Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation
Pada Kamis siang 23 Februari 2017, Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengadakan pertemuan dengan pimpinan tiga agama (Yahudi, Kristen, Muslim) di kota New York. Pertemuan yang mengambil tempat di musium sejarah Yahudi yang terletak di Battery Park, persis berseberangan dengan Statue Liberty.
Ada sekitar 50 pimpinan tiga agama tersebut yang diundang. Tapi dari kalangan Muslim hanya empat orang yang mendapat kehormatan itu. Salah satunya adalah saya sendiri, sekaligus menjadi pembicara mewakili Muslim di forum diskusi maupun pada konferensi pers yang diadakan setelah itu.
Dalam pidato pembukaannya Gubernur Cuomo berkali-kali menyebutkan komunitas Muslim dan komunitas Yahudi adalah dua komunitas yang paling banyak mendapat serangan bias, diskriminasi bahkan kekerasan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Selain anggota komunitas Hispanic, Afrika, dan juga tidak ketinggalan LGBTQ di mana di New York mereka mendapat tempat terhormat.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Tiga pembicara selain saya masing-masing mewakili komunitas Yahudi, Kristen Protestan, dan Katolik. Semua pembicara itu dalam penyampaiannya menyampaikan apresiasi kepada Gubernur atas posisinya yang tegas dalam membasmi perilaku bias dan diskriminasi di negara bagian New York itu. Mereka juga menekankan bahwa umat beragama harus bersatu melawan tendensi kebencian dan kekerasan itu.
Tiga Front Perlawanan
Gubernur Negara Bagian New York memang sangat dikenal kritis terhadap kebijakan Donald Trump. Bahkan dalam pidatonya juga dia menegaskan, bahwa sebagai gubernur semua masyarakat New York beliau juga Muslim, Yahudi, Afro Amerika, Hispanic, bahkan bagian dari Komunitas LGBTQ.
“Serangan ke satu komunitas adalah serangan ke semua komunitas. Dan sikap anti kelompok siapapun itu adalah antitesis dari semua nilai-nilai yang dijunjung tinggi New York”, tegas Gubernur Cuomo.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Dalam paparannya juga Gubernur New York menyampaikan, dalam memerangi kebencian, diskriminasi dan kekerasan-kekerasan di negara bagian New York, pemerintahannya akan melakukan tiga front.
Pertama, pendekatan hukum. Beliau menegaskan bahwa kekerasan-kekerasan dan tindakan bias serta diskriminatif kepada siapa saja karena ras, agama, jender, maupun asal kebangsaan, bukan isu politik.
“Hal ini salah dan melanggar undang-undang dan harus diperangi ke akar-akarnya,” tegas beliau.
Oleh karenanya, ia mengumumkan bahwa New York akan memberikan AS $5.000 kepada siapa saja yang berhasil melaporkan pelaku dan tertangkap. Pemerintahannya juga akan mengajukan anggaran sebesar AS $25 juta untuk menambah personalitas dan fasilitas dalam memerangi trendi kekerasan itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kedua, kerjasama antar komunitas agama dan antar komunitas sosial. Dalam hal ini akan dibentuk komite khusus yang terdiri dari tokoh-tokoh besar agama di New York. Tugas utama dari komite ini adalah merumuskan pendekatan-pendekatan sosial keagamaan dan disampaikan melalui kantor Gubernur New York.
Walaupun secara formal belum terbentuk tapi tujuh dari tokoh-tokoh agama yang hadir tadi telah duduk bersama gubernur dan bertukar pikiran tentang bentuk komite itu, visi dan karakter kerjanya. Saya diminta mewakili komunitas Muslim pada pertemuan terbatas itu.
Ketiga, gerakan massif di masyarakat melalui berbagai kanal yang ada, termasuk sekolah-sekolah, organisasi kemasyarakatan, dan sekali juga lewat komunitas-komunitas lokal keagamaan maupun non agama.
Pesan Muslim dan Imigran
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dalam presentasi singkat saya mewakili komunitas Muslim saya menyampaikan beberapa hal. Termasuk menyampaikan terima kasih kepada gubernur atas posisinya yang jelas dan tegas membela semua masyarakat New York tanpa memandang latar belakang.
“Bapak Gubernur telah berhasil mempertahankan New York sebagai New York yang saya banggakan,” kata saya.
Saya juga menyampaikan bahwa sebagai Muslim dan imigran saya dan imigran lainnya datang ke Amerika Serikat bukan hanya karena kesempatan ekonomi dan pendidikan. Tapi lebih dari semua itu karena kebesaran (greatness) dan kecantikan (beauty) yang kita banggakan bersama. Itulah nilai-nilai Amerika (American values) dan konstitusinya yang menjamin kebebasan, keadilan untuk (justice for all) dan kesempatan tanpa diskriminasi untuk mendapatkan kebahagiaan (pursuit of happiness).
Saya kemudian menyampaikan fakta bahwa komunitas Muslim bukan komunitas baru dan kecil di New York. Di kota New York (NYC) ada sekitar satu juta Muslim. Di New York Police Department ada minimal 1.200 personal Muslim. Ada sekitar 125 ribu murid-murid sekolah umum di NYC beragama Islam. Betapa banyak Muslim yang mengembangkan ekonomi New York dengan small businesses.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Tapi kenapa kami masih selalu dianggap orang baru, bahkan orang asing?”.
Saya menutup presentasi saya dengan mengajak semua tokoh agama membangun kerjasama salam memerangi tendensi jahat di masyarakat. Sekaligus secara khusus saya menyampaikan dukungan terhadap masyarakat Yahudi atas serangan dan ancaman-ancaman kepada mereka dalam hari-hari terakhir.
“Your fight is mine too. Because an attack on any is an attack on all“.
New York, 23 Februari 2017
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
(R01/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang