New Delhi, MINA – Konferensi sejarah nasional di New Delhi, Ahad (20/4), yang dihadiri para sejarawan, cendekiawan, dan guru besar menyoroti kontribusi bersejarah umat Islam terhadap tatanan budaya dan peradaban India.
Konferensi bertajuk “Delhi Tempat Berpadu Sintesis Indo-Islam di India Abad Pertengahan,” diselenggarakan oleh Departemen Studi Islam, Universitas Jamia Hamdard, bekerja sama dengan Institut Studi dan Penelitian Delhi (ISRD), New Delhi. India Tomorrow melaporkan.
Konferensi diselenggarakan di Hamdard Convention Center, Jamia Hamdard, bertujuan untuk mengeksplorasi dampak mendalam warisan Islam dalam membentuk budaya, masyarakat, dan pemerintahan India abad pertengahan, dengan penekanan khusus pada Delhi sebagai pusat konvergensi budaya.
Berbagai macam makalah penelitian disajikan dalam beberapa subtema yang selaras dengan topik utama, termasuk Kedatangan Islam di India Utara, Lembaga Pendidikan dan Produksi Pengetahuan, Arsitektur Indo-Islam, Tradisi Sufi dan Ruang Suci, Bahasa dan Sastra, Peran Musik dan Seni Pertunjukan dalam Perjuangan Kemerdekaan, Kaligrafi dan Seni Dekoratif, Warisan Kuliner dan Budaya Kuliner, Kontribusi Perempuan, Sains dan Teknologi, Taman Mughal, dan Inovasi Ekonomi dan Administrasi.
Baca Juga: Umat Muslim di India Protes Undang-Undang Wakaf
Syed Sadatullah Husaini, pimpinan Jamaat-e-Islami Hind menekankan bahwa Al-Quran berulang kali mendorong studi sejarah dan peristiwa sejarah untuk mengambil pelajaran dan hikmah.
“Jika pelajaran diambil dari sejarah, itu menjadi aset. Sejarah berfungsi sebagai cermin masyarakat. Menyanggah narasi negatif yang berlaku seputar Muslim di India,” ujarnya.
Husaini mengatakan, “Muslim bukanlah orang luar atau penjajah asing. Mereka adalah pengembang bukan perusak, pembangun bukan penjajah, pewaris bukan penyusup.”
Ia menyoroti bagaimana Kesultanan Delhi bertindak sebagai penghubung, yang menghubungkan India dengan pusat-pusat pengetahuan global yang berkembang pesat di dunia Muslim.
Baca Juga: Jepang Dukung Penyelesaian Krisis Rohingya
Ia mengutip contoh para sarjana Sansekerta dan ahli numerik yang diakui dan dihormati di istana Kekhalifahan Abbasiyah. Orang-orang Arab, katanya, tidak pernah mengambil alih pencapaian intelektual para sarjana India, tetapi malah memberi mereka penghargaan yang sepantasnya.
“Kesultanan Muslim membantu menyebarkan harta karun pengetahuan India yang tersembunyi di seluruh dunia,” katanya.
Husaini juga memuji keajaiban arsitektur Kesultanan Delhi, seperti Qutub Minar, yang disebutnya sebagai bukti kemegahan artistik era itu.
Ia menekankan bahwa kontribusi paling berharga dari para penguasa Muslim adalah promosi persatuan dan kesetaraan manusia, menyatukan orang-orang lintas agama, kasta, dan kelas di bawah identitas bersama umat manusia.
Baca Juga: Bertemu Ketua Parlemen Palestina, Puan Maharani Tegaskan Dukungan Indonesia
Dr. Afshar Alam, Wakil Rektor Universitas Jamia Hamdard, dalam sambutan pembukaannya memberikan gambaran sejarah pemerintahan Islam di India, menelusurinya dari kedatangan Mohammad Ghori pada abad ke-12 hingga era kolonial Inggris, yang mencakup dinasti Budak, Khilji, Tughlaq, Sayyid, Lodhi, dan Mughal.
Ia menekankan bagaimana Delhi menjadi inti dari perpaduan budaya Indo-Islam, dengan gaya arsitektur Asia Tengah dan Persia yang menyatu dengan desain asli India.
Hal ini, katanya, menghasilkan identitas arsitektur Indo-Islam yang unik, yang terlihat dari warisan budaya kota yang kaya.
Dia juga menguraikan kontribusi periode Islam dalam pendidikan, sains, musik, sastra, pemerintahan, dan reformasi sosial, dengan menegaskan bahwa sintesis ini meletakkan dasar dari apa yang sekarang disebut sebagai budaya Asia Selatan.
Baca Juga: Presiden Suriah Al-Sharaa Terima Kunjungan Anggota Kongres AS
“Perpaduan ini tidak hanya membentuk peradaban India, tetapi juga memberinya kedalaman, keragaman, dan ketahanan,” ujarnya.
Dr. Hafeezur Rahman, koordinator Yayasan Khusro dan pakar bahasa Urdu dan Persia, menyampaikan pidato sebagai tamu istimewa.
Ia merenungkan historiografi, membedakan antara narasi pro-kemapanan dan anti-kemapanan, dan memuji kontribusi Islam terhadap objektivitas sejarah melalui tradisi “Asma al-Rijal” (evaluasi biografi narator).
Ia mencatat, “Sering dikatakan bahwa Mughal menghadiahkan tiga harta karun yang tak tertandingi kepada India: Taj Mahal, Mirza Ghalib, dan bahasa Urdu.”
Baca Juga: Houthi Yaman Umumkan Penembakan Jatuh Drone MQ-9
Rahman secara khusus memuji peran para wali Sufi, khususnya Hazrat Nizamuddin Auliya dan muridnya Ameer Khusrau, seorang polymath abad ke-13 dan bapak pendiri bahasa Urdu.
Khusrau, katanya, juga seorang sarjana terkemuka dalam astrologi, astronomi, dan musik. Mengutip ajaran Khusrau yang sering diulang-ulang dari guru spiritualnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polisi Pakistan Tangkap 170 Orang Lebih Karena Serang KFC