Kuwait city, MINA – Sepanjang tahun 2022, Kuwait telah mendeportasi 3.000 warga Mesir, dari total keseluruhan 30.000 orang.
Warga Mesir telah dideportasi karena berbagai alasan, termasuk penyalahgunaan narkoba, pencurian, berakhirnya masa tinggal dan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum. Dikutip dari Al Quds, Kamis (5/1).
Warga Mesir adalah kelompok ekspatriat terbesar di Kuwait, yang merupakan 24 persen dari tenaga kerja, meskipun jumlah itu tampaknya akan berkurang karena pemerintah berupaya mengendalikan pasar tenaga kerja dan mengurangi jumlah ekspatriat di semua sektor, terutama di dalam pemerintahan.
Pada Desember lalu, pemerintah Kuwait memberlakukan persyaratan baru bagi pekerja Mesir yang ingin melakukan perjalanan ke Negara Teluk termasuk biaya masuk 100 dolar, peningkatan biaya dokumentasi izin kerja dan pemeriksaan kesehatan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Pada saat itu, Wakil Perdana Menteri Talal Al-Khaled menangguhkan nota kesepahaman 2018 yang awalnya ditandatangani untuk memfasilitasi perekrutan antara kedua negara tetapi tidak secara resmi memberi tahu Mesir bahwa hal itu dihentikan.
Empat bulan sebelumnya Kuwait mengumumkan akan memberhentikan 250.000 pekerja Mesir dan menangguhkan semua kontrak dengan non-warga negara, karenanya 500.000 warga Mesir telah kehilangan pekerjaan.
Warga Mesir pernah mengalami rasisme di negara itu, sebagai aksi nyatanya video seorang pelanggan Kuwait menampar seorang kasir Mesir dua tahun lalu menjadi viral.
Selain itu, seorang pekerja konstruksi asal Mesir tewas di Kuwait diduga setelah rekan-rekannya membuang sampah ke arahnya dari lantai tiga setelah tidak menyadari bahwa ia berada di bawah mereka.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Meskipun mereka adalah kelompok ekspatriat terbesar di Kuwait, orang Mesir tidak otomatis memiliki hak kerja dan jaminan keamanan. (T/Hju/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon