Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kubah Al-Tsunami,” Jejak Sejarah Gempa dan Tsunami Aceh

Redaksi Editor : Arif R - 6 jam yang lalu

6 jam yang lalu

1 Views

Kubah ini disebut kapal penyelamat karena banyak orang menyelamatkan diri dengan naik ke atas kubah saat tsunami menerjang. (FOTO: AcehTRANSIT)

BENCANA tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 masih menyisakan banyak kenangan dan jejak sejarah yang mendalam. Kejadian ini diakui sebagai salah satu bencana terbesar di abad ke-21.

Saat mendengar kata tsunami, biasanya yang terlintas di benak adalah gelombang laut yang sangat besar akibat perubahan permukaan laut secara vertikal dan mendadak, mampu menghancurkan apapun yang dilewatinya.

Salah satu peninggalan bersejarah dari peristiwa ini adalah Kubah Masjid Jamik yang terletak di Desa Lamteungoh, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Kubah seberat 80 ton ini terseret sejauh 2,5 kilometer, sementara bangunan masjid hancur total. Kubah dengan diameter 4×4 meter itu ditemukan dalam kondisi utuh di Desa Gurah, Peukan Bada.

Di dalam kubah tersebut ditemukan sebuah Al-Qur’an yang terbawa arus tsunami. Saat ini, Al-Qur’an tersebut disimpan dalam kotak kaca sebagai salah satu bukti sejarah tsunami Aceh.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Guyur 12 Wilayah Indonesia Kamis, Jumat Ini

Desa Gurah, yang sebelum tsunami dihuni sekitar 700 jiwa, kehilangan lebih dari 550 penduduk akibat bencana dahsyat ini. Kubah tersebut dikenal sebagai “kapal penyelamat” karena banyak warga yang memanjatnya untuk menyelamatkan diri saat gelombang tsunami menerjang. Oleh masyarakat, kubah ini dinamai “Kubah Al-Tsunami.”

Kini, Kubah Al-Tsunami berada di Gampung Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Asalnya adalah kubah Masjid Lamteungoh yang terseret arus hingga area persawahan yang dikelilingi perbukitan. Setelah bencana, kawasan ini dikembangkan menjadi destinasi wisata religi.

Lokasi kubah dilengkapi berbagai fasilitas seperti area parkir, tempat wisata, toko produk UMKM, serta sebuah masjid untuk memudahkan pengunjung beribadah. Untuk mencapai lokasi dari Masjid Raya Baiturrahman, pengunjung harus melewati Jalan Banda Aceh–Calang hingga Jalan Gurah, sekitar 1,5 kilometer dari Polsek Peukan Bada.

Meskipun akses jalan menuju lokasi cukup sempit dan tidak bisa dilalui bus besar, disediakan ojek khusus dengan tarif sekitar Rp20.000. Para pengemudi ojek memiliki sistem unik berupa gantungan kunci khusus untuk mengatur giliran mereka mengantar wisatawan.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Akan Larang Konvoi di Malam Tahun Baru 2025

Pemandangan di sekitar Kubah Al-Tsunami memikat dengan hamparan persawahan hijau dan bukit-bukit indah. Pengunjung juga dapat membeli cinderamata khas Aceh seperti kerajinan kayu, kain, dan tas yang dijual masyarakat setempat.

Selain menjadi destinasi wisata religi, tempat ini juga mendukung perkembangan UMKM lokal, sehingga produk khas Aceh dapat dikenal lebih luas, baik oleh wisatawan domestik maupun internasional.

Masyarakat berharap peningkatan fasilitas, akses jalan, dan transportasi agar lokasi ini semakin menarik bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kawasan Muara Angke Jakarta Masih Terendam Banjir Rob

Rekomendasi untuk Anda