Blang Pidie, Aceh Barat Daya, MINA – Penghulu sejatinya bertugas melayani akad nikah bagi pasangan calon pengantin. Dalam suatu waktu, mereka bisa sangat sibuk hingga berpindah-pindah tempat untuk tetap bisa melayani akad nikah, tak terkecuali bagi Roni Haldi, penghulu asal Kantor Urusan Agama (KUA) Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, Naggroe Aceh Darussalam (NAD).
Di tengah kesibukannya sebagai penghulu, Roni Haldi yang juga memiliki tanggung jawab sebagai Kepala KUA ini tetap meluangkan waktu menulis. Bahkan, dari kebiasaannya itu, Roni berhasil menelurkan 12 buku sejak buku pertama yang diterbitkan pada 2019 lalu. Jumlah itu masih akan terus bertambah mengingat usia Roni yang terbilang masih muda.
“Alhamdulillah saya memiliki 12 buku sejak pertama kali menulis buku pada 2019 lalu. Insyaallah masih akan terus menulis hingga muncul buku-buku baru yang lebih inspiratif bagi masyarakat,” kata Roni dalam keterangannya pada Senin (6/9).
Menjaga ilmu dan pengalaman
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Bagi alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu, menulis sama saja menjaga ilmu dan pengalaman. Sebab, menurutnya, dengan menulis, catatan itu akan tersimpan dalam lembaran-lembaran buku yang setiap waktu bisa kembali dibuka, tidak mudah hilang karena tersimpan erat dalam bentuk buku. Ia pun memotivasi penghulu lain untuk juga aktif menulis.
“Menulis itu seperti menuangkan buah pikiran yang kemudian diabadikan dalam bentuk karya tulis. Dalam menulis buku, ada sederet kisah yang bisa memotivasi kita untuk menerbitkan karya itu. Saya sendiri mengakui bahwa tidak mudah menulis buku, tetapi dengan membiasakan diri maka hal itu bukan lagi sesuatu yang mustahil dilakukan,” tuturnya.
Terinspirasi Buya Hamka
Roni mengungkapkan, kebiasaannya menulis terinspirasi dari sosok Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal Buya Hamka, seorang ulama besar kelahiran Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Baginya, Buya Hamka adalah sosok ulama yang tidak hanya kharismatik, tetapi juga istimewa karena sukses menggabungkan karakternya sebagai penguasa mimbar dan ketajamannya menulis artikel maupun buku.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
“Saya menulis terinspirasi dari Buya Hamka. Di samping aktif melakukan pidato, khutbah, ceramah, atau kegiatan semisalnya, beliau juga aktif menulis. Menggandengkan dua hal itu kan sulit, berbicara dan menulis. Setelah membaca biografi tentang sosok Buya Hamka, saya menemukan sesuatu yang menarik dalam kehidupannya yaitu beliau gemar menulis. Setelah itu keinginan saya menulis timbul,” katanya.
Memanfaatkan media sosial
Meski demikian, Roni mengaku, zaman Buya Hamka dan zaman sekarang tidaklah sama, sehingga dalam memanfaatkan alat-alat yang tersedia untuk menulis pun berbeda. Zaman semakin canggih, menjadi sebuah keniscayaan untuk memanfaatkan media sosial, misalnya melalui beranda Facebook sebagai media untuk menyimpan tulisan-tulisan.
“Saya selalu menyempatkan diri untuk menulis, setelah subuh, pagi hari, lalu diposting di akun Facebook. Ketika jumlah tulisan tersebut sudah cukup, saya kumpulkan dan masuk proses editing yang dibantu oleh penulis dan editor bernama Yusuf Maulana. Jadi sejak awal Yusuf Maulana ini punya peran lumayan besar juga dalam penerbitan buku-buku saya,” ujar Roni.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Roni berharap, semakin banyak rekan sejawatnya yang aktif menulis sehingga menghadirkan banyak buku yang beragam. Karena, menurutnya, setiap penghulu memiliki pengalamannya masing-masing ketika mereka melaksanakan tugas di daerahnya, yang menarik disuguhkan dalam bentuk tulisan untuk dinikmati masyarakat.
“Sebab pasti kan setiap daerah memiliki adat dan budayanya masing-masing. Saya berharap semakin banyak penghulu yang aktif menulis. Saya juga berharap APRI sebagai lembaga resmi yang menaungi penghulu bisa menjadi rumah yang ramah bagi penghulu untuk menulis buku,” kata Roni.
Karya-karya Roni Haldi
Karya-karya Roni Haldi, antara lain; Lingkaran Pekat Muslihat (2019), Melipat Hasrat Menyimpan Siasat (2019), Semerbak Petuah Ayah (2019), Mahligai Terindah di Rumah Nan Berkah (2020), Memunguti Cahaya Al-Qadar (2020), Bashirah Imaniyah: Firasat Jiwa & Koyakan Ukhuwah Bagi Pejuang (2020).
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Selanjutnya, Tetes-tetes Kesturi Aulia (2020), Begitulah Alam Menuntun Kita: Petik Hikmah dari Alam Agar Kehidupan Penuh Keberkahan (2021), Menikahlah Raihan Bahagia (2021), Setitik Hikmah dari Sebaik-baik Kisah (2021), Jalan Cinta Menuju Sakinah (2021), dan Rumah Yang Dirindukan (2021, proses editing). — (R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia