KontraS Aceh Minta Pemerintah Bangun Monumen Habibie

Banda , MINA – Wafatnya Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie pada 11 September 2019 lalu di Jakarta, menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali masyarakat Aceh.

Bagi masyarakat Aceh, Habibie tentu bukan hanya sebagai presiden di masa transisi tahun 1998. Satu setengah tahun tahun menduduki jabatan sebagai orang nomor satu Indonesia itu justru membuka semangat baru bagi masyarakat Aceh.

Habibie mencabut status Daerah Oprasi Militer () serta mengesahkan Undang-undang no 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan provinsi daerah istimewa Aceh, cikal bakal Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) saat ini.

Hendra Saputra, Koordinator KontraS Aceh, menyebutkan, tahun 1999, Habibie menyempatkan datang ke Aceh, meski disambut dengan demo mahasiswa saat itu, tetapi di depan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Habibie meminta maaf kepada masyarakat Aceh, atas apa yang sudah dilakukan Indonesia kepada Aceh saat itu.

Atas jasanya itu, KontraS Aceh berinisiasi membangun Habibie di Aceh, sebagai penghargaan atas jasanya selama ini terhadap Aceh.

“Habibie punya jasa terhadap Aceh, monumen salah satu bentuk apresiasi kita terhadap jasa Habibie ke Aceh,” sebut Hendra, Sabtu (14/9).

Menurut Hendra, monumen dibangun bisa dalam bentuk apa pun, bisa dalam bentuk nama jalan, bangunan atau museum. Monumen juga bisa saja dibangun oleh pemerintah dan juga elemen masyarakat sipil.

“Seperti yang dilakukan kawan-kawan Munir di Malang, mereka membuat satu spot yang menceritakan tentang Munir dan Aceh, hal itu yang kita dorong untuk mengenang Habibie di Aceh,” ungkap Hendra.

Sementara itu, Koalisi NGO HAM sepakat membangun monumen sebagai bentuk penghargaan masyarakat Aceh terhadap hilangnya darah dan pelanggaran HAM di Aceh, yang dihentikan Habibie.

“Aceh harus memberikan tanda jasa dalam bentuk apa pun kepada Presiden ke-3 itu,” kata kuasa hukum Koalisi NGO HAM Reza Maulana.

Monumen Habibie dirasa penting untuk dibangun di Aceh, sebagai pengingat sekaligus memberikan pelajaran kepada publik tentang bagaimana perlakuan Habibie terhadap Aceh. (T/Ap/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.