Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi Pengungsian Buruk, Perempuan Gaza Hadapi Kesulitan saat Menstruasi

sri astuti - Ahad, 21 Januari 2024 - 14:39 WIB

Ahad, 21 Januari 2024 - 14:39 WIB

9 Views

Kaum wanita dari keluarga korban perang Gaza 2014. (Foto: Ezz Zanoun/Al Jazeera)

Gaza, MINA – Perempuan dan anak perempuan di Gaza menggunakan cara-cara yang tidak aman dalam mengatur menstruasi mereka di tengah kekurangan produk menstruasi dan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk, kata ActionAid dalam sebuah laporannya.

Organisasi non-pemerintah tersebut mengatakan, mereka telah mendengar beberapa perempuan pengungsi yang tinggal di Rafah begitu putus asa sehingga mereka memotong tenda-tenda kecil yang mereka gunakan sebagai tempat berteduh dari dingin dan hujan untuk digunakan sebagai pengganti produk menstruasi, sehingga berisiko tertular penyakit. WAFA melaporkannya, Sabtu (20/1).

“Kurangnya air membuat hampir mustahil untuk menjaga kebersihan, dan para perempuan mengatakan kepada kami bahwa mereka sudah beberapa pekan tidak mandi,” kata NGO itu.

NGO tersebut mengutip pernyataan salah satu stafnya, “Tidak ada air. Saya menderita selama menstruasi. Tidak ada air yang tersedia untuk saya mandi selama menstruasi. Saya tidak punya pembalut untuk kebutuhan saya sendiri selama menstruasi.”

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

Karena Rafah saat ini menampung lebih dari satu juta pengungsi, lebih dari empat kali lipat populasi biasanya, dalam kondisi yang sangat padat, tidak ada privasi. Antrean toilet sangat Panjang. UNRWA memperkirakan di tempat penampungannya di Rafah hanya ada satu toilet untuk setiap 486 orang.

Adara, yang mengungsi dari rumahnya bersama keempat anaknya, mengatakan: “Kami sangat menderita setiap kali kami ingin pergi ke kamar mandi. Kami antri lama sekali dan kamar mandinya jauh.”

Tanpa air, perempuan dan anak perempuan yang sedang menstruasi tidak dapat mandi agar tetap bersih. Hal ini, ditambah dengan kurangnya sabun, dan banyaknya perempuan yang terpaksa menggunakan produk atau penggantinya lebih lama dari waktu yang aman, menimbulkan risiko bagi kesehatan mereka.

Masyarakat hanya mengakses rata-rata 1,5 hingga 2 liter air per hari, yang berada di bawah 3 liter yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dasar mereka, dan jauh di bawah kebutuhan minimum 15 liter per orang setiap hari untuk memenuhi semua kebutuhan terkait air dan sanitasi, termasuk mencuci.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Riham Jafari, Koordinator Advokasi dan Komunikasi di ActionAid Palestine mengatakan: “Bayangkan Anda harus menghadapi menstruasi tanpa produk menstruasi, tisu toilet atau sabun, dan tidak ada kesempatan untuk mandi, sambil hidup berdampingan dengan orang lain tanpa mandi dan tanpa privasi.”

“Ini adalah kenyataan yang dialami ratusan ribu perempuan dan anak perempuan di Gaza saat ini. Ini bukan hanya penghinaan terhadap martabat mereka, ini juga merupakan bahaya kesehatan yang nyata,” tambahnya.

“Salah satu rekan kami di Gaza mengatakan kepada saya sudah beberapa pekan dia tidak bisa mandi. Wanita seperti dia menunjukkan ketahanan yang luar biasa dan menemukan cara kreatif untuk mengatur menstruasi dan kebutuhan mereka sebaik mungkin, tapi mereka seharusnya tidak melakukannya. Ini merupakan hak mendasar bagi perempuan untuk dapat menjalani menstruasi mereka dengan aman dan bermartabat.” (T/R7/R1)

 

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Palestina
Internasional
Palestina