Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Finlandia hanyalah negara kecil di kawasan Eropa bagian utara. Negara dengan penduduk 5,5 juta ini berbatasan dengan Swedia di barat, Norwegia di utara, dan Rusia di timur.
Bandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta yang mencapai kisaran 10 juta, Banten 11 juta, atau di bawahnya sedikit Surabaya 2,7 juta dam Bandung 2,4 juta.
Namun jangan ditanya kalau soal kualitas pendidikannya. Secara konsisten negara ini menempati peringkat di antara lima negara teratas yang berpartisipasi dalam Program Tiga Tahunan untuk Penilaian Siswa Internasional (PISA), sejak tes ini dimulai pada tahun 2000.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Di bawah naungan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), PISA dikelola dunia- lebar untuk siswa berusia 15 tahun untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan mereka dalam matematika, sains, dan membaca.
Apa yang telah dilakukan Finlandia dengan benar sehingga sistem pendidikannya telah menjadi panutan dunia?
Kualitas Guru
Menurut Ola del Mundo,Pd.D., Pendiri Pusat Pengembangan Anak Penleigh di Sacramento, California, di Finlandia para guru sangat terlatih dan dihormati.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Menjadi seorang guru di Finlandia adalah proses yang sulit. Hanya 20% lulusan sekolah menengah yang mendaftar ke perguruan tinggi guru Finlandia, salah satu perguruan tinggi profesional paling ketat di Finlandia.
Para calon guru setelah lulus kuliah keguruan, masih harus mengikuti penbdidikan dan pelatihan intensif selama lima tahun, dan mereka harus mendapatkan gelar master sebelum mereka dapat mempraktikkan profesi guru mereka. Semua itu dibiayai dari anggaran negara.
Finlandia memahami bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan generasi masa depan suatu bangsa. Maka dari itu, Negara Finlandia berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya.
Tidak saja kualitas, pemerintah Finlandia juga memastikan bahwa ada cukup guru untuk pembelajaran intensif yang maksimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di Finlandia, rasio yang jauh lebih besar dibandikan negara-negara lain. Jadi, guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Pelatihan tingkat tinggi ini mendalami ilmu mengajar yang menghasilkan standar tinggi bagi para guru. Ini membantu menjelaskan mengapa mengajar adalah salah satu bidang profesional yang paling dihormati dan bergengsi di Finlandia.
Guru juga memiliki dua jam tiap pekannya untuk peningkatan pengalaman pendidikan dan pengembangan profesi keguruan.
Menurut Direktur Kementerian Pendidikan Finlandia, Pasi Sahlberg, mengatakan bahwa memang semua guru harus memiliki gelar master sebelum memasuki profesi. Program pengajaran adalah sekolah profesional yang paling ketat dan selektif di seluruh negeri.
“Jika ada seorang guru tidak berkinerja baik, itu menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk melakukan sesuatu tentang itu, agar guru keluar dari zona tidak baik menjadi profesional.” ujarnya.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Tidak ada ruang kompetisi di antara murid dan guru sekalipun. Adanya adalah kerjasama. Mereka mengistilahkannya dengan, “Cooperation not competition.”
Tidak ada pemenang individu akibat persaingan bagi mereka, pemenang nyata tidak bersaing, “Real winners do not compete.”
Lainnya adalah, guru-guru Finlandia juga memiliki prestise yang sama dengan dokter medis dan gaji seorang guru tidak jauh tertinggal. Memang, gaji guru telah naik 50% dalam lima tahun terakhir. Gaji guru di sana bisa mencapai Rp30-an juta per bulannya.
Kesetaraan Pendidikan
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Hal lainnya, di samping faktor kualitas guru yang terus meningkat, sekolah-sekolah Finlandia berkembang dan menonjol karena kesetaraan pendidikan.
Di Finlandia, semua anak, terlepas dari status ekonomi atau sosialnya, memiliki akses gratis ke kualitas pendidikan yang sama tinggi, mulai dari prasekolah dan seterusnya.
Bukan hanya itu, pemerintah Finlandia juga menyediakan pelayanan pendukung proses pembelajaran, seperti makan siang, biaya kesehatan, dan transportasi sekolah secara gratis.
