Larang Relawan Turun Dari Kapal, Bangladesh Alihkan Pelabuhan Food Flotilla

Wakil Kepala Misi , Cek Gu Azmi (kiri) di kapal Nautical Aliya. Foto: dokumentasi tim

Nautical Aliya menuju , 10 Jumadil Awwal 1438/ 7 Februari 2017 (MINA) – Pemerintah melarang kapal relawan Food Flotilla for Myanmar (FFfm), Nautical Aliya, untuk berlabuh di Teknaf dengan alasan kapasitas pelabuhan yang kecil tidak muat untuk kapal sebesar itu.

“Kami baru saja mendapatkan kabar dari Bangladesh, kalau kapal kita tidak dizinkan berlabuh di Teknaf, hanya diizinkan di St. Martin Island, Kutubdia, atay Chittagong,” kata Kepala Misi Food Flotilla, Datuk Seri Aziz, kepada wartawan saat Konferensi Pers di Kapal Nautical Aliya, Selasa, (7/2) siang waktu setempat.

Selain itu, lanjutnya, tidak ada satupun relawan yang diperbolehkan turun dari kapal menuju kamp-kamp pengungsian.

Sebelumnya, berdasarkan surat kesepakatan penyelenggara FFfM, Kelab Putra 1 Malaysia (KP1M), , bersama dengan pemerintah Bangladesh pada 3 Februari 2017, menyebutkan para relawan dapat berlabuh di Teknaf untuk menyalurkan bantuan langsung kepada warga Muslim Rohingya yang tinggal di pengungsian sana.

“Namun kami mohon kepada pihak pemerintah Bangladesh untuk mengizinkan kami masuk untuk nemastikan barang bantuan ini sampai kepada yang membutuhkan,” ujar Aziz yang juga ketua KP1M itu.

Sebenarnya, kata dia, kedatangan relawan justru membantu pemerintah Bangladesh mengatasi masalah pengungsi di sana.

“Saya yakin atas nama Kepala Misi Armada Food Flotilla, kita negara berpenduduk Islam Malaysia dan Bangladesh, punya spirit sama, saya memohon agar kami diizinkan masuk ke Teknaf, kami bawa tim medis juga untuk pengobatan bagi pengungsi dan warga,” ujarnya.

Menguatkan hal itu, Wakil Kepala Misi Food Flotilla, Cek Gu Azmi, meminta pemerintah Bangladesh mempertimbangkan untuk mengizinkan kapal berlabuh di Teknaf.

“Ini misi besar, barang bantuan, ekpektasi besar, relawan dari berbagai negara, seharusnya jadi pertimbangan Bangladesh. Juga ada tenaga medis yang akan berikan bantuan,” ujarnya.

Namun Cek Gu Azmi menghimbau kepada seluruh relawan untuk berharap kepada Allah yang menentukan segalanya.

“Kita perlu kekuataan berdoa, shalat jamaah, shalat hajat, inilah kekuatan sebagai faktor terbesar, Allah tempat kita bergantung,” tegasnya.

Food Flotilla merupakan program kemanusiaan bagi minoritas Muslim Rohingya yang digagas oleh MAPIM dan KP1M, bekerjasama dengan 31 NGO dari 11 negara terdiri dari aktivis, tenaga kesehatan, jurnalis, keamanan, dan kru kapal.

Berlayar membelah Laut Andaman pulang pergi selama kurang lebih 20 hari membawa 2.300 ton bantuan berupa beras, mie instan, makanan siap saji, obat-obatan, perlengkapan mandi, pakaian, juga selimut untuk diberikan kepada puluhan bahkan ratusan ribu pengungsi Rohingya di Sitwee, dan Teknaf berbatas Bangladesh.

Ikut pada pelayaran ini perwakilan dari Lembaga Aqsa Working Group (AWG), Syubban/Pemuda Jamaah Muslimin (Hizbullah), Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), juga jurnalis Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA). (L/B01/RE1)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA).