Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KOMUNITAS YAHUDI TERBESAR DI AMERIKA KECAM KEBIJAKAN ISRAEL

kurnia - Ahad, 8 November 2015 - 08:30 WIB

Ahad, 8 November 2015 - 08:30 WIB

469 Views ㅤ

Presiden Uni Reformasi Yudaisme Rabbi Rick Jacobs (Foto : Press Tv)
Presiden Uni Reformasi Yudaisme Rabbi Rick Jacobs (Foto : Press Tv)

Presiden Uni Reformasi Yudaisme Rabbi Rick Jacobs (Foto : Press Tv)

Orlando, 25 Muharram 1437/7 November 2015 (MINA) – Pemimpin komunitas Yahudi terbesar di Amerika Utara telah mengritik kebijakan Israel terhadap Palestina, dan menganggap hal itu adalah kebijakan yang “sesat”.

“Meminta orang-orang Yahudi di seluruh dunia untuk mengibarkan bendera Israel dan bahkan untuk mendukung kebijakan politik paling sesat para pemimpinnya, hanya akan memperlebar jarak antara jiwa Yahudi dan negara Yahudi. Hal itu terlalu kontraproduktif,” ungkap Rabbi Rib Jacobs, Presiden Persatuan untuk Reformasi Yahudisme, dalam khotbahnya, pada Kamis malam(5/11) saat konferensi dua tahunan di kota Orlando, Florida.

Rib menyatakan, komunitas Yahudi tidak boleh tetap diam saat kejahatan kebencian membunuh warga Palestina tak bersalah di wilayah pendudukan. Demikian Press Tv melaporkan, dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu.

Jacobs juga mengatakan, gerakan reformasi “telah lama menentang kebijakan permukiman Israel di Tepi Barat”.

Baca Juga: AS, Rusia Sepakat Bentuk Mekanisme Konsultasi untuk Redakan Ketegangan

“Hal itu menyebabkan rasa sakit dan penderitaan bagi rakyat Palestina juga mengasingkan Israel dari teman dan sekutu di seluruh dunia,” tambahnya.

“Hanya dua negara untuk dua orang, baik menyatakan layak dan aman, hidup berdampingan dalam damai, akan membawa konflik berakhir,” tegasnya.

Pemimpin reformasi itu juga mengecam perlakuan pemerintah Israel terhadap minoritas.

“Bangsa Yahudi yang melihat kehancuran dalam penanganan minoritas Israel, atau dengan cara pandangan ultra-Ortodoks Yahudi sedang diabadikan dalam hukum sekuler, sedang diberitahu bahwa, ketika datang ke Israel, Anda harus memeriksa komitmen Anda untuk tikkun olam di pintu; kita tidak akan,” kata Jacobs.

Baca Juga: Kanada Siap Jadi Mitra Pembangunan di ASEAN

Tikkun olam adalah konsep Yahudi ditandai dengan tindakan kebaikan yang dilakukan untuk memperbaiki dunia. Pemimpin Reformasi mengatakan juga berlaku untuk memperbaiki Israel.

“Banyak kaum Yahudi, terutama para pemudanya, merasa bahwa Israel sudah bersikap terlalu intoleran tidak hanya kepada warga Arab Israel, namun juga terhadap kaum Yahudi non Ortodoks, Yahudi Ethiopia,” tambahnya.

Ketegangan meningkat telah berjalan tinggi terutama sejak Agustus ketika rezim Israel memberlakukan pembatasan masuknya beberapa orang Palestina ke dalam Masjid Al-Aqsha di  Al-Quds (Yerusalem Timur) situs ketiga paling suci  bagi umat Islam.

Menurut angka terbaru dari Departemen Kesehatan Palestina, sedikitnya 76 warga Palestina, termasuk 17 anak-anak, telah kehilangan nyawa mereka di tangan pasukan Israel sejak awal Oktober.

Baca Juga: Trump Sebut Pemecatan Pegawainya Dapat Menghemat Anggaran Hingga USD 50 Juta

Lebih dari setengah juta warga Israel tinggal di lebih dari 120 pemukiman ilegal yang dibangun sejak pendudukan Israel di wilayah Palestina di Tepi Barat dan Timur Al-Quds pada 1967. (T/P002/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Protes Perintah Trump, Enam Jaksa di AS Mengundurkan Diri

Rekomendasi untuk Anda

Kata Mereka
Internasional
Palestina
Palestina
Palestina