Bagi Finlandia, pendidikan harus menjadi instrumen untuk mengimbangi ketimpangan sosial (an instrument to balance out social inequality).
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Semua siswa menerima makanan sekolah gratis, akses ke perawatan kesehatan, konseling psikologi, dan bimbingan individual.
Maka secara menyeluruh, jangan heran kalau 93 persen warga Finlandia adalah lulusan sekolah tinggi.
Selain itu, Kurikulum Finlandia mempersiapkan anak-anak untuk dunia nyata, dan guru diberi otonomi penuh dalam pembenahan silabus kelas. Mengingat tingginya tingkat respek dari perintah guru, orang tua tidak mempertanyakan gaya manajemen pengajaran mereka.
Pada aplikasi di sekolah, kelas-kelas sains di hanya diisi maksimal 16 siswa, dengan memperbanyak melakukan praktik dan penelitian lapangan.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Maka, standar kelulusan anak-anak didik, adalah berdasarkan penilaian dari guru-guru di sekolah. Tentu guru-guru juga dibekali dengan sistem untuk menilai perkembangan siswa keseharian, bukan dari ujian akhir dan pekerjaan rumah.
Pengembangan Potensi
Hal unik lainnya adalah soal diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur anak didik.
Hal ini justru menjadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan kualitas pendidikan. Bisa jadi karena fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda semuanya berhak lulus dengan pengembangan potensinya masing-masing secara maksimal.
Maka, jam-jam pelajaran sekolah di Finlandia relatif lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Bahkan tersedia waktu untuk istirahat tidur siang.
Mereka menciptakan apa yang mereka sebut dengan “A more relaxed atmosphere” (Suasana yang lebih rileks).
Dalam interval waktu-waktu tertentu, akan ada waktu antara 15 hingga 20 menit anak-anak dapat bangun dan meregangkan tubuh, mengambil udara segar dan dekompresi. Ada game-game, ice breaking, dan sejenisnya yang menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Maka, ruang guru pun diformat di seluruh sekolah Finlandia, untuk tempat guru dapat rileks, bersosialisasi dengan sesama guru dengan enjoy, dan bersiap untuk mengajar hari itu, dengan fasilitas maksimal.
Guru adalah orang-orang hebat, sehingga mereka harus dapat beroperasi dengan kemampuan terbaik mereka, itu visi mereka.
Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem pendidikan layaknya di bangku kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Namun, pendeknya jam belajar, diikuti dengan materi di luar kelas yang jauh lebih produktif mengembangkan potensi anak didik.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Biasanya pada awal semester, guru-guru justru membimbing anak didik untuk menentukan target atau aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekedar tahu dan siap, tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.
“Learning is fun, no stress,” pembelajaran itu menyenangkan, tidak ada tekanan, adalah daya dorong siswa-siswa berkreasi dan berinovasi.
Pendekatan Psikologi
Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru pada ujungnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia harus menjadi orang yang berpendidikan. Tanpa terkecuali.
Maka dari itu, dalam pendekatanh psikologi pendidikan di sana, lembaga pendidikan tidak menerapkan sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya akan mengelompokkan sejumlah siswa “pintar” dan sejumlah siswa “bodoh”.
Para guru rela dan senang memberikan bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh. Walaupun siswa tetap ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi. Tapi pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif.
Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran.
Inovasi tiada henti, kreativitas sepanjang hari, penuh dedikasi dan intuisi, pengemnbangan keilmuan dan profesi tiada henti, itulah kunci-kunci reformasi intelektual yang terbukti berhasil.
Maka, tak heran hingga saat ini Finlandia merupakan negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.
Begitulah, siswa-siswa Finlandia mendapatkan semua yang mereka butuhkan untuk dilakukan di sekolah tanpa tekanan dalam mata pelajaran apapun. Tanpa harus khawatir tentang nilai dan pekerjaan rumah yang sibuk. Mereka dapat lebih fokus pada tugas yang sebenarnya, belajar dan tumbuh sebagai manusia. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)