Oleh Rina Asrina dan Rana Setiawan, Wartawan Mi’raj islamic News Agency (MINA)
Siapa sangka seorang supir bus di Inggris bisa membangun sebuah rumah panti asuhan untuk anak yatim bermil-mil jauhnya di Jalur Gaza Palestina?
Patel bersama rekannya di Inggris mendirikan Organisasi Amal Dunia (World Charity Organisation/WCO) yang awalnya dibangun untuk membantu korban perang Israel di Gaza.
Organisasi Amal Dunia (WCO) adalah lembaga amal Inggris berkedudukan di Yorkshire Barat yang pekerjaannya bekerjasama dengan mitra terdaftar, lembaga terkemuka di Gaza Palestina.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Lembaga amal ini didirikan setelah banyak kunjungan dan melihat langsung kondisi yang dialami oleh warga Palestina di Gaza. WCO berusaha untuk memperbaiki nasib rakyat Palestina di Gaza memperluas kampanye bantuan kemiskinan dengan melakukan upaya penggalangan dana di Inggris dan di seluruh dunia.
WCO bertujuan untuk meningkatkan kehidupan rakyat Palestina di Gaza. organisasi melakukan proyek-proyek bantuan kemiskinan untuk menyediakan paket makanan, peningkatan pendapatan, bantuan medis dan air, memberikan bantuan keuangan dan tempat tinggal, untuk janda miskin dan anak yatim.
WCO saat ini sedang dalam proses membangun sebuah panti asuhan dan pusat kesehatan di Kamp Jabalia di utara Jalur Gaza. Tahap pertama pembangunan saat ini sedang berlangsung dan pekerjaan konstruksi telah dimulai dengan pemasangan rangka dan dinding luar.
Total biaya seluruh proyek yang dimulai sejak 2015 lalu itu mencapai 450.000 pound Inggris atau sekitar 8,5 miliar rupiah.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Pembangunan panti asuhan untuk ratusan ribu pengungsi di Gaza ini tidak hanya dibangun atas dasar keinginan semata. Adalah rekannya di Jalur Gaza, Pendiri LSM lokal Gaza Palestinian Welfare House, Ir.Jomah Al-Najjar yang menghubungi Patel dan memberikan informasi adanya keperluan mendesak anak-anak yatim korban perang Israel yang tengah berjuang dengan masalah psikologis yang mendalam dan melumpuhkan kecemasan, terutama di Kamp Pengungsian Jabaliya. Panti asuhan yang ada di daerah Gaza tak dapat menampung semua anak yatim di kota itu.
Dia pun menyanggupinya dan menanyakan berapa biaya untuk membangun panti asuhan di Kam Pengungsian Jabaliya Gaza, Jomah pun menjawab sekitar 450.000 pound atau 8,5 miliar rupiah. Dia sadar saat itu, di dompetnya hanya ada 10.000 pound.
Patel adalah seorang supir bus angkutan umum di Inggris. Tapi tekad keyakinannya mendorong semangat tinggi untuk membangun sebuah tujuan besar dari sebuah mimpi yang dia sebut sebagai “mimpi istimewa” saat bertemu dengan Nabi terakhir, Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasalam.
Patel mengaku, dahulu dia pernah bermimpi bertemu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersama dua anak yatim. Saat itu, dua anak yatim itu dalam mimpinya membawa masing-masing satu rangkaian bunga.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Di hadapannya, kemudian Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan kepada dua anak yatim itu, “Untuk siapa rangkaian bunga ini engkau berikan?” Lalu seorang anak Yatim memberikan satu rangkaian bunga kepada Rasulullah dan satu anak Yatim lainnya memberikan satu rangkaian kepada Patel.
Tersadar akan mimpi itu, Patel mengajak para aktivis yang memiliki satu visi dengannya untuk kemudian menjalankan sebuah proyek pembangunan rumah yatim di bawah naungan organisasi yang didirikannya.
Dia mengharapkan bangunan panti asuhan berlantai dua dan dapat menampung lebih dari 6.000 anak yatim itu rampung akhir tahun ini. (L/R04/R05/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global