Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konsep Kemerdekaan dalam Islam

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Ahad, 18 Agustus 2024 - 09:03 WIB

Ahad, 18 Agustus 2024 - 09:03 WIB

77 Views

79 Tahun Kemerdekaan RI (foto: id)

Baru saja anak bangsa ini menggelar acara kemerdekaan Republik Indonesia ke 79. Dari Sabang sampai Merauke rakyat Indonesia gegap gempita merayakan kemerdekaan dengan berbagai perlombaan. Semua itu menunjukkan betapa senang dan bersyukurnya setiap warga negara Indonesia karena negara ini sudah merdeka. Namun, dalam tulisan singkat ini akan sedikit dikupas tentang orang yang merdeka dalam pandangan Islam berdasar Quran dan Hadis.

Dalam konteks Quran dan Hadis, “orang yang merdeka” bukan hanya berarti bebas dari perbudakan atau penjajahan secara fisik, tetapi lebih dari itu, mencakup kebebasan spiritual, moral, dan intelektual. Merdeka dalam Islam adalah kebebasan untuk beriman dan menjalankan ajaran agama tanpa tekanan dari hawa nafsu, syahwat, atau kekuasaan manusia lainnya. Berikut ini penjelasan mendalam mengenai konsep “merdeka” dalam Islam.

Pertama, Merdeka dari Perbudakan Hawa Nafsu

Dalam Quran, Allah berfirman,

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?”  (QS. Al-Jatsiyah: 23).

Orang yang merdeka dalam pandangan Islam adalah mereka yang mampu mengendalikan hawa nafsunya dan tidak tunduk kepada keinginan-keinginan rendah yang dapat menjauhkan mereka dari jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang dari kalian beriman dengan sempurna sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (syariat).” (HR. An-Nawawi dalam Arbain).

Kebebasan dari dominasi hawa nafsu adalah bentuk kemerdekaan sejati yang diakui dalam Islam, karena manusia yang merdeka adalah mereka yang bisa menentukan tindakannya berdasarkan tuntunan Allah, bukan dorongan syahwat atau keinginan duniawi.

Kedua, Merdeka dari Kesesatan dan Kekafiran

Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina

Al-Qur’an mengajak manusia untuk melepaskan diri dari kegelapan kesesatan menuju cahaya iman,

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (QS. Al-Baqarah: 257).

Dalam hal ini, merdeka berarti terbebas dari kesesatan ideologis dan kekafiran, menuju kepada iman yang benar. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk berpikir dan mencari kebenaran, dan orang yang merdeka adalah mereka yang telah menemukan dan memeluk kebenaran tersebut.

Merdeka dari Ketundukan kepada Manusia Lain

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23]  Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran

Islam mengajarkan bahwa manusia tidak boleh tunduk kecuali kepada Allah SWT. Ketundukan kepada selain Allah, dalam bentuk apapun, termasuk dalam bentuk ketundukan kepada tirani, kezaliman, atau sistem yang menindas, adalah bentuk perbudakan yang harus dibebaskan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya pemimpin yang sejati adalah yang mengangkat pedangnya dan berjuang di jalan Allah, tanpa takut kepada celaan orang yang mencela.”  (HR. Muslim).

Kebebasan dalam Islam menuntut agar seseorang hanya tunduk kepada Allah, bukan kepada manusia atau sistem yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Keempat, Merdeka dari Ketergantungan pada Dunia

Islam juga mengajarkan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika seseorang tidak bergantung pada hal-hal duniawi, melainkan hanya kepada Allah. Mereka yang memiliki kekayaan hati (ghina) adalah yang merdeka, karena tidak terikat oleh harta, jabatan, atau kenikmatan duniawi, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sejati adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam

Dengan demikian, orang yang merdeka dalam pandangan Islam adalah mereka yang mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada dunia, hidup dengan sikap zuhud, dan sepenuhnya bersandar kepada Allah.

Kelima, Merdeka dari Ketidakadilan dan Penindasan

Islam memerintahkan umatnya untuk berdiri melawan ketidakadilan dan penindasan. Kemerdekaan yang sejati adalah ketika seseorang bebas dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, baik itu dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Ini tercermin dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat untuk menegakkan keadilan dan melawan tirani.

Kesimpulannya, dalam konteks Quran dan Hadis, “orang yang merdeka” adalah mereka yang bebas dari perbudakan hawa nafsu, kesesatan, ketundukan kepada selain Allah, ketergantungan pada dunia, dan penindasan. Kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang memuliakan manusia, menjadikannya hamba yang hanya tunduk kepada Allah dan hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.[]

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Rekomendasi untuk Anda

Kolom