Krisis Pengobatan Pasien di Gaza Semakin Memburuk

Gaza, MINA – melaporkan, krisis pengobatan memburuk dengan menipisnya 50% dari obat-obatan dasar, yang berarti lebih dari setengah pasien di Jalur Gaza dibiarkan tanpa obat.

Berdasarkan rilis Kementerian yang diterima MINA pada Rabu (24/7), kekurangan juga meliputi 25% dalam persediaan medis dan 60% persediaan laboratorium dan bank darah.

Kekurangan ini tergolong serius dan belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu menyebabkan ancaman seluruh sistem layanan kesehatan.

Mengingat keadaan yang sulit ini, Departemen Kesehatan di Gaza menekankan sejumlah hal. Pertama, meminta pendudukan Israel bertanggung jawab atas nyawa pasien di Gaza dan akibat memburuknya kesehatan mereka. Situasi kemanusiaan yang buruk dikarenakan kelanjutan dari pengepungan dan pencegahan masuknya obat-obatan dan delegasi medis ke Gaza, yang paling penting, mencegah 45% pasien Gaza bepergian ke luar untuk perawatan.

Kedua, nilai total impor obat untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan pada paruh pertama tahun ini 2019 adalah 12,8 juta USD, dimana 1,2 juta dolar berasal dari gudang Kementerian di Tepi Barat yang diduduki. Jumlah ini mewakili 30% dari kebutuhan obat tahunan kami sebesar 40 juta USD.

Ketiga, defisit pengobatan 55% pasien gagal ginjal karena kekurangan Erythropoietin untuk mengobati anemia ginjal kronis. Kekurangan ini akan memaksa 1.150 pasien gagal ginjal dan transplantasi ginjal untuk menerima transfusi darah terus menerus.

Keempat, pasien onkologi tidak dapat menerima protokol perawatan mereka karena 62% kekurangan obat-obatan mereka.

Kelima, layanan kesehatan ibu dan anak adalah yang paling terkena dampak krisis kekurangan obat-obatan dengan tingkat defisit 69%. Perawatan Anti-RhD sangat penting untuk lebih dari 450 wanita yang melahirkan di rumah sakit Gaza setiap bulan juga terancam oleh defisit. Selain itu, ada kekurangan parah dari suplemen gizi untuk wanita hamil dan anak-anak.

Keenam, kekurangan faktor 8 dan faktor 9 untuk pasien dengan hemofilia untuk 125 pasien, 50% di antaranya adalah anak-anak. Selain kekurangan pengobatan peningkatan kadar zat besi dalam darah pada pasien thalassemia.

Ketujuh, ketidakmampuan pusat perawatan kesehatan primer untuk menyediakan 69% dari pengobatan yang digunakan untuk kasus kronis.

Kedelapan, penurunan jumlah layanan kateterisasi jantung dan operasi jantung terbuka sebesar 53%, menyebabkan peningkatan jumlah kasus yang dirujuk ke luar negeri. Hal itu membahayakan jiwa pasien-pasien ini dalam praktik rasis Israel.

Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat dunia untuk mengambil tindakan segera, serta efektif untuk memungkinkan Departeman Kesehatan mengatasi krisis farmasi yang telah mencengkeram inti dari layanan kesehatan dasar. (T/hbb/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.