Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kongres Ulama Perempuan Bahas Perkawinan Anak dan Kekerasan Seksual

Admin - Kamis, 27 April 2017 - 08:07 WIB

Kamis, 27 April 2017 - 08:07 WIB

276 Views ㅤ

Cirebon, 30 Rajab 1438/ 27 April 2017 (MINA) – Ratusan ulama perempuan Indonesia, aktivis dan akademisi menggelar acara Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama di Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Agenda kongres para da’i perempuan tersebut telah berlangsung dari 25-27 April 2017.

Ketua Panitia KUPI Badriyah Fayumi mengatakan, kongres ini akan membahas tiga isu utama yang dihadapi perempuan dan anak-anak, yaitu perkawinan anak, kekerasan seksual dan perusakan alam dalam konteks keadilan sosial, migrasi dan radikalisme.

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

“Kongres Ulama Perempuan Indonesia ini akan menjadi ruang perjumpaan para ulama, pemerintah, dengan aktivis, para korban. Untuk saling berbagi pengetahuan, saling berbagi pengalaman,” katanya.

Ratusan aktivis perempuan dari 15 negara hadir dalam seminar ini. Mereka berasal dari Afghanistan, Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Belanda, Filipina, India, Malaysia, Nigeria, Kanada, Kenya, Pakistan, Arab Saudi, Singapura, Thailand, serta para pengasuh pondok dan akademisi dalam negeri.

Hal serupa juga disampaikan oleh aktivis asal Malaysia Zainah Anwar, ini merupakan langkah mulia dalam membangun peradaban keumatan dan kemanusiaan yang asasi.

“Saya sangat mengapresiasi atas keberhasilan Indonesia dalam menyeleraskan sejumlah kebijakan dan akses yang terbuka bagi kalangan perempuan,” tambahnya.

Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa

Ia menilai, tidak ada perlakuan kebijakan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan di Indonesia dan ini perlu diapresiasi setinggi-tingginya.

Bahkan, meski persoalan radikalisasi agama masih ditemukan di Indonesia, namun Zainah Anwar menilai kekokohan Islam Indonesia yang moderat akan mampu meredam masalah itu.

Hal senada disampaikan pembicara lainnya. Secara umum, mereka mengakui keunggulan Indonesia, pada saat di negara mereka masing-masing masih menghadapi sejumlah kendala akses dan ketimpangan baik secara kultural maupun kebijakan-negara antara perempuan dan laki-laki.

Mereka berharap, ada kesempatan bagi para ulama perempuan di negaranya untuk belajar kepada ulama-ulama perempuan di Indonesia.

Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio

Mereka juga berharap semangat atau spirit Islam Indonesia yang memberi ruang terhadap perempuan dan moderasi Islam ala Indonesia dapat dipromosikan dan dikembangkan ke seluruh dunia yang lebih luas.

Hadir sebagai narasumber pada acara tersebut, Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Masud (mewakili Menag), Rektor IAIN Syekh Nurjati Sumanta, serta sejumlah aktivis perempuan dari berbagai Negara. Mereka adalah Zainah Anwar (Malaysia), Bushra Qadeem (Pakistan), Hatoon Al-Fasi (Saudi Arabia), Roya Rahmani (Afghanistan), Ulfat Hussein Masibo (Kenya), Rafatu Abdul Hamid (Nigeria), serta Badriyah Fayumi, Siti Ruhaini Dzuhayatin, dan Eka Srimulyani (Indonesia).

Sebelumnya, dalam rangkaian KUPI, Kementerian Agama menyelenggarakan ‘International Seminar on Womens Ulama’ di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Panitia Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), dan AMAN (The Asian Muslim Action Network). (T/R12/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Transaksi Judi Online di Indonesia Mencapai Rp900 Triliun! Pemerintah Siap Perangi dengan Semua Kekuatan

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Kolom
Kolom