Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)
Pengguna sosial media dan media elektronik ramai dengan berita fenomena alam langka yang terjadi di langit Purwakarta, pada Sabtu malam (7/10/2017). Warga melihat awan berlafaz “Allah” di antara cahaya bulan yang muncul di sebelah timur laut. Kejadiannya sekitar pukul 20.30 WIB.
Ada warga yang mengabadikan gejala alam itu dan mengungahnya di media sosial, di antaranya melalui akun Facebook bernama Wulan Ameliawati.
“Subhanallah fenomena langka awan berlapadkan Allah,” tulisnya, memberikan caption pada foto awan membentuk lafaz Allah itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Pada saat bersamaan, kala itu masih di wilayah Purwakarta, ratusan umat Islam, ada yang menyebut hingga sekitar seribu orang, sedang melakukan aksi longmarch “Gerak Jalan Cinta Al-Aqsha”.
Perjalanan menembus malam itu, dengan jalan kaki menempuh jarak sekitar 10 km, digerakkan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam. Bekerjasama secara teknis lapangan dengan Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG), Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah Cirende, Pemda Purwakarta, DKM Masjid Agung Purwakarta dan MUI Purwakarta.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi lewat akunnya menulis, “Malam tadi, muncul fenomena langka di langit Purwakarta. Lafdzul Jalaalah ( الله ) terlukis di bawah terang sinar rembulan.”
“Sudah seharusnya, momen ini membuat kita menegaskan sikap ‘Tasyakur’, membangun hubungan timbal balik kepada pemberi nikmat dalam hakikat yakni Allah SWT,” ujarnya.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
“Timbal balik itu harus juga kita bangun dengan Alam. Saat kaki kita menginjak bumi, maka kita harus merawat bumi. Saat pohon memberi kita manfaat, maka kita harus merawat pohon,” lanjutnya.
Ia menambahkan, “Untuk bisa bertasyakur, ‘Arasy berfikir kita tentu saja harus dipenuhi ‘Tafakur’ bahwa seluruh alam ini diciptakan oleh Dzat Maha Agung yakni Allah SWT. Keberadaan kita karena keberadaan-NYA. Sehingga muncul sikap ‘Tadabbur’ menarik makna terdalam dari seluruh aktivitas yang kita lakukan. Betapa hidup ini tidak bisa kita jalani sendiri. Kita membutuhkan kekuatan dari Allah SWT dan energi dari alam semesta.”
Fenomena serupa pernah ramai, ketika lafadz Allah terlihat di langit Jakarta saat Aksi Damai 4 November 2016 atau ‘411’. Orang-orang di sekitar lokasi pun ramai-ramai mengambil foto dan juga memvideokannya.
Kala itu, melalui akun Facebook-nya, Muhammad Arifin Ilham, pimpinan Masjid Az Zikra mengatakan bahwa fenomena itu merupakan sambutan dari Allah.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
“Allah pun menyambut hamba-hamba pembela kalam-Nya dg lafadz Allah jelas sekali dilangit yg disambut gemuruh zikir tahlil, suasanapun terasa sangat bahagia dan bersyukur,” katanya sehari setelah aksi, Sabtu (5/11/2016) dini hari.
Tak hanya itu, ia juga mengunggah foto tersebut, dan komentar. “MasyaAllah abang bersama para ikhwah tercinta menjadi saksi lafadz Allah tampak, insyaAllah bermakna harakah da’wah dan kesabaran kita diberkahi Allah….aamiin.,” tulisnya.
Tanda Kebesaran Allah
Segala yang Allah ciptakan, turunkan dan terjadi di alam semesta ini, tidak ada yang sia-sia, dan tidak terjadi serta merta begitu saja. Semua ada hikmah dan pelajaran di dalamnya.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Tentu yang pasti, fenomena itu semua menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah. Allah menyebutkan di dalam ayat:
إِنَّ فِى خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّہَارِ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (١٩٠) ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمً۬ا وَقُعُودً۬ا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَڪَّرُونَ فِى خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَـٰذَا بَـٰطِلاً۬ سُبۡحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ (١٩١)
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (190). [yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (191). (QS Ali Imran [3]: 190-191).
Pada ayat lain, Allah menyebutkan:
إِنَّ فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ (٣) وَفِى خَلۡقِكُمۡ وَمَا يَبُثُّ مِن دَآبَّةٍ ءَايَـٰتٌ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُوقِنُونَ (٤)
Artinya: “Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] untuk orang-orang yang beriman. (3) Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran [di muka bumi] terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] untuk kaum yang meyakini.” (4). (QS Al-Jatsiyah [45]: 3-4).
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Al-Qurhubi menjelaskan, pada surat Ali Imran ayat 190-191 menyebutkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk melihat, merenung, dan mengambil kesimpulan, pada tanda-tanda ke-Tuhanan. Karena tanda-tanda tersebut tidak mungkin ada kecuali diciptakan oleh Yang Hidup, Yang Mengurusinya, Yang Suci, Yang Menyelamatkan, Yang Maha Kaya, dan tidak membutuhkan apa pun yang ada di alam semesta ini.
Dengan meyakini hal tersebut, maka keimanan mereka bersandarkan atas keyakinan yang benar, dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Inilah salah satu fungsi akal yang diberikan kepada seluruh manusia, yaitu agar mereka dapat menggunakan akal tersebut untuk merenung tanda-tanda yang telah diberikan Allah.
Lafadz ‘Allah’ (الله) disebut ‘Ismu Dzatillah’ atau disebut juga ‘Asma’ Ushuliyyah’. Namun itu bukan bentuk ‘Dzatihi’ atau dzat Allah. Nama Allah tersebut adalah nama bagi pemilik Af’al, Asma’, Shifat, dan Dzat-Nya.
Allah memperkenalkan dzat-Nya yang bernama Allah, termaktub di dalam Al-Qur’an, dan disini Allah hanya memperkenalkan Asma’ bukan Dzat-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدۡنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِڪۡرِىٓ (١٤) إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيہَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۭ بِمَا تَسۡعَىٰ (١٥)
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan [yang hak] selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (14) Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan [waktunya] agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.” (15). (QS Thaha [20]: 14-15).
Ibadah kepada Allah, menyembah Allah, ingat kepada-Nya, dzikrullaah, itulah yang penting dari tadabbur tanda-tanda kebesaran Allah. Bukan hanya karena penampakkan lafadz Allah di langit Purwakarta, dan lainnya. Namun semua tanda alam, sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah, tanda-tanda adanya Allah Tuhan seru sekalian alam. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga