Konferensi Internasional Tentang Muslim Sebagai Kesatuan Umat dalam Keberagaman

(Foto: Doc. penulis)

Oleh: Dr. H.A. Hanief Saha Ghafur, MA.; Ketua Program Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia

Dewan Komunitas Muslim Dunia (TWMCC) yang diketuai oleh Sheikh Ali Rasyid An-Nuaimi, suatu organisasi internasional didirikan dan didukung para Emir Uni Arab Emirates (UAE), diadakan selama dua hari di Pusat Pameran Nasional Abu Dhabi (ADNEC) di ibu kota, Abu Dhabi, UAE, Ahad-Senin, 8-9 Mei 2022.

Konferensi ini diadakan di bawah perlindungan Yang Mulia Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan, Menteri Toleransi dan Koeksistensi, bertepatan dengan ulang tahun keempat berdirinya Dewan Komunitas Muslim Dunia.

Agenda ini juga diikuti partisipasi delegasi dari lebih dari 150 negara dari seluruh wilayah dunia untuk membahas dan membicarakan topik “, Konsep, Peluang dan Tantangan.”

Ada satu tokoh mantan Kepala Negara yaitu mantan Presiden Mauritius, Ameenah Gurib Fakim. Tidak kurang dari 20 pejabat setingkat Menteri yg hadir dan memberi sambutan, antara lain Sekjen OKI, Direktur ISESCO, Menteri dari Mesir, Pakistan, Turki, Malaysia, dan lain-lain.

Namun sayang Menteri Agama RI tidak hadir hanya mengirim wakilnya. Hadir pula dari agama lain, seperti utusan Vatican, Gereja Protestan, Gereja Ortodox Suriah, Gereja Koptik Mesir, dan lain-lain. Tidak kurang 700 peserta yang hadir. Semua biaya hotel dan transport ditanggung oleh TWMCC sebagai penyelenggara, bahkan para pembicara juga masih dapat honor.

Saya diundang TWMCC pada Oktober 2021 untuk Konferensi di Desember 2021. Namun ditunda karena Covid Omicron. Maka jadilah Konferensi dilaksanakan Mei 2022. Menariknya saya diundang oleh kawan-kawan dari Asia Timur, seperti Shaojin Chai (Tiongkok), Zainab Lanjun (Hongkong), Shih Ping Tarn (Taiwan), dan lain-lain, bukan diundang oleh orang Arab. Bahkan saya tidak kenal satupun orang Arab di kepengurusan TWMCC.

Saya diundang untuk beri ceramah di Konferensi Mei 2022. Saya sampaikan kepada Panitia bahwa saya bukan lagi Ketua PBNU. Jadi monggo disilahkan Panitia mengundang PBNU. Namun tetap mereka minta saya beri ceramah. Namun juga mereka mengundang PBNU. Saya bersedia hadir, asal surat kepada saya diubah jabatan saya bukan Ketua PBNU, tetapi Ketua Program Doktor SKSG-UI. Mereka setuju diubah. Saya juga minta panitia ubah tema ceramah. Semula saya diminta bicara tentang SDGS & sustainablity development. Saya menolak karena itu bukan keahlian saya. Akhirnya disepakati saya akan bicara kebijakan mutu pendidikan & kerjasama sama internasional.

Alhamdulillah pada Sabtu (7/5), kami berangkat ke . Ada banyak peserta dari Indonesia. Namun ada tiga penceramah selain saya, yaitu Prof. Amany Lubis (Rektor UIN Jakarta) dan Prof. Amin Abdullah (Mantan Rektor UIN Yogyakarta).

Sebelum pulang kawan-kawan seperti Shaojin Chai, Lanjun, dan Shih Ping Tarn menemui saya dan minta saya untuk tambah dua malam. Sebab mereka akan ajak saya ketiga universitas di Abu Dhabi & Sharjah. Acara ini sudah diucapkan mereka lama jauh hari sebelum saya berangkat. Namun ternyata tiket yang diberikan, saya pulang 10 Mei.

Mereka masih minta bisa akan ubah tiket itu. Namun tetap tidak bisa saya sudah buat agenda berdasarkan tiket 10 Mei. Saya harus nguji mahasiswa S3 Kamis dan Jumat. Akhirnya Shaojin Chai mau undang lagi ke Sharjah yang istrinya adalah dosen di Universitas Sharjah.

Konferensi Internasional Dewan Komunitas Muslim Dunia diadakan dengan judul “Persatuan Islam: Konsep, Peluang dan Tantangan” selama periode antara 8-9 Mei 2022 untuk membahas “Persatuan Islam” dan manifestasinya di berbagai bidang kehidupan, dan perannya dalam membangun peradaban manusia serta kondisi sejarah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pemahaman terhadap masalah ini dan menjadikannya slogan politik yang mengarah pada jalan yang berseberangan dari jalur sejarah yang dimainkan oleh realitas pesatuan Islam.

Konferensi ini menghadirkan dialog tentang konsep persatuan Islam dalam melihat peluang dan tantangan yang dihadapi bangsa dan masyarakat Muslim di abad ke-21, yang menuntut komunitas, institusi, dan individu Muslim untuk meremajakan kembali kesatuan Islam, cita-cita abadi sepanjang sejarah umat Islam hingga saat ini.

Ide mulia ini menyerukan persatuan kemanusiaan dan peradaban berdasarkan kerjasama, solidaritas, interaksi dan saling menguntungkan dalam pengetahuan, pendidikan, budaya, ekonomi dan perdagangan antar bangsa dan masyarakat.(AK/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.