Kondisi Pengungsi Palestina di Lebanon Memburuk saat Musim Dingin

Pengungsi Palestina (Foto: Maan News Agency)

Beirut, MINA – Sekitar 210.000 (180.000 pengungsi Palestina dari Lebanon dan 30.000 pengungsi Palestina dari Suriah) tinggal di 12 kamp pengungsi resmi di Lebanon di tengah kondisi kehidupan yang sangat sulit.

Menurut survei terbaru, 93 persen dari semua pengungsi Palestina di Lebanon adalah orang miskin.

Tingkat kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tingkat pengangguran yang meroket, dan meningkatnya keputusasaan menyebar di kamp- di Lebanon. Dengan datangnya , situasinya tampaknya semakin memburuk.

Segalanya menjadi lebih buruk selama musim dingin

Dalam hal ini, Direktur Jenderal Komisi 302 Pembela Hak Pengungsi, Ali Huwaidi, menunjukkan bahwa kamp-kamp pengungsi memiliki masalah infrastruktur yang besar dan setiap banjir badai membawa kesengsaraan bagi pengungsi Palestina di Lebanon.

Berbicara kepada reporter PIC, dia menekankan, kamp pengungsi tidak mampu menangani beban hujan lebat dan akibatnya jalan-jalan dan lantai dasar pertokoan serta tempat tinggal terendam banjir selama musim dingin.

Selain itu, ia juga mengungkapkan 60 pengungsi Palestina tewas akibat tersengat listrik selama sepuluh tahun terakhi,r karena buruknya infrastruktur listrik dan air.

Huwaidi mengatakan para pengungsi Palestina menghadapi kesulitan untuk mencapai tempat kerja atau sekolah mereka selama musim dingin, karena jalan-jalan terputus oleh banjir dan genangan air terbentuk di jalan bawah tanah utama.

Dia lebih lanjut mengutip laporan UNRWA tahun 2015 yang mengatakan hampir sepertiga dari pengungsi Palestina yang terdaftar menderita penyakit kronis seperti asma, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

“Meskipun tantangan yang dihadapi warga Palestina sama di semua kamp, para pengungsi di Beqaa juga menderita karena masalah pemanas setiap musim dingin,” katanya kepada reporter PIC.

Bahan bakar dianggap sebagai sumber utama penghangat bagi para pengungsi, apalagi dengan minimnya listrik. Namun, sulit bagi mereka membeli bahan bakar yang dibutuhkan untuk pemanas karena biayanya yang tinggi akibat krisis ekonomi.

“Selain masalah panas, pengungsi Palestina juga menderita kekurangan pakaian musim dingin dan selimut,” tambahnya.

UNRWA bertanggung jawab

Huwaidi mengatakan UNRWA secara langsung bertanggung jawab untuk menyediakan kehidupan yang bermartabat bagi para pengungsi Palestina, dan dengan demikian bertanggung jawab untuk memasok bahan bakar yang diperlukan keluarga untuk pemanas.

Namun, badan PBB itu tetap mendistribusikan bahan bakar minyak ke sejumlah keluarga di antara para pengungsi Palestina, tetapi dalam jumlah tidak mencukupi, tidak mencapai jumlah minimum yang dibutuhkan untuk pemanas sepanjang musim dingin.(T/R7/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)