Tel Aviv, MINA – Israel menghadapi gelombang trauma psikologis yang parah di tengah ketidakmampuan sistem kesehatan mental untuk memenuhi permintaan bantuan, menurut para ahli psikiatri Israel.
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Jerusalem Post menjelaskan kekurangan sistem kesehatan mental di Israel selama bertahun-tahun. Bukti dari pengabaian sistem ini terlihat dari masa tunggu yang lama, terutama di daerah terpencil, sehingga banyak orang yang membutuhkan layanan kesehatan mental tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Demikian dikutip dari MEMO, Rabu (17/1).
Sejak 7 Oktober, sistem kesehatan masyarakat Israel kewalahan dengan panggilan darurat, yang diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan.
“Para ahli psikiatri baru-baru ini memperkirakan satu dari tiga orang yang terkena dampak perang secara langsung atau tidak langsung, termasuk keluarga dan teman dari korban penculikan, korban luka, atau mereka yang kehilangan orang yang dicintai, mungkin mengalami gangguan pasca-trauma di masa mendatang. Hotline bantuan darurat ERAN telah menangani lebih dari 100.000 panggilan telepon, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pusat ini didirikan,” lapor Jerusalem Post.
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat
Clalit Health Services melaporkan peningkatan penggunaan obat-obatan psikiatri sebesar 25 persen, peningkatan kasus terkait kecemasan sebesar 52 persen, dan peningkatan diagnosis pasca-trauma sebesar 45 persen, menurut Jerusalem Post.
Eli Cohen, CEO Clalit, mengatakan bahwa sebagai organisasi pemeliharaan kesehatan (HMO) terbesar di Israel, yang melayani lebih dari 50 persen populasi negara tersebut, sebagian besar pengungsi akibat situasi di utara dan selatan telah menjadi pasien mereka. (T/R7/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)