Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Zaenal Muttaqin Editor : Bahron Ansori - Sabtu, 7 September 2024 - 00:29 WIB

Sabtu, 7 September 2024 - 00:29 WIB

57 Views

Relawan Muhammad Abu Murad bersama kendaraan pengangkut tuk-tuknya (Foto: Ar-Resalah)

Muhammad Abu Murad adalah seorang sukarelawan dari Doctors Without Borders yang juga bagian dari kru paramedis masyarakat Jenin.

Di tengah situasi mencekam, Muhammad dengan berani memasuki gang-gang sempit yang terkepung.

Terkadang, Palang Merah membantunya dalam koordinasi dan memberikan perlindungan saat ia harus menuju tempat-tempat yang ditargetkan.

Namun, ada kalanya keadaan begitu mendesak sehingga Muhammad tidak bisa menunggu koordinasi apa pun.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Dalam menjalankan tugasnya, Muhammad beberapa kali terkena tembakan langsung dan mengalami pemukulan.

Namun, ia enggan membicarakan rasa sakitnya, apalagi penderitaan yang dialami warga di kamp.

Setiap kali ia melaju masuk ke Jenin dengan kendaraan tuk-tuknya (sejenis kendaraan pengangkut beroda tiga), melewati reruntuhan dan puing-puing kamp yang hancur, ia selalu mengingatkan diri sendiri.

“Hari-hari ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehancuran yang dialami orang-orang Gaza. Siapa pun yang melihat penderitaan orang lain, akan merasa penderitaannya sendiri menjadi lebih ringan. Dan bagi mereka yang gugur sebagai syahid, merekalah pemenang sejati dalam cerita ini.”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Sudah sepuluh hari Muhammad berada di dalam kamp Jenin. Selama itu, ia tak hanya meliput kejadian-kejadian penting, tetapi juga mengangkut jurnalis dengan tuk-tuknya.

Ia turut mendistribusikan obat-obatan dan perbekalan kepada warga yang terkepung, menghadapi salah satu invasi tersulit yang pernah dialami kota tersebut.

Kamp Jenin dikepung dengan kekurangan obat-obatan, air, dan makanan. Muhammad dan rekan-rekannya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan warga. “Kami menyediakan air dan makanan,” kata Muhammad.

“Kami berpindah dari satu rumah ke rumah lain, mengantarkan obat-obatan untuk pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan masalah jantung. Kami dibantu oleh warga yang rela mengirimkan obat-obatan ini ke rumah lain.”

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Di kawasan Al-Damj, salah satu lingkungan kamp, pemandangannya mirip dengan kehancuran total di Gaza. Tidak ada ruang bagi kendaraan untuk masuk. Jalanan penuh dengan batu dan puing-puing berat, semuanya rusak parah.

Dalam percakapan dengan seorang jurnalis, Muhammad bercerita, “Sejak penyerbuan dimulai, kami berlari melalui gang-gang sempit, menghadapi bahaya tanpa henti. Invasi ini sangat berat karena tentara sering menghalangi kami dan tidak jarang kami dipukuli. Kami juga menghadapi kesulitan saat mencoba mengevakuasi para lansia dan merawat pasien jantung.”

Kondisi di kamp Jenin semakin memburuk. Serangan terus terjadi, peluru menghancurkan tangki air, dan suplai makanan terputus total.

Muhammad dan para sukarelawan bekerja keras untuk membantu sebanyak mungkin orang di tengah situasi yang semakin kritis.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Jurnalis Khaled Badir, yang diantar Muhammad pagi itu, memberikan kesaksian tentang betapa berat pekerjaan yang diemban Muhammad.

“Muhammad selalu mengantar kami dengan tuk-tuknya, sering kali tanpa perlindungan penuh dari Palang Merah. Pekerjaannya sangat rumit dan berbahaya, meskipun sudah ada izin dan koordinasi.”

Badir juga menambahkan bahwa di tengah kehancuran kamp, satu hal yang sering muncul dalam percakapan dengan warga Jenin adalah luka yang ditinggalkan oleh Gaza.

Bagi mereka, segala penderitaan ini terasa seperti bagian dari satu cerita besar, dan Muhammad, dengan segala keberaniannya, adalah bagian penting dari cerita tersebut.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Operasi militer Israel di kamp Jenin, yang telah berlangsung selama sepuluh hari, menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur kota.

Tentara Israel menghancurkan sejumlah jalan utama dan properti warga, serta menewaskan 21 warga Palestina di kota, kamp, dan desa sekitar Jenin.

Operasi ini digambarkan oleh pihak Israel sebagai operasi militer terbesar dalam beberapa tahun terakhir.[]

(Dikutip dan diterjemahkan secara bebas dari Ar-Resalah)

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Mi’raj News Agency (MINA) 

Rekomendasi untuk Anda