Aleppo, 19 Rabiul Awwal 1438/19 Desember 2016 – Konvoi pertama yang mengevakuasi warga sipil dan kelompok oposisi dari Aleppo Timur dalam 48 jam terakhir ini telah meninggalkan kota itu dengan selamat, kata sebuah kelompok pemantau khusus Suriah yang berbasis di Inggris.
Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) mengatakan, pasukan pemerintah mengizinkan lima bus, membawa sekitar 350 orang, meninggalkan kota Aleppo beberapa saat menjelang tengah malam pada Ahad (18/12).
Seorang pejabat medis yang bertugas di bawah tanah di daerah pedesaan Aleppo membenarkan bahwa satu konvoi telah meninggalkan wilayah-wilayah yang dikuasai oposisi.
“Lima bus yang membawa orang-orang yang dievakuasi tiba dari daerah-daerah kantong di Aleppo timur,” kata said Ahmad Al-Dbis, yang mengepalai tim dokter dan sukarelawan yang mengkoordinir evakuasi ke daerah Khan Al-Assal yang diduduki oposisi, dari sana mereka bisa meneruskan perjalanan ke daerah-daerah Aleppo lainnya dan provinsi Idlib.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Mereka dalam keadaan sangat buruk,” kata Dbis kepada kantor berita AFP. “Mereka tidak makan, tak punya minuman, anak-anak terkena pilek, mereka bahkan tak mampu untuk pergi ke kamar kecil,” tambahnya.
Menurut SOHR, ke-350 orang itu bisa dievakuasi setelah Rusia dan Turki mendesak pemerintah Suriah untuk mengizinkan konvoi bus melewati pos penjagaan terakhir.
Evakuasi dari daerah-daerah yang dikuasai oposisi di Aleppo dibatalkan Jumat lalu, sehari setelah konvoi yang membawa penduduk mulai meninggalkan daerah itu di bawah kesepakatan yang memungkinkan pemerintah menguasai sepenuhnya kota kancah pertempuran tersebut.
Hambatan utama atas evakuasi itu adalah pertikaian tentang berapa banyak warga yang akan dievakuasi agar sama dengan yang dipindahkan dari dua desa Syiah di provinsi Idlib, Douaa dan Kefraya yang dikepung oleh oposisi.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
SOHR mengatakan, baru saja kesepakatan evakuasi dicapai dan diumumkan oleh kedua belah pihak, pasukan bersenjata menyerang dan membakar bus-bus yang akan membawa warga keluar dari kedua desa serta membunuh seorang sopir bus.
Televisi pemerintah menanyangkan gambar-gambar kobaran api yang terus membesar melahap bus-bus berwarna hijau itu.
Awal pemberangkatan evakuasi di Aleppo goncang pekan lalu dan kesepakatan gagal serta empat orang dilaporkan dibunuh oleh pasukan sekutu pemerintah, karena mereka berusaha melarikan diri dari Aleppo Timur.
Laporan-laporan menyebutkan, ambulans dan bus bisa memasuki Douaa and Kefraya pada Ahad malam setelah dicegah masuk selama beberapa jam.
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB
SOHR mengatakan, operasi evakuasi diperuntukan bagi 4.000 orang termasuk para pasien, anak-anak yatim dan keluarga-keluarga.
‘Tidur di jalanan’
Ribuan orang masih berada di Aleppo Timur, sebagian memilih tidur di jalan-jalan dalam suhu beku saat mereka menunggu dievakuasi. “Kondisi di Aleppo sangat mengerikan,” kata reporter Al Jazeera, Imtiaz Tyab, melaporkan dari Gaziantep di perbatasan Turki-Suriah.
“Di malam hari suhu mencapai -5C. Mereka hanya memiliki akses ke sangat sedikit pasokan-pasokan makanan, bahan bakar, air bersih dan obat-obatan.”
Baca Juga: Anak-Anak Gaza yang Sakit Dirujuk ke Yordania
Ribuan orang dari Aleppo Timur dibawa ke distrik-distrik yang dikuasai oposisi di pinggiran timur kota itu pada hari Kamis lalu. Turki mengatakan, orang-orang Aleppo yang dievakuasi juga bisa ditempatkan di sebuah gedung dekat perbatasan utara Turki.
Monitor PBB
Sementara itu PBB, Perancis dan Rusia mengumumkan kesepakatan tentang sebuah resolusi kompromi untuk menyebar monitor-monitor PBB ke Aleppo Timur guna memastikan evakuasi berjalan aman dan bantuan kemanusiaan segera dikirimkan.
Dubes Perancis untuk PBB, Francois Delattre mengatakan kepada para reporter, kompromi telah tercapai setelah lebih dari tiga jam menggelar konsultasi-konsultasi tertutup pada Ahad dan Dewan Keamanan PBB akan melakukan voting bagi resolusi itu hari Senin.
Baca Juga: Israel Bunuh Pejabat Hezbollah Mohamad Afif
Dubes Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, mengatakan kepada para wartawa sebelum konsultasi itu bahwa Pemerintah Moskow tidak akan menyetujui draft resolusi Perancis tersebut, jika rancangan itu tidak diubah. Dia menyajikan sebuah naskah tandingan kepada para anggota Dewan Keamanan.
Setelah konsultasi-konsultasi itu, Churkin mengatakan, sebuah “naskah yang bagus” sudah disusun.
Dubes AS untuk PBB, Samantha Power mengatakan, resolusi itu akan segera menempatkan 100 personil PBB di Aleppo timur untuk memonitor evakuasi.
“Naskah resolusi memuat semua elemen bagi keselamatan, keamanan, evakuasi yang bermartabat, akses-akses kemanusian bagi mereka yang memilih tetap tinggal di Aleppo timur dan perlindungan warga sipil,” kata Power.
Baca Juga: Hezbollah Serang Pangkalan Utama Militer Israel di Tel Aviv
Dia menyebutkan, sebagai kelanjutan pengepungan di Aleppo timur, ada “banyak laporan tentang warga yang dikeluarkan dari bus-bus dan hilang, apakah ikut dalam konspirasi atau dibawa ke tempat-tempat penyiksaan atau dibunuh di tempat.
Penyebaran monitor-monitor PBB akan menghalangi “beberapa ekses paling buruk,” katanya.
Rusia yang telah memberikan dukungan militer kepada Assad, telah memveto enam resolusi Dewan Keamanan tentang Suriah sejak konflik itu meletus tahun 2011. Cina bergabung dengan Rusia dengan memveto lima resolusi.
Aleppo telah terbelah antara wilayah yang dikuasai pemerintah dan daerah yang diduduki oposisi dalam perang yang berlangsung selama hampir enam tahun itu. Namun, kemenangan besar diperoleh pasukan Suriah dan sekutunya pada pertengahan November setelah melakukan serangan udara berbulan-bulan.
Baca Juga: Isi Surat Persembahan Hezbollah untuk Keluarga Para Martir
Serangan-serangan itu memaksa kelompok oposisi meninggalkan sebagian besar daerah kekuasaan mereka dalam beberapa pekan ini. (R01/P001)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pasukan Israel Serang Ibu Kota Suriah