Yaman, 14 Ramadhan 1436/1 Juli 2015 (MINA) – Harga air meningkat tajam di Yaman, yang memungkinkan akan kehabisan air untuk memenuhi kenbutuhan 25 juta warga, para ahli mengatakan, hal ini menambah penderitaan dikarenakan perang saudara yang melanda salah satu negara termiskin dan negara paling kering di dunia.
Sebagian besar pompa bertenaga gas penyediaan air sekarang tidak dapat beroperasi, dan air dari pompa-pompa yang masih bekerja tidak murah untuk dibeli.
“Warga Yaman sekarang harus membayar lebih 30 persen dari pendapatan mereka hanya untuk mendapatkan air di rumah-rumah mereka, termasuk peringkat tertinggi di dunia,” kata Abdulkhaleq Alwan, seorang ahli senior di Kementerian Air dan Lingkungan Yaman.
Harga bisa mencapai lebih dari tiga kali lipat sejak Maret, mencapai 10.000 rial Yaman ($ 47) untuk tangki empat meter kubik air, Alwan mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation dari Sanaa.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Harga air telah meningkat dengan sangat tajam karena harga solar yang digunakan untuk memompa air dari sumur, dan bensin untuk menjalankan truk, telah melonjak mahal, kata Alwan.
“Pemilik juga hampir tidak mampu membeli solar di pasar gelap karena harganya sangat mahal, kadang-kadang sekitar $ 100 untuk 20 liter solar, sementara biaya bensin sekitar $ 40 untuk 20 liter di pasar gelap, “ katanya.
Satu-satunya alternatif bagi pemilik truk adalah mengantri bahan sampai tiga atau empat hari untuk membeli bahan bakar lebih murah dari Stasiun bahan bakar, katanya.
Di negara di mana lebih dari setengah penduduknya hidup dengan kurang dari $ 2 per hari, beberapa orang tidak mampu untuk membeli air sama sekali.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
“Keluarga miskin di daerah perkotaan dan pedesaan yang benar-benar tidak mampu untuk membeli air bersih dan aman dengan harga tersebut mulai mengambil air dalam kaleng di atas kepala mereka,” kata Alwan.
Di beberapa kota dan daerah pinggiran kota, termasuk ibukota Sana’a dengan dua juta orang penduduk, orang kaya membayar pemilik air sumur dan driver untuk memberikan air gratis untuk daerah miskin, di mana perempuan dan anak-anak, yang biasanya bertanggung jawab untuk mengambil air, dapat mengisi wadah-wadah tempat air mereka.
Tapi karena harga terus naik, orang-orang Yaman mungkin tak lama lagi harus menerima bahwa pasokan air mereka habis meskipun tidak ada yang tahu pasti kapan sumur akan mengering.
Kota Hantu
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menurut sebuah laporan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP), sumber air di Yaman surut hampir 169 persen dari sumber daya air terbarukan, yang berarti bahwa penggunaan air jauh lebih cepat daripada proses pengisian kembali persediaannya.
Kesenjangan antara permintaan dan pasokan air telah melebar menjadi 1,4 miliar meter kubik per tahun sebagai akibat dari salah satu tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi di dunia dan penggunaan luas air oleh masyarakat, kata Alwan.
“Perkiraan untuk cadangan air yang bisa diandalkan ada di lembah Sanaa,” katanya.
“Meskipun sulit dan tidak praktis untuk memberitahu orang-orang ketika air cekungan akan lenyap, tampaknya batas waktu tidak akan terlalu jauh jika tarif pengurasannya tinggi yang sedang berlangsung terus menerus.”
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
William Cosgrove, ahli air dan mantan spesialis sumber daya air Bank Dunia untuk Timur Tengah, mengatakan banyak masalah air di Yaman disebabkan oleh pengeboran sumur ilegal.
“Masalah di Yaman adalah sama seperti yang menciptakan masalah dalam memulihkan perdamaian di sana sekarang: itu adalah negara suku, jadi tergantung pada siapa pemimpin suku dan apakah mereka bersekutu dengan pemerintah atau tidak, hukum akan dihormati atau tidak dihormati, “katanya.
Dalam kasus Sanaa ini, masalahnya bukan hanya lapisan bawah tanah kota bisa kering setiap saat, tetapi juga bahwa kota ini berjarak ratusan kilometer dari laut dan tidak memiliki pasokan air alternatif, kata Cosgrove.
“Akhirnya mereka akan mengakhirinya dengan sebutan kota hantu karena kota tanpa sumber air minum, terletak jauh dari tempat di mana ada air, itu akan menjadi bencana besar,” katanya.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Sementara perang terus terjadi, tingkat lapisan air bawah tanah menurun , sehingga (air) dapat menjadi masalah yang lebih besar daripada perang.”
Alwan mengatakan perang telah dihentikan oleh upaya pemerintah untuk menyusun rencana jangka panjang untuk menangani masalah air Yaman, dan saat ini tidak ada rencana darurat di sana.
Salah satu solusi yakni dengan meningkatkan pembangunan di wilayah pesisir di mana air dapat disuling menjadi tawar, katanya, dan untuk mengubah ekonomi pedesaan dengan membujuk petani untuk berhenti bercocok tanam khat, sebuah tanaman menguntungkan bagi Yaman namun sangat banyak menyerap air, jika meereka bisa menemukan tanaman alternatif dengan keuntungan yang lebih tinggi. (T/nrz/K08/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia