SENJA Ramadhan di depan RS Alam Medika Bumiayu Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berwarna-warni oleh tawa anak-anak, gemerisik plastik takjil yang dibagikan, dan lantunan ayat suci yang mengalun syahdu.
Di tengah hangatnya sinar matahari sore yang meredup, puluhan siswa SMAN 1 Bumiayu berseragam Pramuka sibuk membagikan ratusan takjil kepada pengendara yang melintas.
Sebuah pemandangan yang tak hanya menyentuh perut yang lapar, tapi juga hati yang rindu akan kehangatan berbagi.
Inilah momen istimewa yang diusung Gugus Depan (Gudep) Ahmad Yani-RA Kartini SMAN 1 Bumiayu dalam program “Ramadan Berbagi, Ramadhan Berkarya”.
Baca Juga: Keutamaan Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan
Di bawah bimbingan Ka Ade Safitri Fitria, S.Pd., para siswa tak hanya membagikan takjil gratis, tetapi juga menggelar lomba Islami untuk anak-anak, menciptakan gelombang semangat yang menggetarkan jiwa.
Sejak pukul 16.00 WIB, para relawan muda ini telah menyiapkan ratusan paket takjil berisi kurma, kolak pisang, dan kue tradisional.
Setiap bungkusan dibagi dengan senyuman dan sapaan, “Selamat berbuka, semoga berkah!” kepada warga yang melintas.
Seorang ibu pengendara motor sempat terlihat mengusap keringat di wajahnya, “Terima kasih, Nak. Ini pertama kalinya saya dapat takjil gratis. Rasanya… Allah tahu saya sedang kesulitan,” ujarnya lirih, membuat para siswa tersentuh.
Baca Juga: Mengenal Muqabalah, Tradisi Membaca Al-Qur’an Selama Ramadhan di Italia
Ka Ade Safitri menuturkan, kegiatan ini dirancang untuk melatih kepedulian siswa. “Takjil bukan sekadar pengisi perut, tapi simbol bahwa berbagi itu menyatukan. Saat mereka menyerahkan paket itu, ada dialog hati antara pemberi dan penerima,” katanya.
Sementara aroma kolak masih semerbak di udara, puluhan anak-anak TK dan SD sudah bersiap di area lomba. Di kategori Tartil Al-Qur’an, suara mungil Naya, 6 tahun, peserta termuda, berhasil membuat dewan juri terpana.
“Dia hafal surat Al-Mulk dengan tajwid hampir sempurna. Luar biasa!” puji Sarim Karsiwan, salah satu guru di SMA Negeri Bumiayu.
Di pojok lain, tangan-tangan kecil sedang asyik melukis kaligrafi “Bismillah” dengan cat air. Sementara lomba azan menghadirkan drama haru ketika Rafa, siswa SD kelas 4, bersaing ketat dengan kakak kelasnya.
Baca Juga: Ramadhan di Nigeria, Rumah-Rumah Terbuka untuk Fakir Miskin
“Suaranya menggema, seolah mengajak seluruh Bumiayu bersujud,” ujar seorang warga yang menyaksikan.
Yuniarso Amirudin, S.Pd., M.Si., Kamabigus SMAN 1 Bumiayu menegaskan, momentum Ramadhan adalah “ladang subur” untuk menanam nilai-nilai kepemimpinan dan solidaritas.
“Setiap takjil yang dibagikan, setiap ayat yang dilantunkan anak-anak ini, adalah investasi pahala yang terus mengalir. Tapi lebih dari itu, ini adalah cara kita merajut kebersamaan sebagai umat,” tuturnya kepada MINA, Sabtu (15/3) sore.
Acara yang berlangsung hingga adzan Maghrib ini ditutup dengan buka puasa bersama. Ratusan orang duduk lesehan di atas tikar, menyantap takjil yang sama, melupakan sejenak perbedaan status sosial.
Baca Juga: Puasa Ramadhan Meningkatkan Kecerdasan
Seorang kakek penjaga warung kelontong menggenggam tangan siswa Pramuka, “Nak, tahun depan kakek mau nyumbang kolak untuk acara ini, boleh kan?”
Sebagai penutup, Ka Ade berpesan, “Ramadan akan pergi, tapi jejak kebaikan harus tetap melekat. Hari ini kita tak hanya membagikan takjil, tapi menyalakan lampion-lampion kecil di hati masyarakat. Dan lampion itu harus terus menyala, bahkan setelah Ramadhan berlalu.”
Di tengah gemuruh tawa anak-anak yang menerima hadiah lomba, senyum puas para relawan, dan doa-doa yang terbang ke langit sore itu, SMAN 1 Bumiayu telah membuktikan: berbagi bukan sekadar ritual tahunan, tapi bahasa universal yang mampu menyatukan jiwa-jiwa dalam balutan kasih Ramadan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mosaharati di Gaza: Suara Ramadhan di Kota yang Berjuang Demi Kehidupan