Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Krisis Kemanusiaan di Palestina, Tanggung Jawab Global

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 34 detik yang lalu

34 detik yang lalu

0 Views

(Quds Press)

KRISIS kemanusiaan di Palestina merupakan salah satu konflik berkepanjangan yang menyedot perhatian dunia. Konflik ini bukan hanya soal perebutan wilayah, tetapi mencakup dimensi sosial, ekonomi, politik, dan kemanusiaan. Kekerasan yang terus berlangsung telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang, jutaan orang kehilangan tempat tinggal, dan generasi muda yang tumbuh dalam bayang-bayang perang.

Sebagai isu global, palestina/">krisis Palestina tidak hanya menjadi masalah regional, tetapi juga mencerminkan kegagalan dunia internasional dalam menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), blokade Gaza, pengusiran warga di Tepi Barat, dan pembangunan permukiman ilegal telah memperparah penderitaan rakyat Palestina, menciptakan situasi kemanusiaan yang semakin memburuk.

Secara ilmiah, krisis ini menunjukkan hubungan erat antara konflik bersenjata dan degradasi sosial. Penelitian dari lembaga kemanusiaan menunjukkan bahwa perang berkepanjangan berdampak buruk terhadap akses pendidikan, layanan kesehatan, dan ekonomi. Anak-anak di Palestina, misalnya, kehilangan akses ke sekolah akibat infrastruktur yang hancur, sementara layanan kesehatan terkendala oleh blokade yang membatasi peralatan medis.

Faktor politik juga memperburuk situasi ini. Resolusi-resolusi PBB yang menuntut penghentian permukiman ilegal sering kali diabaikan. Ketidakmampuan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas menunjukkan adanya bias politik yang menghambat terciptanya solusi damai.

Baca Juga: Manusia yang Paling Buruk di Sisi Allah: Sebuah Refleksi Hadist tentang Akhlak dan Kehidupan Bermasyarakat

Krisis ini juga memicu pengungsian massal. Data dari UNHCR menunjukkan bahwa jutaan warga Palestina telah menjadi pengungsi di berbagai negara, seperti Yordania, Lebanon, dan Suriah. Pengungsian ini menimbulkan tantangan global dalam hal penyediaan kebutuhan dasar, pendidikan, dan lapangan kerja.

Dari perspektif ekonomi, blokade terhadap Gaza telah menciptakan kondisi yang sangat memprihatinkan. Laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Gaza mencapai lebih dari 45%, dan 80% penduduknya bergantung pada bantuan kemanusiaan. Ekonomi yang lumpuh ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit dipecahkan.

Dalam konteks hukum internasional, krisis ini melibatkan pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa, yang mengatur perlindungan terhadap penduduk sipil di wilayah konflik. Serangan terhadap fasilitas medis dan sekolah, pengusiran paksa, serta pemblokiran akses kebutuhan dasar merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum tersebut.

Tanggung jawab global terhadap Palestina tidak hanya bersifat moral, tetapi juga legal. Berdasarkan Piagam PBB, setiap negara memiliki kewajiban untuk memastikan perdamaian dan keamanan internasional. Namun, hingga kini, implementasi tanggung jawab tersebut sering kali terganjal oleh kepentingan politik dan ekonomi.

Baca Juga: 13 Peran Suami dalam Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, yang secara konsisten memberikan dukungan militer kepada Israel, memiliki peran besar dalam mempertahankan status quo konflik ini. Dukungan ini memperumit upaya diplomasi global untuk mencapai solusi yang adil bagi rakyat Palestina.

Di sisi lain, solidaritas dari negara-negara lain juga menunjukkan harapan. Dukungan terhadap Palestina datang dari berbagai belahan dunia, baik melalui aksi diplomasi, bantuan kemanusiaan, maupun kampanye kesadaran global seperti gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS).

Masyarakat sipil juga berperan penting dalam mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina. Media sosial telah menjadi platform untuk menyebarkan kesadaran akan penderitaan mereka, meskipun masih menghadapi tantangan berupa penyensoran dan disinformasi.

Lembaga kemanusiaan internasional seperti UNRWA (United Nations Relief and Works Agency) juga memainkan peran vital dalam menyediakan bantuan kepada pengungsi Palestina. Namun, pendanaan lembaga ini sering kali mengalami kendala, sehingga menghambat pelayanan kepada jutaan pengungsi yang membutuhkan.

Baca Juga: Bulan Rajab untuk Pembebasan Masjidil Aqsa

Dari perspektif agama, isu Palestina juga memiliki dimensi spiritual. Kota Yerusalem, yang menjadi pusat konflik, adalah tempat suci bagi tiga agama besar: Islam, Kristen, dan Yahudi. Oleh karena itu, mempertahankan kedamaian di wilayah ini bukan hanya tanggung jawab politik, tetapi juga amanah keagamaan.

Secara ilmiah, penyelesaian konflik Palestina membutuhkan pendekatan multidimensional. Tidak cukup hanya dengan solusi politik, tetapi juga diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi trauma psikologis, memulihkan ekonomi, dan membangun kembali infrastruktur yang hancur.

Pendidikan menjadi kunci untuk memutus siklus konflik. Investasi dalam pendidikan rakyat Palestina dapat membantu mereka bangkit dari kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Di sisi lain, negara-negara Muslim memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk mendukung Palestina. Al-Quran menyerukan pentingnya menolong sesama Muslim yang tertindas, sebagaimana dalam surah An-Nisa:75, yang menyebutkan kewajiban membela orang-orang lemah yang teraniaya.

Baca Juga: Kematian Kareem Badawi dalam Serangan New Orleans Hancurkan Hati Keluarga

Solusi jangka panjang untuk krisis ini juga membutuhkan rekonsiliasi antar pihak yang bertikai. Diplomasi global harus mendorong dialog yang adil dan inklusif antara Palestina dan Israel, dengan melibatkan pihak ketiga yang netral sebagai mediator.

Di tengah tantangan yang ada, harapan tetap ada. Sejarah menunjukkan bahwa konflik besar di dunia, seperti apartheid di Afrika Selatan, dapat diselesaikan melalui solidaritas global dan perjuangan kolektif.

Oleh karena itu, dunia harus mengambil tindakan nyata untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina. Ini termasuk tekanan diplomatik terhadap pihak-pihak yang terlibat, penghentian pendanaan militer yang memperburuk konflik, dan peningkatan bantuan kemanusiaan.

palestina/">Krisis Palestina adalah ujian bagi kemanusiaan kita. Tanggung jawab global bukan hanya tentang mendukung perdamaian, tetapi juga tentang membangun masa depan di mana rakyat Palestina dapat hidup dengan martabat dan hak-hak mereka diakui sepenuhnya.[]

Baca Juga: Menjaga Ukhuwah Islamiyah dalam Kehidupan Berjama’ah

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Apa yang Harus Diketahui tentang Masjid Al-Aqsa dan Konflik Palestina

Rekomendasi untuk Anda