Washington, MINA – Harga minyak melesat sekitar 3 persen pada perdagangan Kamis (25/1) dan mencapai level tertinggi sejak Desember 2023 lalu.
Demikian Kepala Analis Pasar di Scope Markets Joshua Mahony dalam siaran pers, “Mengutip surat kabar internasional, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$2,39 atau 2,99 persen ke US$82,43 per barel.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$2,27 atau 3,02 persen ke US$77,36 per barel. Analis menyebut lonjakan harga minyak terdongkrak oleh ekonomi Amerika Serikat yang tumbuh kencang di luar perkiraan.
Pertumbuhan cepat menimbulkan harapan pasar bahwa ke depan permintaan minyak di AS akan semakin besar sehingga membuat harganya naik.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Harga minyak juga tertopang oleh meningkatnya ketegangan di Laut Merah. Ketegangan telah mengganggu perdagangan global.
“Kami akhirnya melihat pasar energi menyadari kemungkinan besar bahwa gangguan rantai pasokan ini akan berlangsung selama berbulan-bulan. Hal itu memberi dorongan pada harga minyak,” kata Joshua Mahony.
Direktur Energi Berjangka di Mizuho Bob Yawger mengatakan, penguatan harga minyak juga ditopang oleh serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kilang minyak di Rusia selatan.
Serangan meningkatkan kekhawatiran pasar soal potensi gangguan pasokan minyak. Topangan juga datang dari penurunan persediaan minyak mentah di AS hingga 9,2 juta barel. (T/R4/P2)
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina