Konferensi Nasional IRI Indonesia 2023 Bahas Perlindungan Hutan Tropis dan Perubahan Iklim

Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Fasilitator Nasional Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis atau Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, Dr Hayu S Prabowo.(Foto: Istimewa)

Jakarta, MINA – Prakarsa Lintas Agama untuk atau Interfaith Rainforest Initiative () Indonesia menggelar Konferensi Nasional “Peran Organisasi Keagamaan Dalam Perlindungan Hutan Tropis dan Pengendalian ” secara virtual di Jakarta, Sabtu (25/11).

Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr Hayu S Prabowo menyampaikan, konferensi nasional ini akan digelar setiap tahun  sebagai forum untuk berbagi pengetahuan moralitas keagamaan dalam perlindungan hutan tropis dari pandangan akademisi, peneliti, pengamat, regulator, agamawan dan praktisi.

“Pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, memiliki kewajiban untuk memperjuangkan perlindungan hutan,” tegas Hayu saat menyampaikan sambutan pada Konferensi Nasional IRI Indonesia ini.

Menurutnya, Inisiatif Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis (IRI) Indonesia adalah bukti dan langkah nyata atas kewajiban moral ini, dengan menyatukan agama, komunitas adat, ilmuwan, dan masyarakat Indonesia dalam sebuah koalisi yang menuntut tindakan tegas.

“IRI adalah aliansi internasional lintas agama yang membawa pengaruh moral dan kepemimpinan berbasis agama pada upaya untuk mengakhiri penggundulan hutan tropis,” imbuh Hayu yang juga Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dia mengatakan, IRI berfungsi sebagai wadah bagi para pemimpin agama dan komunitas agama untuk bekerja bahu-membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha dalam aksi-aksi yang melindungi hutan tropis dan melindungi mereka yang berperan sebagai penjaganya.

“Penebangan hutan tropis tidak hanya melepaskan karbon yang tersimpan pada hutan tersebut tetapi juga melemahkan kemampuan alam untuk menyerapnya. Meskipun janji dan komitmen global mengakui pentingnya peran hutan tropis, deforestasi masih terus terjadi yang memperburuk perubahan iklim,” ujar Hayu.

Dia berharap dengan digelarnya konferensi nasional ini, yang diagendakan rutin setiap tahun, IRI dapat memperluas jangkauan dan pengaruhnya, melibatkan pemimpin agama, masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha dalam aksi-aksi nyata untuk melindungi hutan tropis dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.

“Kami juga berharap dari konferensi nasional ini dapat mendapatkan informasi dari berbagai perspektif sehingga IRI untuk dapat memetakan program kerja IRI yang lebih terarah dan apa yang bisa dikerjasamakan bersama,” pungkas Hayu.

Pada Konferensi Nasional IRI Indonesia 2023 ini ini sebanyak 20 presenter telah terpilih abstraknya untuk dipersentasikan untuk mendapatkan informasi dari berbagai perspektif, sehingga IRI dapat memetakan program kerja IRI yang lebih terarah dan apa yang bisa dikerjasamakan bersama.

Pemaparan presentasi abstrak atau rencana penelitian tahun ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Masyarakat Adat dan Masa Depan Hutan di Indonesia; Agama, Hutan Tropis, dan Perubahan Iklim; dan Peningkatan Strategi dan Kolaborasi Antarsektor dalam Advokasi terhadap Hutan di Indonesia.

Konferensi ini juga dihadiri peserta dari berbagai daerah yang mewakili instansi pemerintah, pemuka agama, masyarakat adat, akademisi, pimpinan NGO, pengamat lingkungan dan media.(L/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.