Kairo, MINA – Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, membuka Konferensi “Ketahanan dan Pembangunan Yerusalem” dimulai hari ini, Ahad, (12/2) di markas Liga Negara Arab di ibukota Mesir, Kairo, dihadiri perwakilan tingkat tinggi negara-negara Arab, regional dan internasional.
Konferensi Yerusalem ini merupakan implementasi dari rekomendasi KTT Aljazair baru-baru ini, demikian Wafa.
Konferensi bertujuan mendukung dan memperkuat ketabahan rakyat Palestina sebagai garis pertahanan pertama kota Al-Quds.
Mereka melakukan perlawanan setiap hari dengan ketabahan, dan kepatuhan mereka, identitas dan ikatan mereka, atas nama negara-negara Arab dan Islam.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Konferensi tersebut juga bertujuan mengetengahkan isu Yerusalem ke opini publik dunia, khususnya pelanggaran dan kejahatan sistematis Israel yang sedang berlangsung, dengan tujuan mengosongkan Al-Quds dari rakyat Palestinanya, selain upaya Yahudisasi Masjid Al-Aqsha.
Liga Arab menyatakan keinginan yang sangat terhadap dimensi ekonomi dan investasi agar dapat hadir sejajar dengan poros hukum, mengingat mendorong investasi di Yerusalem dan Kota Tuanya merupakan salah satu cara perlawanan dan keteguhan hati.
Investor dan federasi yang peduli dengan investasi, dana kedaulatan dan semua orang di dunia Arab yang terlibat dalam pembangunan dan investasi diundang, sehingga dapat berkontribusi secara praktis untuk mendukung ketabahan Yerusalem.
Patut dicatat bahwa KTT Aljazair baru-baru ini merekomendasikan perlunya mengembangkan dan merumuskan strategi persatuan Arab yang menentukan posisi terhadap masalah Arab, terutama masalah Palestina, dan tidak menyerah mengingat kota Yerusalem, yang memiliki tempat suci sebagai ibu kota Negara Palestina.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Sementara Presiden Mahmoud Abbas dalam pertemuan tersebut manyatakan mendukung Yerusalem dan memperkuat ketabahan rakyatnya adalah tugas agama dan kebutuhan kemanusiaan dan nasional.
Abbas menambahkan dalam pidatonya, sebelum Konferensi Yerusalem, bahwa Yerusalem membutuhkan negara-negara Arab dan Islamnya, dan juga orang untuk melakukan perjalanan ke sana agar orang-orangnya dapat berbagi ikatan suci mereka, bahkan selama berhari-hari atau bahkan berjam-jam.
Presiden menunjukkan, perlawanan yang berkecamuk di dalam dan di atas Yerusalem tidak hanya dimulai pada hari pendudukannya pada tahun 1967, tetapi beberapa dekade sebelumnya, dan bahkan sebelum Deklarasi Balfour, yang dikonspirasi oleh kekuatan kolonial, yang dipimpin oleh Inggris dan Amerika, dengan tujuan untuk menyingkirkan orang-orang Yahudi di Eropa di satu sisi, dan di sisi lain membangun apa yang disebut sebagai tanah air nasional mereka di Palestina, menjadi pos terdepan untuk mengamankan kepentingan negara-negara jajahan tersebut.
Abbas menegaskan,”Sama seperti rakyat kami menolak Deklarasi Balfour dan hasilnya, kami juga menolak semua upaya untuk melikuidasi tujuan kami, menguranginya, atau memalsukan dan melenyapkan faktanya. Kami menolak kesepakatan abad ini, dan kami menolak – dan kami masih menolak – untuk memindahkan kedutaan AS atau kedutaan lainnya ke Yerusalem, sama seperti kami menolak upaya Israel pada tahun 2017 untuk memasang gerbang elektronik yang mengontrol masuk dan keluar ke Al-Aqsa Masjid,” tegas Abbas.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Abbas menekankan,”Kami akan tetap berkomitmen pada kepentingan nasional kami, membela hak-hak kami, apa pun situasinya, dan kami akan menghadapi dengan segenap kemauan dan kekuatan kami rencana pemerintah Israel yang paling rasis dan ekstremis saat ini, yang menargetkan Masjid Al-Aqsa dan semua kesucian Palestina,” katanya.
Abbas mengindikasikan, Palestina dalam beberapa hari ke depan akan pergi ke PBB dan berbagai badannya, untuk menuntut dikeluarkannya resolusi yang menegaskan perlindungan solusi dua negara dengan memberikan keanggotaan penuh kepada Palestina di PBB, menghentikan tindakan sepihak, terutama aktivitas penyerbuan, dan kepatuhan terhadap perjanjian yang ditandatangani dan resolusi legitimasi internasional, dan menyerukan konferensi perdamaian internasional.
Presiden menegaskan, Palestina berhak dan akan terus pergi ke pengadilan dan organisasi internasional untuk melindungi hak-hak sah rakyatnya.
Abbas juga menyajikan kepada peserta konferensi laporan yang terdokumentasi dengan benar tentang Masjid Al-Aqsa yang diberkati, termasuk Tembok Al-Buraq, menyangkal narasi palsu yang menjadi dasar pendudukan, dan menegaskan bahwa Palestina adalah pemilik hak segala yang ada di Palestina, di Yerusalem, dan di Masjid Al-Aqsa, dan pemilik hak agama, sejarah dan hukum eksklusif atas Tembok Al-Buraq.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
Abbas berkata,”Kami menjadi sasaran di masa lalu dan masih hingga saat ini terkait pemalsuan terbesar dalam sejarah dengan mengatakan bahwa Palestina adalah ”tanah tanpa orang untuk orang tanpa tanah” tetapi kebenarannya adalah bahwa mereka menginginkannya menjadi tanah tanpa rakyat dengan menggusur rakyatnya melalui kejahatan dan pembantaian yang mereka lakukan terhadap rakyat kami,” katanya.
Presiden memuji prakarsa yang diluncurkan oleh Yayasan Qudsuna di bawah naungan Sheikh Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Thani, Dana Abadi Yerusalem, dan Dana Pemberdayaan Yerusalem, yang telah memobilisasi dana $70 juta, dan bermaksud untuk menaikkannya menjadi $200 juta selama lima tahun ke depan, untuk membiayai proyek-proyek sumbangan di Yerusalem dan Palestina, menyerukan kepada semua orang untuk berkontribusi memperkuat prakarsa penting ini dan yang serupa lainnya, untuk mendukung ketabahan rakyat Palestina di Yerusalem dan Palestina secara keseluruhan.
Abbas menyatakan keyakinannya bahwa Konferensi Yerusalem akan membahas sampai pada tingkat masalah besar yang dihadapinya, dan tantangan berat yang dihadapi ibukota suci Palestina itu, sebagai akibat dari pendudukan dan rencana serta tindakan yang diterapkan pendudukan Israel, yang menargetkan sejarah kota, kesuciannya, orang-orangnya, dan identitas peradaban Palestina, Arab, Islam, dan Kristennya.
Presiden menegaskan, Yerusalem adalah permata mahkota dan bunga di mata Palestina, dan baginya bekerja untuk mempertahankan kesuciannya adalah suatu kehormatan dan ketinggian.
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
Sementara Sekretaris Jenderal Liga Negara-Negara Arab, Ahmed Aboul Gheit, mengatakan bahwa masalah Palestina dan Yerusalem menyatukan orang-orang Arab dengan cara yang tidak terjadi dengan sebab lain.
Dia menekankan bahwa Yerusalem hadir dalam hati nurani orang Arab, tetapi saat ini dalam kondisi menderita tidak hanya karena beban pendudukan, tetapi juga upaya untuk melenyapkan identitas historis, upaya Yahudisasi, dan mengosongkannya dari penduduk, melalui represi, penghancuran rumah, dan tindakan sewenang-wenang lainnya.
Aboul Gheit menekankan, tujuan konferensi adalah untuk mendukung ketabahan warga Yerusalem, menunjukkan bahwa Yerusalem berada di bawah pendudukan, dan tidak ada yang dapat mengubah fakta ini di bawah pemerintahan ekstremis. Semua upaya Yahudisasi hanya akan menyebabkan lebih banyak kekerasan.
Dia menekankan, memperkuat ketabahan adalah tugas setiap orang Arab, menekankan kebutuhan untuk mempertahankan status sejarahnya, sampai perdamaian yang abadi dan menyeluruh tercapai, dan bahwa konferensi tersebut adalah pesan kepada dunia tentang perlunya melindungi Yerusalem mulai sekarang.(T/B03/P1)
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Mi’raj News Agency (MINA)