Jakarta, MINA – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menghimbau para orang tua dan pendidik untuk mengajarkan anak cara mencegah dan melindungi diri dari HIV/AIDS.
HIV/AIDS bukan lagi menjadi masalah nasional, melainkan sudah mejadi masalah internasional dengan jumlah penderita yang bertambah dari tahun ke tahun. Mirisnya, penderita tidak hanya pada kalangan orang dewasa, namun juga anak-anak.
Berdasarkan data Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian kesehatan RI, hingga Maret 2017 terlapor jumlah penderita HIV sudah mencapai 242.699 jiwa dan penderita AIDS mencapai 87.453 jiwa.
Dalam hal ini, DKI Jakarta masuk ke dalam provinsi dengan penderita HIV/AIDS terbanyak secara nasional.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Data tersebut juga menggambarkan bahwa pengidap AIDS terbanyak ada pada usia produktif, yakni 20-29 tahun. Sementara, HIV sendiri biasanya berkembang menjadi AIDS dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Hal ini berarti, terdapat banyak penderita AIDS yang sudah menderita HIV sejak usia anak.
“Dari data Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI dapat diketahui bahwa anak-anak pun bisa menderita HIV. Dalam kehidupan sehari-hari, HIV/AIDS memang belum banyak diketahui oleh masyarakat, bahkan masih tabu dan jarang menjadi topik pembicaraan antara orang tua dan anak. Padahal, ketidaktahuan merupakan awal dari bahaya yang sangat mengancam karena pada dasarnya HIV/AIDS merupakan penyakit menular. Siapapun, bahkan termasuk anak kita, dapat terkena HIV/AIDS jika tidak melindungi diri dengan benar,” ujar Plt. Deputi Perlindungan Anak Kementerian PPPA, Lies Rosdianty pada kegiatan Safari Ramadhan “Kilau Generasi Bebas HIV/AIDS” di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) 3, Jakarta Rabu (30/5).
Sementara itu, Ketua Panti Sosial Asuhan 3, Ucu Rahayu menyambut baik kegiatan Safari Ramadhan Kementerian PPPA yang juga memberikan edukasi mengenai pencegahan HIV/AIDS kepada anak-anak.
Menurutnya, pengetahuan mengenai pencegahan HIV/AIDS sangatlah penting mengingat motif dan cara-cara penularannya semakin canggih dan berkembang dari waktu ke waktu. Panti Sosial Asuhan Anak 3 juga telah melakukan sosialisasi mengenai pencegahan HIV/AIDS, bahaya tawuran, dan bahaya narkoba secara rutin selama 1-3 bulan sekali. Sosialisasi tersebut dilakukan bekerjasama dengan Puskesmas dan Polda setempat.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Di samping itu, Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi, Valentina Gintings juga berpesan selain mengajarkan cara mencegah HIV/AIDS, orang tua juga harus mengajak anak – anaknya agar mau merangkul Orang yang Hidup Dengan HIV/AIDS (OHIDA).
“Saya berharap kaum orang tua dan pendidik dapat mengajarkan anak-anak mengenai cara mencegah dan melindungi diri sendiri dari bahaya HIV/AIDS. Hal tersebut dapat kita lakukan secara menyenangkan atau melalui dialog sehari-hari antara orang tua dan anak. OHIDA juga tidak bisa kita abaikan, mereka seringkali dikucilkan masyarakat karena penyakitnya. Anak-anak harus diberi pengertian bahwa teman-teman OHIDA juga manusia biasa seperti kita dan dapat merangkul mereka untuk berbaur dengan masyarakat,” tambahnya. (R/R10/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka