Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Penghulu Roni Haldi, Sukses Telurkan 12 Buku Sejak Tahun 2019

Rendi Setiawan - Selasa, 7 September 2021 - 04:18 WIB

Selasa, 7 September 2021 - 04:18 WIB

16 Views

Blang Pidie, Aceh Barat Daya, MINA – Penghulu sejatinya bertugas melayani akad nikah bagi pasangan calon pengantin. Dalam suatu waktu, mereka bisa sangat sibuk hingga berpindah-pindah tempat untuk tetap bisa melayani akad nikah, tak terkecuali bagi Roni Haldi, penghulu asal Kantor Urusan Agama (KUA) Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, Naggroe Aceh Darussalam (NAD).

Di tengah kesibukannya sebagai penghulu, Roni Haldi yang juga memiliki tanggung jawab sebagai Kepala KUA ini tetap meluangkan waktu menulis. Bahkan, dari kebiasaannya itu, Roni berhasil menelurkan 12 buku sejak buku pertama yang diterbitkan pada 2019 lalu. Jumlah itu masih akan terus bertambah mengingat usia Roni yang terbilang masih muda.

“Alhamdulillah saya memiliki 12 buku sejak pertama kali menulis buku pada 2019 lalu. Insyaallah masih akan terus menulis hingga muncul buku-buku baru yang lebih inspiratif bagi masyarakat,” kata Roni dalam keterangannya pada Senin (6/9).

Menjaga ilmu dan pengalaman

Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun

Bagi alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu, menulis sama saja menjaga ilmu dan pengalaman. Sebab, menurutnya, dengan menulis, catatan itu akan tersimpan dalam lembaran-lembaran buku yang setiap waktu bisa kembali dibuka, tidak mudah hilang karena tersimpan erat dalam bentuk buku. Ia pun memotivasi penghulu lain untuk juga aktif menulis.

“Menulis itu seperti menuangkan buah pikiran yang kemudian diabadikan dalam bentuk karya tulis. Dalam menulis buku, ada sederet kisah yang bisa memotivasi kita untuk menerbitkan karya itu. Saya sendiri mengakui bahwa tidak mudah menulis buku, tetapi dengan membiasakan diri maka hal itu bukan lagi sesuatu yang mustahil dilakukan,” tuturnya.

Terinspirasi Buya Hamka

Roni mengungkapkan, kebiasaannya menulis terinspirasi dari sosok Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal Buya Hamka, seorang ulama besar kelahiran Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Baginya, Buya Hamka adalah sosok ulama yang tidak hanya kharismatik, tetapi juga istimewa karena sukses menggabungkan karakternya sebagai penguasa mimbar dan ketajamannya menulis artikel maupun buku.

Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad

“Saya menulis terinspirasi dari Buya Hamka. Di samping aktif melakukan pidato, khutbah, ceramah, atau kegiatan semisalnya, beliau juga aktif menulis. Menggandengkan dua hal itu kan sulit, berbicara dan menulis. Setelah membaca biografi tentang sosok Buya Hamka, saya menemukan sesuatu yang menarik dalam kehidupannya yaitu beliau gemar menulis. Setelah itu keinginan saya menulis timbul,” katanya.

Memanfaatkan media sosial

Meski demikian, Roni mengaku, zaman Buya Hamka dan zaman sekarang tidaklah sama, sehingga dalam memanfaatkan alat-alat yang tersedia untuk menulis pun berbeda. Zaman semakin canggih, menjadi sebuah keniscayaan untuk memanfaatkan media sosial, misalnya melalui beranda Facebook sebagai media untuk menyimpan tulisan-tulisan.

“Saya selalu menyempatkan diri untuk menulis, setelah subuh, pagi hari, lalu diposting di akun Facebook. Ketika jumlah tulisan tersebut sudah cukup, saya kumpulkan dan masuk proses editing yang dibantu oleh penulis dan editor bernama Yusuf Maulana. Jadi sejak awal Yusuf Maulana ini punya peran lumayan besar juga dalam penerbitan buku-buku saya,” ujar Roni.

Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina

Roni berharap, semakin banyak rekan sejawatnya yang aktif menulis sehingga menghadirkan banyak buku yang beragam. Karena, menurutnya, setiap penghulu memiliki pengalamannya masing-masing ketika mereka melaksanakan tugas di daerahnya, yang menarik disuguhkan dalam bentuk tulisan untuk dinikmati masyarakat.

“Sebab pasti kan setiap daerah memiliki adat dan budayanya masing-masing. Saya berharap semakin banyak penghulu yang aktif menulis. Saya juga berharap APRI sebagai lembaga resmi yang menaungi penghulu bisa menjadi rumah yang ramah bagi penghulu untuk menulis buku,” kata Roni.

Karya-karya Roni Haldi

Karya-karya Roni Haldi, antara lain; Lingkaran Pekat Muslihat (2019), Melipat Hasrat Menyimpan Siasat (2019), Semerbak Petuah Ayah (2019), Mahligai Terindah di Rumah Nan Berkah (2020), Memunguti Cahaya Al-Qadar (2020), Bashirah Imaniyah: Firasat Jiwa & Koyakan Ukhuwah Bagi Pejuang (2020).

Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham

Selanjutnya, Tetes-tetes Kesturi Aulia (2020), Begitulah Alam Menuntun Kita: Petik Hikmah dari Alam Agar Kehidupan Penuh Keberkahan (2021), Menikahlah Raihan Bahagia (2021), Setitik Hikmah dari Sebaik-baik Kisah (2021), Jalan Cinta Menuju Sakinah (2021), dan Rumah Yang Dirindukan (2021, proses editing). — (R2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Dunia Islam
Indonesia
Indonesia
Indonesia