KORBAN DRONE PAKISTAN JAWAB KONGRES AS
Waziristan Utara, Pakistan, 23 Dzulhijjah 1434/28 Oktober 2013 (MINA) – Rafiq Dawar, seorang guru sekolah 39 tahun, akan menjadi korban pertama dari serangan drone (pesawat tanpa awak) kontroversial yang akan muncul di depan Kongres Amerika Serikat (AS).
Dawar akan memberitahu bahwa drone membunuh warga sipil tidak berdosa kepada Kongres AS sebelum memberitahu anggota parlemen Amerika, bagaimana serangan udara itu mendatangkan malapetaka terhadap warga sipil di wilayah bergolak Waziristan Utara.
“Saya akan memberitahu Kongres bagaimana serangan pesawat tak berawak yang membunuh warga sipil tak berdosa, khususnya perempuan dan anak-anak, atas nama teroris,” kata Dawar kepada Anadolu Agency sebelum berangkat ke Washington, sebagaimana yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA), Senin (28/10).
Dawar yang adalah ayah dari 11 orang anak, akan menghadiri pertemuan khusus tentang dampak serangan pesawat tak berawak yang diatur oleh sekelompok anggota Kongres anti-drone pada 29 Oktober 2013 mendatang.
Ibunya, Mamana Gul (60) tewas pada 24 Oktober 2010 lalu, di daerah Tappi, Waziristan Utara, ketika dia bekerja di ladang yang dimiliki oleh keluarganya bersama dengan sembilan cucunya.
“Saat itu sore yang cerah saat mereka melihat sebuah pesawat melayang di atas kebun kami,” kenang Dawar menyakitkan.
“Awalnya, mereka tidak memberi perhatian karena sudah menjadi masalah rutin di Waziristan. Namun, tiba-tiba sebuah rudal ditembakkan tepat di ladang kami, membunuh ibuku di tempat, sementara dua anak-anak saya, dan tiga keponakan menerima potongan logam dan luka bakar,” tambahnya terisak.
Dawar mengaku memiliki banyak cerita untuk Kongres AS.
Sebuah laporan Badan Amnesti Internasional dikeluarkan pekan lalu membantah klaim Presiden AS Barrack Obama bahwa serangan pesawat tak berawak hanya menargetkan Al-Qaeda dan Taliban, bukan warga sipil.
Laporan itu mendokumentasikan ratusan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan udara.
Sebuah laporan resmi PBB pekan lalu mengungkapkan bahwa setidaknya 400 warga sipil telah tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Waziristan sejak tahun 2004.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa jumlah korban sipil bisa jauh lebih tinggi karena media independen tidak memiliki akses ke daerah-daerah.
Menurut New American Foundation, Human Rights Watch, dan Bureau of Investigative Journalism yang berbasis di Washington, lebih dari tiga ribu orang, 70 persen dari mereka warga sipil telah tewas dalam 360 serangan pesawat tak berawak sejak tahun 2004 di wilayah Waziristan.
Bukan teroris
Dawar mengatakan dirinya akan membawa pesan perdamaian ke Amerika. “Saya ingin memberitahu mereka bahwa kami merasakan rasa sakit mereka atas serangan 9/11, tetapi mereka juga harus merasakan penderitaan kami,” tegasnya.
“Tapi ibu dan anak-anak saya, yang diserang di siang hari bolong, bukan teroris.” “Jika serangan pesawat tak berawak sangat tepat, lalu kenapa operator drone tidak bisa membedakan antara seorang wanita tua dan teroris,” katanya kesal.
Pengacara Dawar, Shahzad Akbar mengatakan, belum diberikan visa untuk melanjutkan perjalanan bersama kliennya ke Washington.
Kedutaan Besar AS di Islamabad tidak membantah atau mengeluarkan visa untuknya. Akbar berpendapat bahwa kasus kliennya kuat dan kunjungannya ke AS akan menguntungkan kampanye melawan serangan drone.
“Ini adalah rahasia umum bahwa serangan pesawat tak berawak membunuh warga sipil dengan cara lebih dari mereka membunuh teroris,” kata Akbar, yang mewakili 156 keluarga yang terkena dampak serangan pesawat tak berawak. (T/P09).
Mi’raj News Agency (MINA)