Korelasi Membaca Al-Quran Dengan Kesehatan

Oleh: Imaamul Muslimin K.H. Yakhsyallah Mansur

Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Sedang definisi Al-Qur’an adalah:

اَلْقُرْالْكَرِيْمٍ هُوَ كَلاَمُ الّلهِ الْمَعْجُزُ الْمُنْزِلُ عَلَى النَّبّي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَكْتُوْبُ فِي المَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ بِالتَّوَاتُرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِهِ

Artinya: “Kalam Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammada shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”

Yang dimaksud membaca Al-Qur’an adalah membacanya dengan tartil, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً (٤

Artinya: “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (Q.S. Al-Muzammil [73]: 4)

Ali bin Abi Thalib radhiallahhu’anhu menjelaskan pengertian tartil dalam ayat ini adalah, “mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya.”

Adapun yang dimaksud dengan sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) adalah, “Keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.”

1. Perintah dan Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيۡكَ مِن ڪِتَابِ رَبِّكَ‌ۖ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـٰتِهِۦ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِۦ مُلۡتَحَدً۬ا (٢٧)

Artinya : “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya.” (Q.S. Al-Kahfi [18]: 27).

وَأَنۡ أَتۡلُوَاْ ٱلۡقُرۡءَانَ‌ۖ فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَہۡتَدِى لِنَفۡسِهِۦ‌ۖ وَمَن ضَلَّ فَقُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۟ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ (٩٢)

Artinya : “Dan supaya aku membacakan Al-Qur’an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.” (Q.S. An-Naml [27]: 92).

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١)

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (Q.S. Al-‘Alaq [96]: 1).

Banyak pula hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan tentang keutamaan membacanya dan menghafalnya atau bahkan mempelajarinya.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari).

عَن اَبٍي سَعيدٍ رَضَي اللٌهُ عَنهٌ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌه صَلٌى اللٌه عَلَيهٍ وَسَلٌمَ يَقُولُ الرَبُ تَبَاَركَ وَتَعَالى مَن شَغَلَهُ الُقرُانُ عَن ذَكرِي وَمَسْئلَتيِ اَعطَيتُه اَفضَلَ مَا اُعطِي السْاَئِلينً وَفَضلُ كَلآمِ اللٌه عَلى سَائِرِ الكَلآمِ كَفَضلِ اللٌه عَلى خَلقِه (رواه الترمذي والدارمي والبيهقي في الشعب ).

Artinya : “Siapa saja yang disibukkan oleh Al-Qur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku, dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaannya Kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (H.R. At-Tirmidzi).

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Artinya: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah (masjid) Allah, mereka membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenteraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebutnya mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)

2. Al-Qur’an Sebagai Obat

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang-orang yang mukmin.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ (٢٨)

Artinya : “Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang mukmin.” (Q.S. A-Ra’ad [13]: 28)

Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah Obat Penyembuh.

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٌ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَشِفَآءٌ۬ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ (٥٧)

“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus [10]: 57)

Di samping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga senceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari oabt-obatan.

يُنۢبِتُ لَكُم بِهِ ٱلزَّرۡعَ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلنَّخِيلَ وَٱلۡأَعۡنَـٰبَ وَمِن ڪُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَڪَّرُونَ (١١)

Artinya: “Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zitun, korma, anggur, dan buah-buahan lain selengkapnya, sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan.” (Q.S. An-Nahl [16]: 11).

ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ فَٱسۡلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً۬‌ۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ۬ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٲنُهُ ۥ فِيهِ شِفَآءٌ۬ لِّلنَّاسِ‌ۗ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ (٦٩)

Artinya : “Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah jalan-jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang memikirkan.” (Q.S. An-Nahl [16]: 69)

Berdasarkan keterangan diatas, orang yang memebaca Al-Qur’an dapat dipastikan akan merasakan ketenangan jiwa.

3. Membaca Al-Qur’an dan Kesembuhan Penyakit

Banyak lagi dalil yang menerangkan bahwa berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan membaca atau dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:

عليكم بالشفائين العسل والقرآن

Artinya : “Hendaklah kamu menggunakan kedua obat: madu dan Al-Qur’an.” (H.R. Ibnu Majah).

Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Al-Zanuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim berkata, “Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Diantarannya, menyedikitkan makan, membiasakan melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Al-Qur’an sambil melihat kepda mushhaf.” Selanjtnya ia berkata, “Tak ada lagi yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur’an.”

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologi yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar hingga 97 persen dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat lagi oelh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua seni, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan hanya 35 persen ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur’an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur’an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

4. Unsur Meditasi Al-Qur’an

Kitab ini, tentu saja bukanlah sebuah buku sains ataupun buku kedokteran, namun Al-Qur’an menyebut dirinya sebagai ‘penyebut penyakit’ yang oleh kaum Muslimin diartikan bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa manusia pada kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik.

Kesembuhan menggunakan Al-Qur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya. Membaca, mendengar, memperhatikan, dan berdekatan dengannya ialah bahwasanya Al-Qur’an itu dibaca di sisi orang yang sedang menderita sakit sehingga akan turun rahmat kepada mereka.

Allah menjelaskan:

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُ ۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (٢٠٤)

Artinya : “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 204)

a. Auto Sugesti

Salah satu unsur yang dapat diakatakan meditasi dalam Al-Qur’an adalah pertama, auto sugesti, dan kedua relaksasi.

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan firman-firman Allah subhanallahu wa ta’ala. Banyak sekali nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira bagi orang yang beriman dan bermala sholeh, dan berita-berita ancaman bagi mereka yang tidak beriman dan atau tidak beramal sholeh.

Maka, Al-Qur’an berisikan ucapan-ucapan yang baik, yang dalam istilah Al-Qur’an sendiri, ahsan alhadits. Kata-kata yang penuh kebaikan memberikan efek auto sugesti yang positif dan yang akan menimbulkan ketenangan.

Platonov telah membuktikan dalam eksperimennya bahwa kata-kata sebagai suatu Conditioned Stimulus (Premis dari Pavlov) memang benar-benar menimbulkan perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata yang digunakan adalah tidur, tidur, dan memang individu tersebut akhirnya tertidur.

Pikiran dan tubuh dapat berinteraksi dengan cara yang amat beragam untuk menimbulkan kesehatan atau penyakit.

Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa sembahyang, do’a-do’a dan permohonan ampun kepada Allah, semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa kepada orang-orang yang melakukannya.

b. Relaksasi

Relaksasi dalam Al-Qur’an terdapat dalam aspek waqaf. Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode etik dalam membacanya. Membaca Al-Qur’an tidak seperti membaca bacaan-bacaan lainnya. Membaca Al-Qur’an harus tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus membaca dengan sekali nafas hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu yang dalam istilah ilmu tajwid dinamakan waqaf. Jika si pembaca berhenti pada tempat yang tidak semestinya maka dia harus membaca ulang kata atau kalimat sebelumnya.

Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur’an, baik di akhir ayat maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti tanda-tanda waqof yang ada dalam Al-Qur’an, kedudukannya tidak dihukumi wajib syar’i bagi yang melanggarnya. Walalupun jika berhenti dengan sengaja pada kalimat-kalimat tertentu yang di dapat merusak arti dan makna yang dimaksud, maka hukumnya haram.

Jadi cara membaca Al-Qur’an itu bisa disesuaikan dengan tanda-tanda waqaf dalam Al-Qur’an atau disesuaikan dengan kemampuan si pembaca dengan syarat bahwa bacaan yang dibacanya tidak berubah arti atau makna.

Waqaf dalam Al-Qur’an meliputi: tanda awal atau akhir ayat, tanda awal atau akhir surat, dan tanda-tanda waqaf.

5. Waktu Utama Membaca Al-Qur’an

Pada hakikatnya tidak ada waktu yang makruh untuk membaca atau meditasi Al-Qur’an, hanya saja memang ada beberapa dalil yang menerangkan bahwa ada waaktu-waktu yang lebih utama dari waktu-waktu yang lainnya untuk membaca Al-Qur’an. Waktu-waktu tersebut adalah:

a. Dalam Sholat

اﻟﻘﺮاءۃﻣاﻛانﻓﻲاﻟﺼلاۃ ﺄﻓﺿل

An-Nawawi berkata: “Waktu-waktu pilihan yang paling utama untuk membaca Al-Qur’an ialah dalam sholat.”

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ka’ab radiyallahuanhu ia berkata: “Allah telah memilih negeri-negeri, maka negeri-negeri yang lebih dicintai Allah ialah negeri di Haram (Mekkah). Allah telah memilih zaman, maka zaman yang lebih dicintai Allah ialah bulan-bulan haram. Dan bulan yang lebih dicintai Allah ialah bulan dzulhijjah. Hari-hari bulan Dzulhijah yang lebih dicintai Allah ialah sepuluh hari yang pertama. Allah telah memilih hari-hari, maka hari yang lebih dicintai Allah ialah hari Jum’at. Malam-malam yang lebih dicintai Allah ialah malam Qadar. Allah telah memilih waktu-waktu malam dan siang, maka waktu yang lebih dicintai Allah ialah waktu-waktu sholat yang lima waktu. Allah telah memilih kalam-kalam (perkataan), maka kalam yang dicintai Allah adalah lafadz, ‘La ilaha illallah wallahu akbar wa subhanallahi wal hamdulillah.”

b. Malam Hari

Waktu-waktu yang paling utama untuk membaca Al-Qur’an selain waktu sholat adalah waktu malam.

Allah menegaskan:

لَيۡسُواْ سَوَآءً۬‌ۗ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ أُمَّةٌ۬ قَآٮِٕمَةٌ۬ يَتۡلُونَ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ وَهُمۡ يَسۡجُدُونَ (١١٣)

Artinya : “Diantara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat).” (Q.S. Ali Imran [3]: 113)

Waktu malam ini pun dibagi menjadi dua: antara waktu Maghrib dan Isya dan Bagian malam yang terakhir

c. Setelah Shubuh

Waktu setelah Shubuh adalah waktu yang penuh berkah, sebagaimana do’a Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa salam:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

Artinya : “Ya Allah, berkahilah pada waktu pagi harinya.” (H.R. Abu Dawud)

Oleh karena itu, sangat baik apabila waktu yang penuh berkah itu kita gunakan untuk membaca Al-Qur’an guna mengawali segala aktivitas kita. (anj/RS2).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.