Khartoum, MINA – Komite Sentral Dokter Sudan pada Rabu (5/6) menyatakan, jumlah korban tewas akibat aksi kekerasan pemerintah Sudan terhadap demonstran meningkat menjadi 108 orang.
“Tiga anak dari satu keluarga termasuk di antara korban,” kata Komite Dokter. Mereka menambahkan bahwa lebih dari 230 orang terluka, demikian Anadolu melaporkan.
“Jumlah kematian telah meningkat menjadi 108 karena lebih banyak mayat ditemukan di Sungai Nil dan tiga anak dari satu keluarga tewas oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF),” kata komite tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Seorang majikan di otoritas penerbangan sipil juga ditembak mati oleh RSF setelah dia menolak untuk menghentikan mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan penerbangan sipil sejak Selasa lalu,” tambahnya.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Komite mencatat bahwa lebih banyak mayat masih diambil dari Sungai Nil.
Pasukan pemerintah di Khartoum terlibat dalam aksi kekerasan sejak Senin (3/6) pagi, ketika mereka membubarkan aksi demonstrasi yang dilakukan aktivis prodemokrasi di luar markas militer.
Sementara Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Daglo, pemimpin RSF sekaligus Wakil Ketua Dewan Militer Transisi (TMC) yang berkuasa, telah membantah keterlibatan pasukannya dalam pembunuhan tersebut.
Menurutnya, mereka pasukan tidak dikenal yang mengenakan seragam RSF bertanggung jawab atas kematian tersebut.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Sudan berada dalam kondisi bergejolak sejak 11 April, ketika militer mengumumkan “pemecatan” Presiden Omar Al-Bashir setelah berbulan-bulan protes rakyat terhadap kekuasaannya selama 30 tahun.
TMC sekarang mengawasi “periode transisi” dua tahun dan berjanji untuk mengadakan pemilihan presiden.
Namun, demonstrasi tetap memilih berada di jalan menuntut TMC menyerahkan kekuasaan secepat mungkin kepada otoritas sipil. (T/R03/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)