Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan: Miliarder Saudi Investasi US$500 Juta di Perusahaan Rusia Sebelum Perang Ukraina

Rudi Hendrik - Senin, 15 Agustus 2022 - 17:46 WIB

Senin, 15 Agustus 2022 - 17:46 WIB

3 Views

Miliarder Arab Saudi Pangeran Al Waleed bin Talal. (dok. ETtech)

New York, MINA – Miliarder Arab Saudi Pangeran Al Waleed bin Talal menggelontorkan lebih dari US$500 juta ke perusahaan-perusahaan Rusia saat Moskow meluncurkan invasi ke Ukraina, menurut laporan Bloomberg.

Media itu mengungkapkan, Kingdom Holding Co, perusahaan investasi Al Waleed bin Talal, berinvestasi di Gazprom, Lukoil dan Rosnet pada Februari tahun ini.

Perusahaan pangeran mengakuisisi US$365 juta saham di Gazprom pada bulan Februari, dan menginvestasikan US$52 juta di Rosneft dan US$109 juta di Lukoil antara Februari dan Maret, The New Arab melaporkan.

Sekitar waktu yang sama, atau segera setelah itu, dia menjual sekitar 625 juta saham Kingdom Holding Company senilai sekitar US$1,5 miliar ke dana kekayaan negara kerajaan.

Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling  

Sementar Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Nilai investasinya turun dengan cepat sejak perang dimulai, ketika dunia barat memberlakukan sanksi terhadap Rusia untuk menekan Kremlin agar membatalkan invasinya.

Pangeran Al Waleed bin Talal adalah salah satu orang terkaya di Arab Saudi dan secara teratur melakukan investasi asing yang besar.

Dia memiliki saham di perusahaan terkenal seperti Twitter dan Uber, sementara kakeknya, Abdulaziz adalah pendiri negara Saudi modern.

Baca Juga: Ribuan Warga Inggris Demo Kecam Genosida Israel

Pangeran adalah salah satu dari ratusan anggota keluarga Kerajaan Saudi yang ditahan di Hotel Ritz Carlton di Riyadh pada tahun 2017 oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Dia dibebaskan setelah setuju untuk membayar jutaan dolar kepada pihak berwenang sebagai bagian dari ‘gerakan anti-korupsi’.

Kerajaan Saudi telah dikritik karena tidak berbicara lebih tegas terhadap invasi Rusia.

Akhir bulan lalu, Mohammed bin Salman berbicara kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas pasokan minyak global yang terkena dampak perang di Ukraina, yang memicu krisis energi global. (T/RI-1/P1)

 

Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda