Tunis, 6 Rabi’ul Awwal 1435/8 Januari 2014 (MINA) – Para akademisi Arab, politisi, serta mahasiswa dan aktivis mengambil bagian dalam konferensi internasional di Tunis, ibukota Tunisia, guna mendukung front perlawanan anti-Israel.
Konferensi dua hari tersebut dimulai sejak Selasa (7/1), sepekan menjelang ulang tahun ketiga revolusi di negara Arab itu.
Selama konferensi, para peserta mengingatkan bahaya hubungan dengan Israel dan mengecam pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh penjajah Israel di wilayah Palestina yang diduduki negara Yahudi tersebut.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Seluruh dunia harus menyadari bahwa negosiasi dengan pemerintah yang bersikap rasis dan mendukung pemukim ekstrimis, bertaruh untuk suatu khayalan,” kata Mustafa Barghouti, Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina kepada Press TV yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sejumlah cendekiawan dalam konferensi tersebut menganggap aksi kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina merupakan strategi yang diterapkan pemerintah Yahudi tersebut untuk menduduki lebih banyak tanah dan memaksakan kehadiran Zionis di seluruh dunia Arab.
Mereka meyakini kekisruhan politik di wilayah itu akan membuka peluang bagi Israel untuk melakukan kejahatan dengan lebih leluasa di wilayah Palestina yang didudukinya .
Para cendekiawan dalam pertemuan itu juga menyatakan keprihatinannya terhadap kebijakan sejumlah negara Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Pada 4 Januari, sekitar 105 anggota parlemen Tunisia mendukung RUU yang akan mengkriminalisasikan setiap bentuk hubungan dengan Israel, namun RUU tersebut kandas di tingkat Mahkamah Konstitusi , setelah gagal memperoleh empat suara dukungan tambahan. (T/P09/E02).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan