Oleh: dr. Suwardi Sukri, Dokter Integratif Medicine
Seorang pria berusia 40 tahun menderita tumor otak, walau nampak sakit cukup berat, orangnya riang dan pemahaman spritualnya mantap. Dan progres penyakitnya pun positif. Semula penglihatan nyaris buta, setelah dua bulan terapi secara natural, bapak tersebut dapat menulis sms. Lain halnya, dengan seorang gadis muda yang menderita tumor payudara, mengalami hambatan penyembuhan karena wanita tersebut dilanda stres dan cemas.
Penyakit kronis
Sering saya melihat perbedaan pasien dengan sikap spiritual positif dan tidak.Ternyata spiritual sangat berpengaruh terhadap kesembuhan suatu penyakit kronis.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Mengapa demikian? Seorang yang menderita penyakit kronis seperti diabetes, kanker, hipertensi, dan stroke. Akan mengalami tekanan mental yang berat. Karena penyakit tidak dapat disembuhkan, penderita harus komsumsi obat seumur hidup. Lagi pula efek obat berdampak buruk pada tubuh. Jangankan mengomsumsi, melihat obat sebajibun saja,membuat penderita stres duluan. Ditambah lagi ucapan dokter yang kerap menekan mental. Penyakit tidak dapat sembuh. Ini penyakit berat. Kalau tidak minum obat dalam waktu beberapa bulan akan mati. Atau segera operasi …dan bla bla….
Stresing verbal yang demikian, justru sebagai suatu bentuk sugesti negatif dan berpegaruh negatif terhadap progres penyakit. Informasi ini akan masuk di otak dan tubuh akan menterjemahkan sugesti negatif tersebut sebagai suatu pesan ke setiap sel organ khususnya organ atau jaringan yang sakit.
Sistem Saraf dan Sirkulasi Darah
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (otak), sistem saraf tepi dan saraf otonom. Otak sebagai pusat kontrol seluruh organ tubuh.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Bagaimana otak mengontrol sampai ke ujung kuku? Yakni melalui serabut saraf tepi. Serabut ini disebut juga sebagai serabut sadar. Maksudnya dapat diperintah langsung oleh otak. Misalnya mata berkedip, mulut mengunyah,tangan dan kaki bergerak. Adapun saraf otonom, disebut sebagai saraf tidak sadar yang terdiri dari saraf simpatis dan saraf para simpatis.
Saraf otonom inilah yang mempersarafi organ-organ dalam tubuh. Di mana organ-organ ini bekerja terus-menerus tanpa dapat diperintah langsung oleh otak. Sebagai contoh jantung berdetak tidak dapat anda perintah agar jantung berhenti. Begitu pula pankreas, usus, lambung, dan ginjal serta hati.
Timbul pertanyaan bagaimanakah bentuk koordinasi otak dengan saraf otonom? Yaitu melalui kurir si pembawa pesan berupa neurotransmiter, disingkat NE. Jadi otak dapat memengaruhi organ-organ dalam lewat NE, yakni suatu hormon yang dapat mengaktivasi atau menormalkan kerja saraf simpatis dan para simpatis. Sehingga terjadi keseimbangan kerja antara simpatis dan para simpatis.
Berdasarkan efek kerjanya, maka NE dikelompokkan sebagai stimulus atau anti stimulus. Contoh, saat seseorang stres hormon kortisol sangat berpengaruh, sebaliknya endorfin, sebagai hormon kebahagiaan yang aktif pada orang dengan spritual yang bagus. Nah, lewat pengaruh kerja NE inilah bagaimana organ-organ tubuh dapat dibantu menjadi sehat manakala mereka sakit.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Sirkulasi darah mengalirkan darah ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah. Darah terdiri dari sel-sel darah dan plasma (70% air), di mana darah berfungsi mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh setiap sel. Termasuk sel saraf. Bahkan jaringan serabut saraf selalu berjalan beriringan bersama pembuluh saraf. Dalam kehidupan sehari-hari, diibaratkan jaringan kabel listrik dan jaringan PAM, yang masuk ke setiap rumah penduduk yang sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan.
Begitu pula tubuh, agar sehat, jaringan saraf dan organ-organ dalam tubuh butuh oksigen dan nutrisi. Nutrisi dibutuhkan sebagai energi, zat pembangun dan pembentuk tubuh. Bahkan berpengaruh terhadap karakter dan mental.
Bagaimana bisa? Begini; nutrisi asam amino adalah bahan baku untuk produksi NE atau hormon. Salah satu hormon kebahagian yang menghambat hormon stres adrenalin adalah Serotonin. Saat stres, tubuh melepaskan adrenalin, agar stres tidak berkelanjutan, maka tubuh melepas Serotonin. Sebagai feedback negative atau umpan balik negatif dan ini secara otomatis terjadi.
Ternyata, 70 % Serotonin diproduksi di usus. Oleh sebab itu orang dengan pola makan buruk, akan menghasilkan nutrisi buruk. Sementara di usus terdapat normaflora usus yaitu bakteri baik dalam jumlah miliaran, yang bermanfaat untuk membantu metabolisme nutrisi.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Bakteri baik, berubah menjadi bakteri jahat, manakala kondisi usus buruk. Yang sering terjadi pada orang dengan pola makan buruk. Pola makan buruk dan bakteri jahat, akan menghambat produksi Serotonin. Akibatnya, orang mudah stres, karena mekanisme umpan balik negatif kerja adrenalin tidak terjadi.
Sebaliknya, usus buruk meningkatkan produksi adrenalin. Dengan fakta ini, saya beranggapan bahwa orang mudah stres dan marah karena ada koneksinya dengan umpan balik negatif ini? Jelas, bahwa begitu penting nutrisi. Sehingga, kalimat yang berbunyi: Anda adalah apa yang Anda makan. Ada benarnya. Sebab nutrisi sangat berpengaruh terhadap sel yakni sampai ke tingkat genetik. Yang akan memberi warna sifat Anda.
Nutrigenetik
Tubuh dibentuk oleh triliunan sel dan setiap sel terdiri dari inti sel yang mengandung gen atau DNA dan sitoplasma. Sitoplasma adalah cairan di dalam sel = cairan intra sel bersifat dinamis yang selalu diperbaharui oleh cairan di luar sel = ekstra sel. Jelasnya, cairan intra sel akan mendapat pasokan dari cairan extra sel. Sementara cairan ekstra sel komponen terbesarnya adalah darah. Dan darah membawa oksigen dan nutrisi.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Nutrisi inilah yang masuk ke dalam sel sebagai bahan makanan. Bila pola makan anda buruk maka itu sama saja Anda memberi makan gen dengan sesuatu yang buruk. Yang menyebabkan mutasi genetik yakni gangguan ekspresi gen. Dengan demikian, terjadilah rupa-rupa penyakit semisal diabet, hipertensi, asam urat, Alzheimer, Lupus, Hipertiroid Hashimoto, dan kanker.
Hampir 90 % penyakit dengan kelainan ini disebabkan oleh pola makan buruk dan makan berlebihan. Rata-rata penyakit ini timbul di usia dewasa. Bukan sejak lahir. Kalau seseorang menderita kanker atau diabet di usia 40 tahun, maka rentang waktu 40 tahun sejak dia lahir, orang itu sehat-sehat saja bukan? Bila saya anamnesa penderita, nampak jelas kalau mereka berpola makan buruk dan gaya hidup tidak sehat.
Jangan Stres dan Makanlah yang Baik-baik
Bila racun yang berbahaya di urutan pertama adalah bisa ular, maka stres adalah racun peringkat kedua. Begitu buruknya stres terhadap kesehatan. Saat stres tubuh melepas hormon adrenalin dan kortisol. Hormon ini akan memberi efek negatif, berupa melemahkan sistem imun tubuh dan memicu timbulnya stres oksidatif. Yakni Radical oksidatif species= ROS.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
ROS akan mengoksidasi lemak menjadi lemak jahat LDL= low density lipoprotein dan menurunkan lemak baik HDL= high density lipoprotein. Kondisi ini memicu gangguan pembuluh darah dan jantung. Kondisi terburuk, ROS dapat merusak gen dan menyebabkan penuaan sel.
Syukur, ROS dapat diredam oleh enzim SOD = superoksida dismutase, yang diproduksi di dalam tubuh tapi produksi SOD menurun setelah usia 25 tahun. Itulah sebabnya, setelah usia ini hendaknya kita lebih bijak di dalam memperlakukan tubuh agar tetap sehat. Efek adrenalin juga membuat pembuluh darah menyempit, sirkulasi darah terhambat, sehingga menimbulkan hipertensi, gangguan otak berupa dimensia dan pecahnya trombosit yang melepaskan tromboksan, sebagai penggumpal darah. Pembuluh darah menyempit dan darah menggumpal makin membuat buruk sistem sirkulasi darah.
