Shah Alam, MINA – Pemimpin wadah persatuan umat Islam, Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Imaam Yakshyallah Mansur menekankan pentingnya kurikulum Al-Quds diterapkan di sekolah-sekolah Islam atau madrasah, kaitannya dalam upaya memudahkan siswa mengenal dan memperdalam pengetahuan tentang Masjid-Al-Aqsha.
“Saat ini kami sedang merancang kurikulum Al-Quds untuk bisa dipelajari di madrasah-madrasah Al-Fatah yang tersebar di beberapa kota di Indonesia seperti; Lampung, Bogor, Semarang, Ternate, Singkawang, Medan dan Wonogiri,” ujar Imaam Yakhsyallah kepada peserta konferensi internasional mengenai pembebasan Al-Aqsha di Shah Alam Malaysia, Senin (9/10).
Dalam pertemuan yang bertajuk “Conference on the Defence & Liberation of Al-Aqsa and Palestine”, Yakhsyallah berpendapat jika Muslim mampu menerapkan perdamaian di Palestina bisa jadi perdamaian akan merata ke seluruh dunia. Bahkan dalam isu Suriah, warga yang menjadi korban adalah pengungsi Palestina yang pada 1967 diusir dari tanahnya oleh Israel.
Untuk mewujudkan perdamaian tersebut, lanjut Imaam Yakhsyallah, umat Muslim dunia dituntut bersatu dan mengesampingkan ego masing-masing. “Palestina adalah permasalahan yang harus ditanggung bersama umat Islam. Untuk itu pembebasan Al-Aqsha harus disertai dengan adanya persatuan,” ujarnya.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Mengenai kiprah dalam memperjuangkan Al-Aqsha, Yakhsyallah menjelaskan, Jamaah muslimin (Hizbullah) selama ini melakukan berbagai aksi solidaritas yang secara rutin dilakukan di seluruh daerah di Indonesia. Di samping penggalangan dana untuk masyarakat Palestina dan kurban tahunan, pihaknya juga mengirimkan relawan langsung bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan di Indonesia.
Di samping itu, lanjut Yakhsyallah, pertemuan akbar yang diselenggarakan pada 2012 di Bandung menjadi salah satu momentum bagi Jamaah untuk mempersatukan Muslim dunia dalam rangka membebaskan situs suci umat Islam dari pendudukan Israel.
“ Juga longmarch (jalan panjang) diberbagai kota Indonesia, dan berperan dalam pembanguan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza yang diinisiasi oleh lembaga Kemanusiaan MER-C,” tambahnya.
Pertemuan di Shah Alam tersebut diselenggarakan oleh Asian Muslim Scholars (AMS) yang bekerja sama dengan Majelis Perunding Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM), Secretariat For Ulama’ Assembly of Asia (SHURA), dan Global People Welfare Organization of Malaysia (SEJAGAT).
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Konferensi yang akan berlangsung dalam beberapa hari ini juga membahas beberapa topik, diantaranya dukungan nyata para tamu yang hadir serta menekankan pentingnya jihad untuk memperjuangkan kemerdekaan wilayah Palestina dari pendudukan Zionis.
Peserta konferensi terdiri atas berbagai perwakilan dari berbagai negara diantaranya yakni Indonesia, Malaysia, Libanon, Iran, Turki, Thailand, dan Kamboja.
Dari Indonesia, delegasi yang hadir dalam konferensi tersebut diantaranya Aqsa Working Group (AWG), dan Syubban (Pemuda) Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Forum Komunikasi Hizbullah, dan International Muslim Brotherhood.(L/R04/RA1/RE1/RS3)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon