Ramallah, MINA – Tahanan Palestina Maher Al-Akhras, yang memulai mogok makan 71 hari yang lalu telah memasuki tahap bahaya yang ekstrem, menurut Yayasan untuk Para Martir, Tahanan dan Korban Luka Muhjat Al Quds, Senin (5/10).
Akhras masih di rumah sakit Kaplan dan dia menderita penurunan kesehatan yang serius karena dia merasa kedinginan di tubuhnya hingga menggigil, Palinfo melaporkan.
Tahanan itu mengalami kekurusan yang parah dan bagian bawah tubuhnya telah menjadi tulang. Selain itu, dia tidak dapat bergerak atau berbicara, kata-katanya sedikit, suaranya parau dan lemah, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur sepanjang waktu.
Meskipun kesehatannya memburuk secara serius, ia masih terus melanjutkan perjuangannya melawan penahanan administratif sewenang-wenang sampai ia dibebebaskan dan penahanan administratif terhadapnya dicabut.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Akhras tetap menolak untuk mengonsumsi garam, suplemen dan vitamin, serta melakukan pemeriksaan kesehatan.
Lembaga Otoritas Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan mengatakan pada Senin, administrasi penjara Israel menolak permintaan Akhras untuk membebaskannya dan mengakhiri penahanan administratifnya.
Hassan Abed Rabbo, Penasihat Pers Otoritas Urusan Tahanan, menegaskan dalam pernyataan pers bahwa Mahkamah Agung Israel menolak untuk membebaskan Akhras, memutuskan untuk mempertahankan keputusan sebelumnya, membekukan penahanan administratif terhadapnya tanpa melepaskannya, dengan tetap menahannya di Rumah Sakit Kaplan dengan dalih bahwa ada bukti baru yang menentangnya.
Abed Rabbo memperingatkan tentang keseriusan kondisi kesehatan Akhras, menambahkan bahwa ia telah kehilangan lebih dari 20 kilogram berat badan dan menderita kekurusan dan kelelahan, pendengaran yang buruk, kejang saraf, dan seringnya kehilangan kesadaran.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Abed Rabbo menyerukan perlunya melanjutkan upaya di tingkat nasional dan internasional untuk membebaskan Akhras dan lebih dari 360 tahanan administratif di penjara pendudukan Israel.
Yayasan Muhjat Al-Quds menganggap pemerintah pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas kehidupan Akhras, memperingatkan konsekuensi kematiannya baik di dalam atau di luar penjara. (T/R7/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon