Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komisi VII Ingatkan Bahaya Merkuri untuk Pertambangan

Rendi Setiawan - Senin, 4 Desember 2017 - 10:28 WIB

Senin, 4 Desember 2017 - 10:28 WIB

147 Views

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Setya Yudha (tengah) berdiskusi bersama Sekda Gubernur Sulawesi Tengah Muhmmad Hidayat Samba (kiri) setelah kunjungan spesifik di Aula Kantor Gubernur Sulawesi Tengah. (dok. Parlementaria)

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Setya Yudha (tengah) berdiskusi bersama Sekda Gubernur Sulawesi Tengah Muhmmad Hidayat Samba (kiri) setelah kunjungan spesifik di Aula Kantor Gubernur Sulawesi Tengah. (dok. Parlementaria)

Jakarta, MINA – Komisi VII DPR RI berharap pemakaian zat kimia berbahaya merkuri pada proses pertambangan tidak digunakan kembali, karena penggunaan merkuri secara terus menerus dapat merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat.

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Setya Yudha saat melakukan kunjungan spesifik dengan berdiskusi bersama Sekda Gubernur Sulawesi Tengah, Bupati Toli Toli, Walikota Palu, Kementrian ESDM dan Kememtrian LHK regional Palu.

“Jelas saya sampaikan bahwa kita melarang keras untuk menggunakan merkuri di aktivitas pertambangan dan Komisi VII juga sudah membuat undang-undang tentang pemanfaat merkuri pada pertambangan mineral tidak hanya di Sulawesi Tengah ini, tapi juga di wilayah lain yang memiliki kandungan mineral tinggi,” terangnya saat membuka rapat di Aula Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, beberapa hari lalu.

Komisi VII tidak ingin tragedi penggunaan merkuri di Minamata Jepang juga menimpa Indonesia. “Ada korban Minamata banyak dari merela yang mengalami cacat seumur hidup semenjak lahir karena orang tuanya sejak menambang sudah menggunakan merkuri dan berdampak pada janin, ” cetusnya.

Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan

Untuk itu kehadiran Komisi VII ke Palu ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keseriusan pemerintah daerah dalam menangani para penambang khususnya pertambangan rakyat yang masih nakal untuk menggunakan merkuri yang berada di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.

“Peran pemerintah daerah diperlukan untuk memberi tahukan bahwa kandungan ini merusak bagi kesehatan masyarakat. Terutama pada keturunan mereka di kemudian hari, dan perlunya pengetahuan kepada masyarakat akan bahaya penggunaan merkuri ini, ” tutur Setya.

Pertambangan rakyat ini nantinya akan diberikan izin yang bernama Izin Usaha Penambangan Rakyat. Mereka juga akan diberitahukan bahan-bahan apa saja yang secara legal boleh dipergunakan oleh Pemerintah Indonesia

Seperti yang kita ketahui bahwa merkuri (air raksa, hydragyrum atau Hg) digunakan pada Artisanal And Small-Scale Gold Mining (Asgm) atau pertambangan mineral atau emas skala kecil. Tujuannya untuk mengekstrak emas dari bijih dengan membentuk amalgam yang merupakan campuran antara merkuri  dan emas dengan jumlah perbandingan yang sama.

Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama

Amalgam yang telah terbentuk kemudian dipanaskan untuk menguapkan merkuri dari campuran, sehingga hanya emas  yang  akan tersisa. Metode ini digunakan karena dianggap lebih murah dari pada metode alternatif lainnya dan juga dapat dikerjakan oleh satu orang. (R06/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak  

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Ekonomi