BNPB : Komunitas Lokal Perlu Diberdayakan Tanggulangi Tsunami

Photo: Kemlu RI

New York, MINA –  Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas komunitas lokal merupakan elemen penting dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana. Peningkatan kapasitas lokal tersebut mencakup upaya untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana, serta meningkatkan kemandirian dan kemampuan masyarakat dalam merespons bencana.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, pada kegiatan Diskusi Panel World Tsunami Awareness Day di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York.

Menurut Kepala BNPB, sebanyak 4 juta masyarakat Indonesia terpapar risiko bencana tsunami. Demikian keterangan pers Kemlu RI yang dikutip MINA, Jumat (3/11).

Duta Besar/Wakil Tetap RI pada PBB, Dian Triansyah Djani menyatakan, paparan Kepala BNPB Indonesia di PBB ini menunjukkan langkah-langkah positif  dan kemajuan yang dicapai Indonesia dalam penanganan bencana. Keberhasilan ini diapresiasi oleh masyarakat internasional dan menjadi teladan bagi negara lain.

Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina Mohammed, dalam sambutan pembukaan acara ini menambahkan, dalam beberapa dekade terakhir, dunia internasional telah menunjukkan komitmen yang besar terhadap agenda pengurangan risiko dan penanggulangan bencana.

“Penurunan angka kematian akibat bencana yang signifikan telah menjadi salah satu bukti komitmen tersebut,” ujar Amina.

Wakil Tetap Jepang untuk PBB juga membagikan pengalaman Jepang dalam mengintegrasikan isu pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Salah satunya melalui cerita rakyat “Hamaguchi Gohei” yang dinilai berhasil mengedukasi masyarakat tentang respons terhadap tsunami. Menurutnya, hal ini membawa dampak yang besar mendukung upaya Jepang untuk terus mengurangi risiko bencana pada tingkat grass root.

Sementara itu, beberapa panelis juga  menyampaikan pentingnya pemahaman konteks dan kearifan lokal dalam upaya meningkatkan kapasitas masyarakat, termasuk melalui pendidikan. Kondisi geografis negara, khususnya yang terdiri atas pulau-pulau kecil, menimbulkan inisiatif penentuan Safe Island sebagai tempat evakuasi masyarakat lokal.

Peringatan World Tsunami Awareness Day tahun ini merupakan kali kedua, setelah ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2016. Kegiatan ini bertujuan sebagai sarana tukar pengalaman negara-negara dan entitas internasional dalam mengurangi risiko dan menanggulangi tsunami, serta meningkatkan kesadaran masyarakat global terhadap ancaman bencana tsunami.

World Tsunami Awareness Day di Markas Besar PBB New York diselenggarakan atas kerja sama antara Jepang, Indonesia, Maladewa, Chille, United Nations Development Programme (UNDP), dan United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR). Dipilihnya Indonesia sebagai salah satu co-organizers telah menunjukkan kepercayaan dan harapan masyarakat internasional terhadap Indonesia untuk meningkatkan kepemimpinannya dalam pemajuan diplomasi kemanusiaan, terutama di bidang pengurangan risiko dan penanggulangan bencana.(R/R04/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)