Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komandan IRGC Iran: Gencatan Senjata Kekalahan Terbesar Israel

Rudi Hendrik Editor : Arif R - 32 detik yang lalu

32 detik yang lalu

0 Views

Teheran, MINA – Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran memuji perjanjian gencatan senjata antara gerakan perlawanan Hamas Palestina dan Israel, serta menyebutnya sebagai kekalahan terbesar bagi rezim pendudukan.

Dilansir dari Press TV, Brigadir Jenderal Esmail Qa’ani mengatakan pada Ahad (19/1) bahwa gencatan senjata, yang mulai berlaku pada hari itu, adalah “kekalahan terbesar” yang dialami rezim Tel Aviv dalam “kehidupannya yang menyedihkan” karena gagal mencapai satu pun tujuannya.

“Para penjagal dari rezim Zionis yang haus darah dan membunuh anak-anak, setelah 15 bulan melakukan kejahatan tak terkendali terhadap rakyat Palestina, Lebanon, dan wilayah yang tertindas, dipaksa menerima gencatan senjata hari ini di puncak penghinaan. Gencatan senjata ini dipaksakan pada rezim Zionis,” kata Qa’ani.

Kepala Pasukan Quds tersebut menggarisbawahi bahwa kesepakatan gencatan senjata sama dengan apa yang telah diusulkan dalam putaran negosiasi sebelumnya, tetapi Israel telah menolaknya.

Baca Juga: Pejuang Palestina Tegaskan Komitmen Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza

“Gencatan senjata ini tidak lain adalah apa yang telah diajukan dalam putaran negosiasi sebelumnya, tetapi rezim Zionis yang memalukan itu mengacaukannya dan tidak memperoleh apa pun,” imbuh Qa’ani.

“Namun, klausul yang sama yang telah ditetapkan oleh Perlawanan Islam Palestina dan saudara-saudara kita, mereka (Israel ) terpaksa menerimanya dalam putaran perundingan ini, dan hari ini pukul 1 siang, penghinaan terhadap rezim Zionis dan kekalahan terbesar yang telah dialaminya selama hidupnya yang menyedihkan akan terungkap dengan rahmat Tuhan,” tambahnya.

Israel melancarkan agresi tanpa ampunnya terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan yang dipimpin Hamas melakukan operasi bersejarah terhadap entitas pendudukan sebagai balasan atas kekejaman Zionis yang meningkat terhadap rakyat Palestina.

Namun, rezim Tel Aviv gagal mencapai salah satu tujuan yang dideklarasikannya, termasuk pembebasan sandera dan “pemberantasan” Hamas, meskipun telah membunuh hampir 47.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Baca Juga: Puluhan Truk Bantuan Mulai Masuk Gaza

Pada Rabu (15/1), Israel dipaksa menyetujui perjanjian gencatan senjata, menerima persyaratan negosiasi Hamas yang telah lama berlaku.

Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan mantan menteri urusan militer Yoav Gallant “atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.”

Tahun lalu, Pengadilan Internasional (ICJ) memerintahkan Israel untuk mengambil langkah-langkah segera guna mencegah “genosida” di Jalur Gaza yang diblokade, menyusul kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Gencatan Senjata Dimulai, 90 Tahanan Palestina Bebas

Rekomendasi untuk Anda