Oleh: Hajer M’tiri, wartawati Anadolu Agency
Ini adalah penuturan kisah nyata yang dialami Hajer M’tiri, seorang wartawan muslimah berjilbab dari Anadolu Agency (AA), yang ditugaskan di Paris, Perancis :
Saya sedang duduk di kereta paris/">metro Paris terakhir, di salah satu kursi lipat dekat pintu. Sejumlah orang lainnya juga berada di dalam gerbong itu.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Dua stasiun sebelum saya turun, seorang pria besar masuk ke dalam metro. Tingginya sekitar 1,90 meter, perut besar dan rambut cokelat gondrong. Dia tidak bercukur.
Dia menatapku.
Sebagai seorang wanita Muslim mengenakan jilbab, berjalan di jalan-jalan dan naik kendaraan umum di Paris, berarti saya akan sering menghadapi tatapan orang. Kadang-kadang saya mendengar komentar dan berbisik. Saya seorang wartawan muda, baru-baru ini ditugaskan ke Paris, tapi saya cepat terbiasa untuk ini.
Namun, saya tidak siap untuk apa yang terjadi selanjutnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Pria itu geram dan memakiku. “F … Muslim!”
Lalu tercipta keheningan. Tidak ada yang berbicara sepatah katapun. Saya sangat ketakutan.
Tanpa pikir panjang, saya mengambil tas saya dan pergi berdiri di sisi lain dalam gerbong metro. Saya bisa mendengar detak jantung saya. Dan saya gemetar, bukan hanya karena takut, tapi karena marah bahwa saya tidak mampu merespon hinaannya dengan cara apapun.
Saya seorang wanita bertubuh kecil. Pria itu besar.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Saya mengambil ponsel saya dan menelepon seorang teman, mencoba menenangkan diri. Pria itu terus memperhatikan saya dengan tatapan mengancam.
Tapi akhirnya pemberhentian saya sampai. Saya bergegas keluar, lalu berbalik, dan menggunakan telepon saya untuk mengambil foto pria itu.
Dia dengan cepat menutupi wajahnya, kemudian mengacungkan jarinya kepada saya dan berteriak marah.
“F … Anda, f … Muslim ….!” teriaknya kembali melecehkan agama saya.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Entah bagaimana, keberanian saya kembali muncul. Saya menemukan suara saya lagi.
“Membusuklah di neraka, Anda rasis,” saya berteriak.
Kemudian ia mencoba untuk mengejar saya. Saya melompat kembali dan untungnya, pintu metro tertutup, dia di dalam kereta dan saya di luar.
Saya menangis.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Di Perancis, 691 tindakan Islamofobia (kebencfian / penghinaan terhadap Islam), tercatat pada 2013 oleh organisasi pengawas HAM Perancis, Collective Against Islamophobia. Dan 640 adalah tindakan-tindakan yang menargetkan individu, bukan institusi.
Tindakan terhadap individu itu meningkat secara mengejutkan sebanyak 47 persen dibanding tahun sebelumnya. Kondisi semakin buruk, tidak lebih baik.
Kelompok HAM mengatakan, tahun 2013 ditandai dengan peningkatan tindak kekerasan, dan serangan lebih kepada fisik.
“Selama delapan bulan terakhir tahun 2013, tercatat 27 serangan fisik,” kelompok tersebut melaporkan.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Perempuan menjadi target utama dengan 78 persen dari korban diskriminasi dan agresi, kata kelompok itu. Wanita yang mengenakan jilbab, seperti saya, adalah target utama kedua dalam diskriminasi dan tindak kekerasan.
Ketika saya merasa tenang dan memiliki waktu untuk merenung, saya menyadari bahwa bagian paling menakutkan dari apa yang terjadi pada saya, bukanlah perilaku orang di metro tadi.
Tetapi keheningan yang lain. Mereka (penumpang lain) menyaksikan tanpa reaksi apa-apa saat lelaki itu menghina saya, melecehkan saya dan mengancam saya.
Tetapi di hari yang kelam ini, sinar cahaya datang bersinar. Di saat saya menangis dan gemetar saat gerbong kereta menjauh, seorang wanita Perancis tua mendekati saya. Dia memegang tangan saya.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
“Jangan menangis sayang, jangan menangis,” katanya. “Dia hanya sakit. Dia seksis (merendahkan wanita). Anda seorang wanita Muslim yang di atas segalanya. Dia cemburu. Jadilah kuat dan jangan menangis.”
Dan itulah yang akan saya lakukan, menjadi kuat. Saya akan terus angkat kepala. Karena saya tahu, terlepas dari itu semua, petualangan indah masih menunggu saya di sini, di “kota cahaya” (Paris). (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
http://aa.com.tr/en/headline/438169–my-story-muslim-reporter-threatened-in-paris-metro
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara