Jakarta, MINA – Wakil Menteri Luar Negeri RI (Wamenlu) A. Muhammad Fachir bersama dengan Menteri Agama (Menag) RI Lukman Hakim Saifuddin menghadiri launching kegiatan Hari Santri 2019 yang bertema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia” pada Kamis (19/9) malam di Jakarta.
Acara yang mengusung tema santri dengan mengaitkan isu perdamaian dunia adalah yang pertama kalinya diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri RI dan Kementrian Agama RI.
Dalam sambutanya, Menag menyampaikan, dalam konteks isu global, pondok pesantren (Ponpes) memiliki posisi cukup signifikan dalam wacana perdamaian dunia. Pesantren menjadi contoh pendidikan Islam yang mampu menjadi “laboratorium perdamaian”.
“Santri dan pesantren telah menjadi bagian sejarah kemerdekaan bangsa dan memiliki kontribusi besar dalam menjaga persatuan,” jelasnya.
Baca Juga: Jawa Tengah Raih Skor Integritas Tertinggi di Indonesia, Lampaui Indeks Nasional
Sementara itu, AM Fachir yang juga lulusan Pesantren Gontor tersebut mengatakan, melalui kegiatan ini santri didorong untuk lebih berkiprah di kancah internasional dan berkontribusi mewujudkan perdamaian dunia.
“Indonesia ingin memproyeksikan nilai-nilai pendidikan Islam yang moderat dan toleran ke masyarakat internasional dan menyampaikan kiprah santri dan pesantren dalam perdamaian dunia,” ujar pria kelahiran Banjarmasin itu.
Disinggung jupa peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menciptakan perdamaian dunia. Indonesia dengan segala keberagamannya menjadi model moderasi Islam sehingga perdamaian yang hakiki terwujud di belahan dunia manapun.
AM Fachir sejatinya juga seorang santri yang berhasil menjadi diplomat handal. Ia pernah mengenyam pendidikan tingkat menengah di Ponpes Wali Songo Ngabar dan Pondok Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Berhasil Masuk Gaza Utara
Peringatan Hari Santri 2019 bertujuan untuk memperkokoh posisi Indonesia sebagai negara muslim moderat terbesar di dunia yang berkontribusi positif bagi perdamaian dunia, serta menghapus stigma pendidikan Islam sebagai sumber pemahaman esktrimisme dan radikalisme.
Selaian itu, kegiatan ini juga iuntuk memperkuat kontribusi Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. (T/Sj/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)