Wellington, MINA – Selandia Baru menjadi negara terburuk kedua di dunia untuk tujuan yang sangat populer bagi ekspartiat untuk berpindah, menurut sebuah survei terhadap para ekspatriat di berbagai tempat di seluruh dunia, sebagaimana dilaporkan NZ Herald yang dikutip MINA, Ahad (17/7).
Dalam survei yang dilakukan terhadap hampir 12.000 ekspatriat, dari 177 kebangsaan dan tinggal di 181 negara, jaringan ekspat InterNations menemukan, Meksiko berada di puncak daftar negara terbaik untuk hidup sebagai ekspatriat, sementara Selandia Baru menempati peringkat kedua terburuk, hanya mengalahkan Kuwait.
Sementara Australia berikutnya di posisi kesembilan negara terburuk bagi ekspatriat.
Meksiko menempati urutan teratas dan merupakan tujuan yang sangat populer bagi ekspatriat, karena biaya hidup yang rendah dan integrasi yang mudah.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Selain itu, Indonesia, Taiwan, Portugal, dan Spanyol menempati lima besar negara tujuan yang sangat populer bagi ekspatriat. Belanda menempati peringkat ke-22 rata-rata.
Responden survei memberi peringkat negara baru mereka berdasarkan kriteria seperti biaya hidup, keamanan, birokrasi, kualitas hidup, dan lain-lain.
Jawaban dari 12.000 orang dikompilasi ke dalam peringkat 52 negara, negara-negara di mana mereka memiliki ukuran sampel yang cukup besar.
Sementara Selandia Baru sebagai peringkat 51 dari 52 negara terburuk bagi ekspatriat, dalam survei sebagian besar disebabkan oleh upah yang lebih rendah dan biaya hidup yang tinggi.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Faktanya, dalam hal ukuran keuangan pribadi dalam survei, negara tersebut adalah yang berkinerja terburuk dari semuanya, yakni 49 persen responden mengatakan pendapatan rumah tangga mereka yang dapat dibelanjakan tidak cukup untuk menjalani kehidupan yang nyaman – dibandingkan dengan 28 persen secara global.
Secara keseluruhan, 35 persen ekspatriat mengatakan mereka tidak senang dengan biaya hidup di negara mereka, tetapi ketidakpuasan melonjak menjadi 75 persen ketika datang ke Selandia Baru, menjadikannya negara terburuk untuk pindah dalam hal keuangan pribadi.
Selandia Baru tidak berjalan dengan baik dalam hal kehidupan kerja, dengan responden menyatakan bahwa mereka tidak merasa dibayar dengan adil dan tidak menyukai jam kerja mereka.
InterNations mengatakan Selandia Baru “terlalu mahal”, dan terlalu sulit bagi pendatang untuk mendapatkan pekerjaan.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Ekspatriat di Selandia Baru berjuang lebih dari mereka di tujuan lain dengan keuangan pribadi mereka, dengan 75% menilai biaya hidup secara negatif.
“Biaya hidup di sini terlalu tinggi dibandingkan dengan gaji yang diterima,” kata seorang responden survei dari Botswana, sementara ekspatriat lain dari India menunjukkan “kesenjangan yang semakin besar antara si kaya dan si miskin”.
Satu-satunya metrik di mana Selandia Baru berada di peringkat setengah teratas negara adalah lingkungan dan iklim.
Organisasi jaringan ekspatriat InterNations mensurvei hampir 12.000 responden dari 177 kebangsaan yang berbeda, yang tinggal di 181 negara.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Responden ditanya bagaimana kinerja rumah baru mereka berdasarkan faktor-faktor termasuk kualitas hidup, biaya hidup, keamanan, prospek keuangan, birokrasi dan kemudahan menyesuaikan diri.
Survei Expat Insider dilakukan oleh InterNations setiap tahun.
Beikut 10 negara teratas tujuan yang sangat populer bagi ekspatriat menurut survei adalah:
1. Meksiko,
2. Indonesia,
3. Taiwan,
4. Portugal,
5. Spanyol,
6. Uni Emirat Arab,
7. Vietnam,
8. Thailand,
9. Australia,
10. Singapura,
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Sementara peringkat 10 negara terbawah adalah sebagai berikut:
43. Malta,
44. Italia,
45. Turki,
46. Afrika Selatan,
47. Jepang,
48. Luksemburg,
49. Siprus,
50. Hongkong,
51. Selandia Baru,
52. Kuwait.
(T/R1/P2)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Mi’raj News Agency (MINA)