Kuwait, MINA – Pemerintah Kuwait akan merekrut warga Ethiopia untuk memenuhi “defisit” pekerja rumah tangga, kata pihak berwenang pada Selasa (3/4).
Langkah itu menyusul terjadinya pembunuhan mengerikan terhadap seorang pembantu wanita Filipina di negara Teluk tersebut, membuat Pemerintah Filipina melarang warganya bekerja di Kuwait.
Mayat warga Filipina bernama Joanna Demafelis (29) ditemukan di freezer awal tahun ini, menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.
“Kami bertujuan untuk membuka pintu bagi perekrutan pekerja Ethiopia untuk mengisi defisit para pembantu rumah tangga dan mengurangi harga,” kata Kepala Departemen Urusan Residensial Kuwait Jenderal Talal Al-Maarifi, demikian Nahar Net melaporkan.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Pemerintah Ethiopia lima tahun lalu melembagakan larangan serupa, setelah laporan pelecehan dan pengaduan bahwa agen tenaga kerja memikat warganya untuk bekerja di bawah kondisi ilegal dan mengerikan. Namum, larangan itu kemudian dicabut Kamis (30/3) lalu.
Maarifi mengatakan, ada lebih dari 15.000 orang Ethiopia yang saat ini tinggal dan bekerja di Kuwait.
Polisi Kuwait pada Maret 2017, menahan seorang wanita karena merekam pembantu Ethiopiannya jatuh dari lantai tujuh tanpa berusaha menyelamatkannya.
Video berdurasi 12 detik menunjukkan pelayan yang menggantung di luar gedung, dengan satu tangan memegang erat bingkai jendela, saat dia meminta bantuan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Kelompok-kelompok hak asasi telah menyuarakan kekhawatirannya atas nasib pekerja di Teluk dan negara-negara Arab lainnya, tempat buruh migran diatur di bawah sistem yang dikenal dengan nama “kafala.”
Kafala atau sponsorship adalah sistem mengikat visa pekerja migran kepada majikan mereka, melarang pekerja meninggalkan negara atau berganti pekerjaan tanpa persetujuan majikan terlebih dahulu. (T/RI-1/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza