakat umum.
“Kami yakin generasi Al-Quran adalah generasi yang dicalonkan untuk meraih kemenangan dan pembebasan Masjid Al-Aqsa dari kenajisan Zionis,” ujar Zainab Al-Jallad meyakinkan.
Ia mengatakan, timnya sedang mempersiapkan Perkemahan Musim Panas akhir tahun ini, untuk seribu peserta.
Baca Juga: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza Utara
Selain pendalaman intensif Al-Quran, materi juga ditambahkan dengan kegiatan rekreasi dan budaya, seperti menggambar, menyanyi, dan jalan-jalan. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)