Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kolera Melonjak di Lebanon, Suriah dan Irak

Rudi Hendrik - Jumat, 4 November 2022 - 20:12 WIB

Jumat, 4 November 2022 - 20:12 WIB

2 Views

Kasus kolera ditemukan pertama kali di Lebanon pada Oktober 2022 setelah tahun 1993. (APPhoto)

Beirut, MINA – Kolera telah melanda Lebanon, Suriah, dan Irak ketika negara-negara tersebut sedang berjuang dengan infrastruktur yang hancur, kekacauan dan perumahan  padat orang-orang yang terlantar akibat konflik.

Lebanon bulan lalu melaporkan kasus kolera pertama setelah hampir 30 tahun, Nahar Net melaporkan.

Infeksi bakteri telah melonjak secara global di puluhan negara tahun ini, dengan wabah di Haiti dan di seluruh Tanduk Afrika serta Timur Tengah. Merebaknya ratusan ribu kasus yang didorong oleh konflik, kemiskinan, dan perubahan iklim merupakan kemunduran besar bagi upaya global untuk memberantas penyakit tersebut.

“Kolera tumbuh subur dalam kemiskinan dan konflik, tetapi sekarang didorong oleh perubahan iklim,” kata Inas Hamam, juru bicara regional untuk Organisasi Kesehatan Dunia. “Keamanan kesehatan regional dan global dalam bahaya.”

Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan

Upaya antikolera fokus pada vaksinasi, air bersih dan sanitasi. Bulan lalu, WHO mengumumkan penghentian sementara strategi vaksinasi dua dosis karena produksi tidak dapat memenuhi permintaan yang melonjak. Para pejabat sekarang memberikan dosis tunggal sehingga lebih banyak orang dapat memperoleh manfaat dari vaksin dalam jangka pendek.

Infeksi kolera disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terinfeksi bakteri Vibrio cholerae. Meskipun sebagian besar kasusnya ringan hingga sedang, kolera dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.

Di seberang perbatasan di Suriah, para pejabat dan badan-badan PBB mengumumkan bulan lalu bahwa wabah kolera melanda seluruh negeri. Wabah di Suriah disebabkan oleh orang-orang yang meminum air yang tidak aman dari Sungai Efrat dan menggunakan air yang terkontaminasi untuk mengairi tanaman, menurut PBB dan Kementerian Kesehatan Suriah.

Di wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah dan di timur laut negara itu, yang dikuasai oleh pasukan pimpinan Kurdi yang didukung AS, telah terjadi sekitar 17.000 kasus kolera dan 29 kematian.

Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah

Sementara Irak telah berjuang dengan wabah kolera selama bertahun-tahun. Di Lebanon, penyakit ini jarang terjadi selama beberapa dekade.

Badan-badan bantuan PBB mulai menyediakan air bersih untuk kamp, ​​sambil mendisinfeksi dinding dan pintu serta mengadakan sesi informasi. Mereka juga menyumbangkan bahan bakar kepada pemerintah Lebanon agar pihak berwenang dapat memompa air lagi. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama

Rekomendasi untuk Anda

Timur Tengah
Indonesia