SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kunci Sukses Dalam Membina Umat

Bahron Ansori Editor : Rendi Setiawan - Selasa, 2 Juli 2024 - 10:53 WIB

Selasa, 2 Juli 2024 - 10:53 WIB

22 Views

ilustrasi pemimpin dan yang dipimpin (foto: IG)

Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA

Pemimpin dalam Islam memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan umat menuju kebaikan dan kemajuan. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat seperti siddiq, amanah, tabligh, fathonah, adil, bijaksana, berani, dan berakhlak mulia. Pemimpin yang terbaik adalah Nabi Muhammad SAW dan para Khulafaur Rasyidin.

Dalam Islam seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang berat dan besar. Artinya, perlu bekal yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin agar sukses dalam membina umat. Setidaknya berikut ini beberapa kunci sukses yang perlu dijadikan acuan seorang pemimpin dalam membina umat.

Pertama, miliki ilmu pengetahuan. Memahami dan mengajarkan Al-Quran dan Hadis dengan benar adalah kunci utama. Ilmu yang benar menjadi dasar untuk memberikan bimbingan yang tepat.Memiliki pengetahuan tentang hukum syariah, sosial dan hukum positif agar dapat menegakkan keadilan dengan seadil-adilnya.

Baca Juga: Muslim di Negeri Tirai Besi, Rusia

Dalil tentang pentingnya ilmu pengetahuan bagi pemimpin seperti difirmankan oleh Allah Ta’ala dalam Qur’an surat Az Zumar ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah ilmu, dan janganlah kamu mendebatkan perkara agama kecuali dengan pengetahuan yang kamu miliki.” (Qs. Al-Zumar: 9)

Kedua, memiliki keteladanan. Pemimpin atau pembina umat harus menjadi teladan yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh terbaik dalam semua aspek kehidupan. Pemimpin dalam Islam wajib menjadi teladan kebaikan bagi umat atau rakyatnya. Hal ini sesuai dengan dalil Al-Qur’an dan Hadis. Keteladanan pemimpin menjadi kunci dalam mengajak dan membimbing masyarakat menuju kebaikan.

Allah Ta’ala berfirma, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”  (Qs. Al-Ahzab: 21).

Ketiga, miliki kesabaran. Allah Ta’ala berfirman, Surat Al-Baqarah ayat 153: “Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar.” Dan surat lain Allah juga menjelaskan, Surat An-Nahl ayat 128: “Dan bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka dengan penghormatan.”

Baca Juga: Manajemen atau Pengelolaan, Bukan Hanya Perencanaan

Memimpin umat adalah amanah yang mulia dan membutuhkan dedikasi, kebijaksanaan, dan kesabaran. Dengan kesabaran, pemimpin dapat menjadi teladan yang baik, membangun hubungan yang kuat dengan umat, dan mencapai tujuan bersama dengan penuh hikmah dan keteguhan.

Memimpin umat membutuhkan kesabaran karena beberapa alasan penting, di antaranya; 1). Untuk menangani berbagai karakter dan kebutuhan. Umat terdiri dari individu dengan berbagai karakter, latar belakang, dan kebutuhan. Pemimpin yang sabar mampu memahami dan menghargai perbedaan ini, serta menyesuaikan pendekatannya dalam memimpin. Kesabaran membantu mereka membangun hubungan yang kuat dengan umat, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan solusi yang tepat untuk setiap individu.

2). Menghadapi tantangan dan hambatan. Perjalanan memimpin umat tidak selalu mulus. Akan ada tantangan, hambatan, dan kritik yang harus dihadapi. Pemimpin yang sabar mampu tetap tenang dan fokus di tengah situasi sulit. Mereka tidak mudah terpancing emosi atau frustrasi, dan terus mencari solusi terbaik dengan pemikiran yang jernih.

3). Membangun kepercayaan dan motivasi. Umat membutuhkan pemimpin yang dapat mereka percaya dan jadikan teladan. Kesabaran menunjukkan kepada umat bahwa pemimpin mereka adalah sosok yang tenang, bijaksana, dan mampu mengendalikan diri. Hal ini membangun kepercayaan dan rasa hormat, serta memotivasi umat untuk mengikuti arahan dan bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.

Baca Juga: Memberantas Judi Online di Masyarakat

Keempat, pemimpin harus konsisten dalam ibadah. Menjaga konsistensi dalam melaksanakan ibadah sehari-hari seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain, menunjukkan komitmen dan ketulusan dalam agama. Pemimpin adalah figur sentral yang dihormati dan diteladani oleh umatnya. Ketika seorang pemimpin menunjukkan konsistensi dalam ibadahnya, ia secara otomatis memancarkan pengaruh positif dan mendorong umatnya untuk mengikuti jejaknya. Keteladanan ini menjadi motivasi kuat bagi umat untuk meningkatkan ketaatan dan keimanan mereka.

Konsistensi ibadah menunjukkan pula komitmen dan keseriusan seorang pemimpin dalam menjalankan agamanya. Keteguhan prinsip ini membangun kepercayaan dan keyakinan umat terhadap pemimpinnya. Umat akan lebih mudah menerima arahan dan bimbingan dari pemimpin yang mereka yakini memiliki keteguhan iman dan ketaatan yang tinggi.

Konsistensi seorang pemimpin dalam ibadah juga dapat menjadi perekat yang memperkuat kohesi (keserasian) umat. Ketika pemimpin dan umatnya memiliki komitmen yang sama dalam menjalankan ibadah, terjalin rasa persaudaraan dan kebersamaan yang erat. Hal ini memperkuat rasa saling mendukung dan gotong royong dalam mencapai tujuan bersama, baik di ranah spiritual maupun sosial.

Pemimpin yang konsisten dalam ibadahnya menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya. Hal ini menjadi cerminan bagi umat tentang pentingnya menjalankan kewajiban agama dengan penuh ketaatan dan keikhlasan. Pemimpin yang konsisten menjadi inspirasi bagi umat untuk terus meningkatkan kualitas ibadahnya dan menjadi pribadi yang lebih taat kepada Tuhan.

Baca Juga: 10 Kunci Meraih Sukses Menurut Petunjuk Al-Quran

Ketika umat melihat pemimpinnya tekun dan konsisten dalam ibadahnya, semangat mereka untuk beribadah pun akan meningkat. Hal ini membuat atmosfer positif dan saling mendukung dalam sebuah komunitas atau jamaah, mendorong semangat kolektif untuk menjalankan kewajiban agama dengan penuh keikhlasan.

Keempat, kebersamaan dan persaudaraan. Menjaga persatuan dan kebersamaan dalam umat dengan mengedepankan nilai-nilai ukhuwah Islamiyah. Kebersamaan dan persaudaraan seorang pemimpin dengan umatnya merupakan elemen penting dalam membangun komunitas yang kuat dan harmonis. Hal ini dapat dicapai melalui beberapa cara berikut ini.

1). Kehadiran dan keterlibatan aktif. Pemimpin yang menunjukkan rasa kebersamaan dengan umatnya adalah pemimpin yang selalu hadir dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan mereka. Baik dalam kegiatan keagamaan, sosial, maupun kemasyarakatan, pemimpin harus menunjukkan partisipasinya dan berbaur dengan umatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin peduli terhadap kehidupan dan kebutuhan umatnya.

2). Komunikasi terbuka dan transparan. Pemimpin yang membangun persaudaraan dengan umatnya adalah pemimpin yang selalu terbuka dan transparan dalam berkomunikasi. Ia mendengarkan dengan penuh perhatian aspirasi, keluhan, dan ide-ide dari umatnya. Pemimpin juga harus menjelaskan dengan jelas visi, misi, dan rencana kerjanya kepada umat, sehingga tercipta rasa saling pengertian dan kepercayaan.

Baca Juga: Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 Terbilang Sukses?

3). Empati dan kepedulian. Pemimpin yang menunjukkan rasa kebersamaan adalah pemimpin yang memiliki empati dan kepedulian tinggi terhadap umatnya. Ia peka terhadap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi umatnya, dan selalu berusaha membantu mereka dengan berbagai cara. Pemimpin yang peduli akan selalu hadir di tengah umatnya saat mereka membutuhkan, memberikan dukungan dan semangat, serta membantu mencari solusi terbaik untuk permasalahan mereka.

4). Kesederhanaan dan keramahan. Pemimpin yang membangun persaudaraan dengan umatnya adalah pemimpin yang menunjukkan sikap sederhana dan ramah. Ia tidak menjaga jarak dengan umatnya, dan selalu berusaha untuk dekat dan mudah dihubungi. Pemimpin yang sederhana dan ramah akan membuat umatnya merasa nyaman dan leluasa untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya.

5). Keteladanan dan integritas. Pemimpin yang menunjukkan rasa kebersamaan adalah pemimpin yang menjadi teladan bagi umatnya. Ia menunjukkan perilaku yang baik dan terpuji, dan selalu konsisten dengan ucapan dan perbuatannya. Pemimpin yang berintegritas akan mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari umatnya, dan mereka akan terinspirasi untuk mengikuti teladannya dalam berperilaku dan bertindak.

Kelima, seorang pemimpin harus selalu berusaha mengikuti sunah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Selalu berusaha mengikuti sunah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala aspek kehidupan untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala. Selain itu karena ingin menjadikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai teladan terbaik.

Baca Juga: Global Kurban, Bukti Cinta Umat Islam Indonesia untuk Dunia

Seorang pemimpin harus selalu berusaha mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga karena ingin menjaga keutuhan umat. Ketika pemimpin mengikuti sunah Nabi, ia akan menjadi pemersatu umat. Umat akan terikat dengan ajaran yang sama dan terhindar dari perpecahan. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan umat dan mencapai tujuan bersama.

Dengan mengikuti sunnah Nabi Shallallahu seorang pemimpin dan umatnya akan selalu mendapatkan keberkahan dari Allah. Allah SWT telah menjanjikan keberkahan bagi orang-orang yang mengikuti sunah Nabi-Nya. Dengan mengikuti sunah Nabi, pemimpin dapat meraih keberkahan Allah SWT dalam menjalankan tugasnya dan memimpin umatnya.

Pada puncaknya, Pemimpin yang mengikuti sunah Nabi akan dicintai Allah SWT dan umatnya. Umat akan melihatnya sebagai teladan dan panutan, dan mereka akan mengikuti arahannya dengan penuh ketaatan. Ada banyak hikmah ketika seorang pemimpin sudah dicintai umatnya antara lain sebagai berikut.

Umat yang mencintai pemimpinnya akan lebih taat dan patuh terhadap arahan dan kebijakannya. Mereka termotivasi untuk bekerja sama dengan pemimpinnya untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kemajuan dan kesuksesan. Umat yang mencintai pemimpinnya juga akan lebih semangat dan antusias dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Mereka terinspirasi oleh teladan dan kepemimpinan pemimpinnya, dan mereka ingin memberikan kontribusi terbaik untuk komunitasnya.

Baca Juga: Naik Turunnya Keuangan Syariah: Refleksi Ketidaksempurnaan Sistem

Selain itu, umat akan lebih percaya dan merasa aman di bawah kepemimpinannya. Mereka yakin bahwa pemimpinnya akan selalu berusaha untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan mereka. Hal ini melahirkan rasa tenang dan stabilitas dalam komunitas. Umat yang mencintai pemimpinnya juga akan lebih bersatupadu. Cinta dan rasa hormat mereka terhadap pemimpinnya menjadi perekat yang menyatukan mereka, dan mereka akan bahu membahu untuk mengatasi berbagai tantangan bersama-sama.

Yang tak kalah penting adalah akan mendapatkan kemudahan mencapai tujuan. Dengan adanya ketaatan, kerjasama, semangat, dan persatuan umat, pemimpin yang dicintai akan lebih mudah mencapai tujuannya. Umat akan mendukungnya dengan penuh semangat dan dedikasi, sehingga visi dan misi bersama dapat terwujud dengan lebih efektif.

Kepemimpinan yang dicintai dan didukung oleh umatnya dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Pemimpin yang dicintai akan lebih fokus pada kesejahteraan dan kemajuan umatnya, dan ia akan berusaha untuk menciptakan kebijakan dan program yang bermanfaat bagi mereka. Pemimpin yang dicintai umatnya akan membawa citra positif bagi komunitasnya. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan dan rasa hormat dari pihak luar, dan membuka peluang baru untuk kerjasama dan kemajuan.

Semoga Allah Ta’ala selalu memudahkan setiap pemimpin dalam memimpin umatnya untuk menggapai ridha Allah. Dengan mempraktekkan beberapa  prinsip kepemimpinan di atas dengan tulus dan konsisten tentu saja akan membantu dalam membina umat secara efektif dan membawa mereka lebih dekat kepada ajaran Islam yang benar, wallahua’lam.[]

Baca Juga: Khutbah Idul Adha 1445: Pengorbanan Untuk Pembebasan Al-Aqsa

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Peran Penting Literasi Pengakuan Internasional terhadap Warisan Tak Benda Indonesia

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Slideshow