Sebaliknya, jika orang dengan spiritual bagus, berpikir positif, sabar, cool, dan semangat, tubuh akan mengeluarkan hormon kebahagiaan yakni endorfin. Sebetulnya ada 25 jenis hormon kebahagian dibentuk oleh tubuh dan yang paling dikenal adalah endorfin yang juga memiliki efek yang paling kuat memicu perasaan bahagia.
Efek positif endorfin adalah meningkatkan sistem imun khususnya sel Natural Killer=NK. Sel NK ini adalah sel pembunuh paling ampuh terhadap sel-sel kanker. Endorfin memiliki efek analgesic (pereda rasa sakit) yang setara dengan opium dan juga memperkuat daya ingat, menyehatkan otak, mencegah penuaan dini sehingga tubuh tidak mudah jatuh sakit.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Kalau hormon stres berlaku umpan balik negatif, maka hormon kebahagiaan pun berlaku demikian. GABA = asam gama aminobutirat, bekerja menghambat efek hormon kebahagiaan. Tatkala tubuh melepas hormon kebahagiaan, maka saat itu pula GABA dilepas untuk menghambat kerja hormon kebahagian agar tidak berlebihan. Anehnya, ternyata mekanis umpan balik negatif ini tidak berlaku jika kebahagiaan itu timbul karena spiritual yang bagus.
Dengan demikian orang-orang dengan pemahaman spritual tingkat tinggi akan merasakan kebahagiaan tanpa batas. Bukankah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram?
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.“ (Q.S. Ar-Rad : 28)
Selain hati yang tenteram alias bahagia, organ-organ tubuhnya pun menjadi sehat sebab reseptor hormon kebahagian tidak hanya ada di otak tetapi terdapat pada seluruh tubuh. Sebaliknya, kebahagiaan tingkat rendah, misalnya kebahagian karena pemuasan nafsu, misalnya nafsu makan dan nafsu seks. Maka mekanisme umpan balik negatif ini berlaku. Anda merasa bahagia jika komsumsi makanan kesukaan anda. Karena saat itu tubuh melepas hormon kebahagian. Tapi ketika anda kenyang, maka pengaruh hormon ini akan terhenti, begitu pula dengan nafsu seks. Jadi intinya, kebahagiaan yang paling hakiki adalah kebahagiaan terkait dengan spiritual dan ini baik untuk kesehatan dan penyembuhan suatu penyakit.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“ Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (Q.S. Al-Baqarah : 172)
Tepat sekali ajaran Al-Qur`an ini, jika ingin sehat fisik dan spritual maka makanlah rizki yang baik-baik, baik dari segi materi maupun dari segi haram dan halalnya. Ulasan ini telah menjelaskan pola makan yang buruk akan berpengaruh buruk pada gen yang mengatur aktifitas sel. Apalagi jika disertai makanan yang haram, tentu akan memberi dampak buruk, bukan saja pada fisik, tapi juga pada sifat dan perilaku orang tersebut.
Saya sering menjumpai pasien dengan latar buruk seperti ini. Biasanya orang-orang yang demikian ini punya riwayat dengan makanan haram, yang berakhir dengan penyakit kronis yang sulit sembuh dan sulit menerima pesan kebajikan yang disarankan oleh dokter. Sampai akhirnya orang tersebut dihapus dari bumi ini oleh Allah SWT.
Beda dengan pasien kronis yang sakitnya disebabkan oleh ketidaktahuan makanan yang sehat. Tetapi menjaga tubuhnya agar tidak mengomsumsi makanan haram. Pasien seperti ini, walaupun tubuhnya sakit tapi jiwanya sehat dan spritualnya bagus. Hal ini logis, karena orang yang makan makanan haram, maka shalatnya tidak akan diterima selam 40 hari.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Bukankah Allah itu Maha Suci, yang hanya menerima yang suci pula. Bagaimana mungkin orang dengan harta haram atau makan makanan haram akan bahagia? Orang yang demikian ini tidak akan mengingat Allah sehingga hatinya tidak tentram, malah stres kronis yang mereka alami. Sehingga mudah jatuh sakit dan jika sakit penyembuhannya pun sulit. Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam bishshawab.
(A/R01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!