Dhaka, MINA – Keluarga korban banjir monsun yang melanda 32 distrik utara Bangladesh mulai awal Agustus lalu, menilai bantuan dari pemerintah tidak cukup karena dialihkan untuk krisis Rohingya.
Meski sumber Departemen Penanggulangan Bencana (DDM) mengatakan, hampir Tk57 juta tunai, 17.721 metrik ton beras, makanan kering dan bundel timah dibagikan kepada korban banjir monsun, tapi banyak korban banjir menuduh bahwa pekerjaan bantuan pemerintah dihentikan oleh permulaan krisis Rohingya.
“Dukungan pemerintah tidak mencukupi dan bantuan non-pemerintah yang dulu kami bergantung sekarang dihentikan, karena sebagian besar LSM dan donor sekarang fokus pada masalah Rohingya,” kata Amena Begum, seorang wanita tua dari serikat Mogolhat. Demikian Dhaka Tribune memberitakan yang dikutip MINA.
Menurut DDM, sedikitnya 150 orang meninggal dan sekitar 104.000 rumah hancur total akibat banjir, sementara 634.000 rumah lainnya rusak parah.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
“Kami hanya menerima bantuan pemerintah satu kali, termasuk 10kg beras, 1 kg kacang, 1 kg gula pasir, minyak 1 ltr, selusin lilin dan kotak korek api. Saya hampir tidak mendapat bantuan pemerintah selama sepekan,” katanya.
Penduduk setempat mengklaim bahwa sebelum krisis Rohingya, sejumlah LSM dan donor swasta menyediakan tempat penampungan, makanan, obat-obatan, pakaian dan uang tunai kepada korban banjir.
“Meskipun kondisi korban banjir menyedihkan, tapi perhatian media, pemerintah dan donor internasional lebih kepada Rohingya,” kata MB Akhter, direktur sementara lembaga Oxfam di Bangladesh. (T/RI-1/RS3)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)