LAUREN BOOTH, AKTIVIS PRO-PALESTINA YANG JADI MUSLIM

booth5Oleh: Annisa Fithri Nurjannah Mahasisawa Komunikasi Penyiaran Islam STAI AL FATAH Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Sarah Jane Booth atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Lauren Booth dengan pekerjaan sebaga penyiar, jurnalis, dan aktivis pro-Palestina berusia 43 tahun lahir di London adik ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair memutuskan masuk Islam setelah mendapatkan “pengalaman suci” di Iran.

Perjalanan Menjadi Muallaf

Saat bertugas ke daerah Timur Tengah untuk meliput proses pemilihan umum di Palestina pada tahun 2005. Bagi Lauren, perjalanan pertamanya itu bukan hanya sekedar tugas, namun juga perjalanan mencari kebenaran.

Ia bercerita, saat itu dia bertugas saat bulan Ramadan dan harus menuju Gaza dengan menggunakan perahu. Ketika sampai di Gaza ia mendengar warga lokal mengucapkan takbir untuk perahu yang datang. Karena dulu ia merupakan non muslim, jadi ia tidak tertarik dengan Ramadan.

Kemudian ia bertemu salah seorang perempuan pengungsi di Gaza. Perempuan Palestina itu membuat hati Lauren menangis. Pengungsi itu berasal dari Rafah, wilayah yang sering menjadi sasaran rudal Israel. Meski sangat miskin, namun dia tampak tetap bahagia dan tenang.

Lauren bercerita jika saat itu ia merasa sangat marah terhadap Islam, kenapa Tuhan menyuruh perempuan dari kaum papa ini puasa padahal ia miskin dan kelaparan. Lalu lauren bertanya kepada perempuan miskin itu kenapa dia melakukan puasa? Dengan tersenyum perempuan itu menjawab, “Saya puasa di bulan Ramadan untuk mengingat orang miskin.” Seketika Lauren pun terenyuh dan berkata dalam hati “Bagaimana bisa dia berbelas kasihan padahal dia juga miskin”

Pergaulan Lauren dengan para Muslim ternyata menorehkan simpati di hatinya. Meski hal itu tidak serta merta membuatnya tertarik masuk Islam. Hidayah Islam, baru datang kemudian.

Lauren, yang bekerja sebagai jurnalis di Press TV, televisi siaran Iran berbahasa Inggris, merupakan penentang vokal perang Irak. Pada Agustus 2008 dia pergi ke Gaza dengan kapal dari Siprus bersama 46 aktivis lainnya, untuk menyoroti blokade Israel atas Gaza. Dia kemudian ditolak masuk Israel dan Mesir.

Pada 2006, dia merupakan kontestan reality show ‘I am A Celebrity… Get Me Out Of Here!’ di ITV dan mendonasikan gajinya ke lembaga amal Palestina.

Perjalannya berlanjut saat Ramadan di tahun 2010, Lauren ditugaskan ke Iran. Di negeri Mullah itu, Lauren hatinya memperoleh hidayah di sebuah Masjid Fatima Al-Masumeh di kota Qom, Iran. Ketika itu ia memutuskan untuk sekadar duduk di masjid tersebut. Ternyata ada perasaan lain yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, yaitu kedamaian. Dan ia percaya Allah lah yang mengatur takdir hidupnya, sehingga ia dapat berkenalan dengan Islam, dan Islam yang membukakan hatinya dengan cahaya kedamaian. Tujuh hari sepulangnya ke Inggris, Lauren mengucapkan syahadat.

Harus Jauh dari Minuman dan Menyelesaikan Bacaan Qur’an

Tak mudah bagi Lauren menjalani kehidupannya sebagai seorang mualaf saat itu. Apalagi di dunia Barat, di mana media membangun stigma negatif tentang Islam. Sehingga ibunya pernah mengganggapnya gila karena dia pikir orang Islam itu teroris. Namun lambat laun sekarang sang ibu sangat menyukai Lauren yang baru, karena Islam membawa perubahan kepadanya, tentunya perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Salah satu contohnya adalah kebiasaan lamanya yang ditinggalkan: senang berpesta dan minum-minuman beralkohol.

“Saya juga belum  minum-minuman beralkohol selama 45 hari, periode terpanjang selama 25 tahun. Hal yang aneh adalah bahwa sejak saya memutuskan untuk pindah agama, saya tidak ingin menyentuh alkohol, padahal saya adalah seorang yang mendambakan segelas atau dua gelas anggur di akhir hari,” ujarnya

Dengan penuh senyum yang terlihat dari wajahnya, ia menceritakan sedikit pengalamannya saat di masa-masa awal dia menjadi mualaf. Betapa sulitnya ia menghafal bacaan surat-surat Al Qur’an yang harus dilafalkan ketika salat. Ia mensiasatinya dengan menaruh kertas di sajadahnya, dan mencoba untuk membaca kertas tersebut sambil salat.

Enam bulan pertama ia merasakan begitu sulit menjadi muslim, karena harus belajar bacaan salat, belajar membaca Al Qur’an, berapa rakaat di setiap salatnya, apa itu shalat sunah, puasa dan masih banyak lainnya. Namun pelan-pelan ia menjalaninya, hinggaa alhamdulillah sekarang Lauren dapat melakukan shalat tanpa kertas contekannya lagi. Ia bahkan sanggup berpuasa penuh saat bulan Ramadan.

“Sekarang saya tidak makan daging babi dan saya membaca Al Qur’an setiap hari. Sekarang saya sampai di halaman 60,” tegasnya.

Mengingat puasa Ramadan di Inggris lamanya mencapai sekitar 19 jam karena berada di musim panas. Ia pun tidak kuatir mengenai hal tersebut, ia akan menjalaninya dengan ikhlas dan terus menjalani apa yang diperintahkan oleh Allah.

Jalan menuju ketetapan hati sebagai seorang muslim pun membuatnya kehilangan teman dan sahabat. Berbagai ujian, tak mengubah keyakinannya untuk berjilbab. Dia bahkan sudah menunaikan ibadah Haji pada tahun 2011 lalu.

Apakah nantinya dia akan mengenakan burka? “Siapa yang tahu di mana perjalanan rohani saya akan membawa saya?” jawabnya.

Lauren kini menjadi ketua dan Co-founder Peace Trail dan Patron of Cage Prisoner, yang merupakan badan amal yang berada di Gaza. Lembaga amal ini diperuntukan untuk muslim Gaza. Ia mengumpulkan dana, dan membantu keluarga keluarga di Gaza di mana terdapat banyak anak dan wanita yang kehilangan ayah dan suaminya karena menjadi target politik. Selain itu, ia juga bekerja di Sister Muslim Founder America.

Begitulah jalan hidup Lauren Booth. Pekerjaannya sebagai jurnalis ternyata membuka jalan hidayah Allah. Subhanallah. (anj/R02)

(diolah dari berbagai sumber)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0