Rukban, Suriah, MINA – Sebuah konvoi bantuan PBB pada hari Sabtu (3/11) tiba di kamp pengungsi Rukban di Suriah, tempat 50 ribuan orang terdampar di padang pasir, dekat perbatasan Yordania dan Irak, tak jauh dari sebuah pangkalan militer AS.
“Konvoi pertama telah memasuki kamp,” kata Abu Abdullah, anggota dewan sipil pengawas kamp, demikian MEMO melaporkan dikutip MINA. Konvoi terakhir PBB datang pada Januari 10 bulan lebih lalu.
PBB mengatakan bantuan itu membawa makanan, pasokan kebersihan serta bantuan gizi dan kesehatan bagi 50.000 orang di Rukban, daerah yang sebelunya di bawah kendali oposisi.
PBB juga mengungkapkan, pengiriman bantuan PBB ini telah direncanakan sepekan yang lalu setelah memperoleh izin dari Damaskus, tetapi ditunda karena alasan logistik dan keamanan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Bulan Sabit Merah turut mengambil bagian dalam konvoi yang juga melibatkan kampanye vaksinasi darurat untuk 10.000 anak-anak melawan campak, polio dan penyakit lainnya.
“Meskipun pengiriman yang sangat dibutuhkan ini merupakan pencapaian penting, solusi jangka panjang harus ditemukan untuk banyak warga sipil yang tinggal di Rukban,” kata Ali al-Za’tari, pejabat PBB dan koordinator kemanusiaan di Suriah.
Lebih dari setengah juta orang telah tewas dalam konflik Suriah yang dimulai sejak 2011 dan setengah populasi telah meninggalkan rumah mereka.
Di Rukban yang terletak di dekat pangkalan militer AS Tanf di padang pasir perbatasan Suriah, Yordania dan Irak berkumpul, terdapat lebih dari 50.000 orang pengungsi.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Kamp itu bulan lalu terkepung oleh tentara Suriah yang mencegah penyelundup dan pedagang mengirimkan makanan.
Sejak Rusia memasuki perang Suriah dan berada di pihak pemerintahnya pada tahun 2015, Presiden Bashar al-Assad telah menguasai kembali sebagian besar wilayah Suriah di sana yang sebelumnya dikuasai oposisi.
Wilayah itu telah stabil untuk saat ini setelah Suriah menguasai kembali wilayah itu, namun, banyak pengungsi takut untuk pulang karena kondisi hidup yang buruk, wajib militer atau khawatir akan pembalasan. (T/Ast/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata