Kunjungan Kerja Pengurus Besar Al Washliyah ke Jawa Tengah

(Foto: Istimewa)

Semarang, MINA – Pengurus Besar (PB) melakukan ke (Jateng) pada Selasa-Rabu (20-21/9), untuk silaturahim dan pembentukan kepengurusan PW Al Washliyah dan Himpunan Mahasiswa HIMMAH Jawa Tengah di Semarang.

Rombongan PB Al Washliyah terdiri dari Ketua Umum Al Washliyah, Dr. KH. Masyhuril Khamis, Sekretaris Jenderal, Dr. Amran Arifin, Bendahara Umum, Rizal Naibaho, S. H, dan anggota Majelis Pendidikan (MP) Bidang Pendidikan Tinggi, H. J. Faisal, SE., M.Pd., tiba di Kota Semarang, Jateng Pada Selasa malam (20/9).

Dalam rilis yang diterima MINA, Sabtu (24/9), pada pertemuan diskusi pembentukan kepengurusan PW Al Washliyah Provinsi Jateng di Hotel Candi Semarang, Selasa lalu, berhasil menunjuk Ketua PW Al Washliyah Provinsi Jawa Tengah yang baru, periode 2022-2027, yaitu Ustadz Diding Darmudi, M. A, dengan sekretaris Agusriansyah, dan Ketua Himpunan Mahasiswa Al Wasliyah (HIMMAH), Indra Kurniawan, M. Psi.

Ketua Umum PB Al Washliyah berharap, kepengurusan PW Al Washliyah Jawa Tengah yang baru ini, mampu untuk mengembangkan organisasi Al Washliyah lebih baik dan lebih cepat.

Hal ini mengingat ada 35 daerah kabupaten dan kota di Jawa Tengah, yang harus disentuh dan dikembangkan oleh Al Washliyah dengan langkah awal membentuk kepengurusan Pengurus Daerah (PD). Harapan Ketua Umum ini pun telah disanggupi oleh para pengurus baru tersebut.

Anggota Majelis Pendidikan/Sekretaris Majelis Riset dan Digitalisasi PB Al Washliyah H. J. Faisal juga menjelaskan, kunjungan kerja PB Al Washliyah itu dalam rangka melakukan konsolidasi dan pembentukan Pengurus Wilayah (PW) Al Washliyah yang baru untuk wilayah Provinsi Jateng.

Sekaligus melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh senior, seperti Prof. Dr. Muhammad Nur dari Universitas Diponegoro, dan Rahmat Winarto, seorang tokoh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berdinas di kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KesBangPol) Provinsi Jateng.

“Di samping itu, agenda ketiga yang tidak kalah pentingnya juga bagi perkembangan organisasi Al Wasliyah adalah mengadakan pertemuan dengan Eyang Badik Syaubari, seorang tokoh senior dari daerah Magelang, yang mempunyai bukti-bukti sejarah tentang awal masuknya Al Washliyah di Magelang pada khususnya, dan di Jawa Tengah pada umumnya,” kata H. J. Faisal.

Pada Rabu (21/9), pertemuan pertama antara pengurus PB Al Washliyah dengan seorang tokoh senior HMI Jawa Tengah, Rahmat Winarto, dilaksanakan di Semarang.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr. K.H. Masyhuril Khamis, meminta Rahmat Winarto untuk membantu menahkodai Kepengurusan Wilayah Al Washliyah Jateng dan menguatkan soliditas kepengurusan Al Washliyah Jateng.

Hal tersebut berdasarkan pengalamannya berorganisasi di HMI dan juga kedekatannya dengan tokoh-tokoh pembangunan dan politik di provinsi Jawa Tengah.

Gayung pun bersambut. Rahmat Winarto pun akhirnya bersedia untuk masuk ke dalam kepengurusan di PW Al Washliyah Jawa Tengah. Dia berjanji untuk mencoba membantu peningkatan jumlah anggota Al Wasliyah di Jawa Tengah.

Setelah selesai dengan pertemuan para pengurus wilayah yang baru, acara pertemuan pun dilanjutkan dengan menemui seorang anggota Al Washliyah senior, yaitu Prof. Dr. Muhammad Nur di kantornya di Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.

Prof. Dr. Muhammad Nur adalah seorang ahli plasma nuklir, seorang fisikawan yang disegani, sekaligus juga sebagai Dekan Fakultas Sains dan Matematika (FSM) di kampus UNDIP Semarang.

Selain sebagai dosen, fisikawan, ilmuwan, dan guru besar di kampus tersebut, dia juga ternyata adalah seorang inventor yang telah mendaftarkan 12 hasil temuannya di bidang pertanian dan plasma di lembaga Hak Intelektual Indonesia.

Dia juga telah berhasil memasukkan jurnal penelitian ilmiahnya di jurnal terindeks Scopus sebanyak 91 jurnal.

Maka tidaklah heran jika pemerintah Indonesia telah mendapuknya sebagai dosen terbaik nasional di bidang sains dan matematika. Kemampuannya untuk membuat sebuah kampus berkembang di bidang penelitian juga tidak diragukan lagi.

Berdasarkan kemampuannya itulah, maka Ketua Umum Al Wasliyah memintanya untuk menjadi penasihat utama di kepengurusan PW Al Washliyah Jawa Tengah.

Dengan gayanya yang low profile dan penuh kerendahan hati, dia beliau pun menerima permintaan Kyai Masyhuril tersebut.

Awal Mula Al Washliyah Masuk ke Kota Magelang

Setelah pertemuan dengan para tokoh dan pembentukan kepengurusan PW Al Washliyah dan HIMMAH Jawa Tengah di Semarang selesai, maka rombongan PB Al Washliyah bergerak ke kota Magelang pada malam harinya.

Sebagai agenda kegiatan kerja yang terakhir, di sini pengurus PB Al Wasliyah berhasil menemui salah seorang tokoh pendiri Al Washliyah yang masih hidup, yaitu Eyang Badik Syaubari.

Eyang Badik merupakan seorang pribadi yang sangat sederhana, tetapi memiliki kecakapan yang sangat baik.

Di usianya yang sudah 74 tahun, kondisi tubuh beliau masih dapat dikatakan sangat bugar dan prima. Bahkan kondisi ingatannya pun masih sangat baik. Dia mengatakan, berpuasa sunah Senin Kamis adalah rahasia kesehatan dan panjang umur beliau.

Dia juga ternyata adalah seorang pribadi yang sangat teratur. Hal ini terbukti ketika dia menceritakan kepada para pengurus PB Al Washliyah, tentang bagaimana awal masuknya Al Washliyah ke desanya di Magelang.

Bahkan Eyang Badik juga menyerahkan bukti-bukti otentik hak wakaf Al Washliyah berupa surat-surat wakaf dan Sertifikat Hak Milik (SHM) beberapa lokal tanah dan sekolah atas nama organisasi Al Jam’iyatul Washliyah. Surat-surat tersebut bahkan ada yang sudah dibuat sejak tahun 1965.

Eyang Badik menceritakan sebuah sejarah yang penting kepada para pengurus PB Al Washliyah malam itu di kediamannya.

Dia mengatakan, yang membawa masuk nilai-nilai kealwashliyahan ke kota Magelang, sebenarnya adalah kakak kandungnya sendiri, yaitu KH. Abdul Munjib.

Pada masa mudanya, KH. Abdul Munjib ini pernah berguru kepada KH. Bahrum Jamil di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di awal tahun 1960-an.

Setelah menamatkan pendidikannya di UISU di Medan, KH. Abdul Munjib kembali ke Magelang, dan mulai mendirikan lembaga pendidikan dasar diniyah, yang diberi nama Sekolah Diniyah Al Washliyah.

Sekolah tersebut didirikan oleh KH. Abdul Munjib dikarenakan kecintaannya terhadap nilai-nilai kealwashliyahan yang tradisional tetapi tetap mengedepankan sebuah konsep pemikiran ke-Islaman yang maju dan berkembang.

“Mengembangkan pendidikan Al Washliyah merupakan amanah kakak kandung saya yang harus saya jalankan…,” tutur eyang Badik.

Menurut eyang Badik lagi, meskipun saat ini sekolah-sekolah Al Washliyah di kota Magelang tidak seramai dulu, tetapi nama Al Washliyah sudah menyatu dengan kehidupan pendidikan di kota Magelang.

Pendirian BLK Al Wahliyah Magelang

Adapun menurut pendapat Kyai Masyhuril, sejarah masuknya nilai-nilai Al Washliyah ke kota Magelang wajib diketahui oleh masyarakat dan seluruh warga anggota Al Washliyah, khususnya oleh para pengurus PW Al Washliyah Jawa Tengah, karena dari sinilah Al Washliyah mulai bisa dikembangkan.

Kyai Masyhuril juga mengatakan, untuk menghargai jasa-jasa KH. Abdul Munjib dan jasa-jasa keluarga eyang Badik, serta jasa-jasa masyarakat sekitar Magelang, yang telah membesarkan nama Al Jam’iyatul Washliyah, maka Al Washliyah akan mengembalikan nilai-nilai kebesaran kealwashliyahan tersebut kepada masyarakat, yaitu dengan menciptakan sebuah usaha kebermanfaatan dari Al Washliyah untuk umat.

Untuk itu, Pengurus Besar Al Washliyah berencana untuk membangun sebuah Balai Latihan Kerja (BLK) di atas tanah wakaf milik Al Washliyah di wilayah desa Eyang Badik sesegera mungkin.

“Kita akan membangun sebuah BLK di sini. Diharapkan dengan adanya BLK Al Washliyah ini, akan dapat mengangkat keterampilan masyarakat Magelang, khususnya dalam peningkatan nilai jual produksi pertanian pasca panen,” pungkas Kyai Mashyuril.

Dia mengharapkan, dengan berdirinya BLK ini nantinya masyarakat di Magelang dapat menambah keterampilan mereka dalam bidang pertanian dan pengolahan pertanian pasca panen, yang akhirnya dapat menambah nilai ekonomi keluarga.

Rencananya, BLK yang akan didirikan PB Al Washliyah tersebut, akan bekerjasama dengan Balai Penelitian kampus UNDIP Semarang.

Dengan pendampingan dari para akademisi UNDIP tersebut, diharapkan akan tercipta hasil-hasil pertanian dan pasca panen yang lebih awet, memiliki nilai jual yang tinggi, dan dapat menjadi lebih produktif lagi.

“Inilah bukti nyata implementasi dari konsep nilai-nilai kealwashliyahan yang dapat diplikasikan dari sisi ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan yang sesuai dengan nilai-nilai Al Qur’an dan As sunnah,” tegas Kyai Mashyuril.(R/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.